Flashback Liga Champions: Insiden Mencekam Galatasaray vs Man United pada 1993
INDOSPORT.COM – Ada insiden mencekam di flashback Liga Champions yang melibatkan Galatasaray vs Manchester United pada 1993 silam.
Setelah menjuarai Liga Inggris 1992, Manchester United asuhan Sir Alex Ferguson saat itu kembali mengincipi atmosfer Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 25 tahun.
Hanya saja, pertandingan kontra Galatasaray pada 1993 tersebut penuh dengan ketegangan, kekerasan, dan ketakutan yang menyelimuti Setan Merah pada saat itu.
Dari Eric Cantona diusir wasit sebelum dipukul petugas polisi, bus tim Man United diserang, Bryan Robson kembali ke ruang ganti dengan berdarah-darah, pendukung dipenjara, hingga adanya tulisan “Selamat datang di neraka”.
Kejadian mencekam pada malam di Instanbul tersebut nyatanya masih terpatri dalam ingatan Phelan yang digambarkannya sebagai pengalaman paling mengintimidasi ketika masih merumput.
“Saya rasa saya tak pernah mengalami itu sebelumnya,” buka Phelan pada Sky Sports, “Anda mengharapkan atmosfer (penuh ketegangan), tetapi tak perlu diteruskan sampai ke luar lapangan.”
“Itu kejadian (mencekam) pertama dan mungkin yang terakhir. Ada satu dua hal (keributan) di sepak bola domestik (Liga Inggris), tetapi tidak pernah sampai di titik yang mana saya mengkhawatirkan keselamatan saya.”
“Kami tahu dari leg pertama bahwa kami akan menghadapi lingkungan yang kurang bersahabat. Betapa mengerikannya itu, kami tidak begitu mengetahuinya (saat itu).”
Sekadar informasi, babak Liga Champions pada 1993 saat itu berbeda dengan sekarang yang mana tim akan mulai dari babak pertama.
Mereka yang lolos nantinya akan lanjut ke babak kedua dan mereka yang menang pada babak tersebut akan tergabung dalam dua grup yang masing-masing berisikan empat tim.
1. Pertandingan Tanpa Rasa Aman Man United
Format babak grup itu sama dengan format fase grup Liga Champions saat ini yang mana enam laga dimainkan kandang dan tandang, sementara dua peringkat tertinggi akan lolos ke fase gugur.
Manchester United, yang sebelumnya menang agregat 3-5 atas Kispest Honved pada babak pertama Liga Champions, harus bertemu dengan Galatasaray pada babak kedua.
Manchester United, yang sudah lama tidak berkompetisi di Eropa saat itu tampak kewalahan untuk bermain di Liga Champions, yang mana mereka untung saja dapat menahan imbang Galatasaray 3-3 di leg pertama.
Hanya saja, Setan Merah gagal lolos ke babak grup setelah meraih hasil imbang 0-0 sehingga Galatasaray lolos karena unggul gol tandang saat itu.
Pada leg kedua di The Ali Sami Yen Stadium itulah kejadian paling mencekam itu mulai, bahkan Phelan sampai menyebut lapangan hijau saat itu merupakan tempat teraman skuad Man United pada saat itu.
“Kami tampak nyaman. Mungkin di atas lapangan adalah tempat teraman kami. Lalu, ini adalah lapangan pertama yang saya datangi hingga ke ruang gantinya dipenuhi oleh polisi yang lengkap dengan pentungan, helm, dan tameng.”
“Saya mulai berpikir, itu cukup aneh, memang apa yang bisa terjadi di dalam lorong? Oh ya, saya ingat waktu itu juga sempat mati lampu,” terus Phelan bercerita.
“Di tengah kebingungan dan ‘pembantaian’, Cantona ingin ribut dengan wasit, tetapi ia dikawal petugas polisi keluar. (Bryan) Robson mengeklaim polisi itu meninju Cantona dan mendorongnya ke dinding dengan perisai sehingga sikunya terluka parah.”
“Cantona sendiri sampai harus ditahan rekan setimnya, yang tampaknya dia ingin melawan seluruh Turki (sendirian). Cantona di satu sisi duduk sambil mengamuk, sementara di sisi lainnya Robson berlumuran darah karena dipukuli sampai babak belur.”
“Setelah kecewa dengan hasil akhir dan juga sesuatu buruk menimpa rekan setimmu, kami akhirnya bisa tenang. Namun, keributan terjadi lagi setelah kami masuk ke bus,” imbuh Phelan.
“Setelah masuk di bus dan bersiap pergi, kalau tidak salah, jendela depan bus dipecah. Tentu saja, saya mersa tak nyaman karena di bus seharusnya merupakan tempat yang aman (bagi kami).”
“Sempat terjadi sedikit keributan, tetapi kami akhirnya kembali ke hotel,” tandas Phelan mengenai betapa mencekamnya malam di Instanbul di laga Liga Champions antara Galatasaray vs Manchester United pada 1993 lalu.
Atmosfer itu mungkin saja akan dihadapi oleh Manchester United besutan Erik ten Hag saat ini meskipun anarkisme mungkin tidak terjadi.
Namun, Manchester United pastinya akan merasakan atmosfer penuh tekanan ketika bertandang ke markas Galatasaray di laga lanjutan Liga Champions 2023/2024.
Setan Merah mau tidak mau harus menang di laga kontra Galatasaray jika mereka masih ingin tetap menjaga asa mereka untuk bisa lolos ke babak 16 besar Liga Champions.
Pertandingan Liga Champions 2023/2024 antara Galatasaray vs Manchester United, Kamis (30/11/23) pukul 00.45 WIB, di RAMS Park.