Kisah Comeback dari Cedera Lutut Paling Luar Biasa di Dunia Masih Milik Ronaldo
INDOSPORT.COM - Pemain muda Barcelona, Gavi, tengah jadi buah bibir usai cedera lutut parah yang ia derita pada Senin (20/11/23) lalu saat membela Spanyol menghadapi Georgia.
Gelandang berusia 19 tahun itu menurut dokter sudah tidak bisa lagi bermain di sisa musim 2023/2024 dan mungkin baru akan pulih dalam tujuh sampai sembilan bulan ke depan. Itupun jika rehabilitasi 100% lancar.
Banyak yang bersimpati pada Gavi karena cedera lutut adalah salah satu cedera paling umum di sepakbola namun kansnya untuk mematikan karier atletnya sangat besar.
Terlebih Gavi merupakan pemain yang digadang-gadang bakal menjadi bintang besar bagi Barcelona dan juga Spanyol. Penghargaan sebagai pemain muda terbaik versi Golden Boy maupun Kopa Trophy ia menangkan pada 2022 lalu.
Hanya saja Gavi tidak boleh putus asa dan tetap menjaga optimisme selama rehabilitasi. Cedera lutut terutama jenis ACL yang ia derita memang fatal namun bukan berarti peluang untuk kembali ke performa terbaik pasca pulih tidak ada.
Ia bisa berkaca pada bagaimana salah satu eks ikon Barcelona dan salah satu legenda terbesar sepakbola dunia, Ronaldo Luiz Nazario, bisa comeback dari cedera lutut untuk menjadi pemain tabf justru lebih baik lagi.
Pada April 2000, usai absen selama enam bulan akibat cedera tendon lutut, Ronaldo kembali diperbolehkan untuk merumput bersama klubnya saat itu yakni Inter Milan.
Ia masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua dalam partai kontra Lazio. Tidak butuh waktu lama bagi Ronaldo untuk langsung meliuk-liuk dengan bola di kakinya.
Hanya saja enam menit setelah masuk ke lapangan, Ronaldo tersungkur tanpa ada kontak dengan pemain lawan usai melakukan dribel.
Setelah itu ia tampak mengerang kesakitan sembari memegang kakinya. Para pemain yang berada di lapangan pun bergegas meminta agar tim dokter menangani Ronaldo.
Rupanya cedera lutut kembali menghantui Ronaldo. Saat itu kondisinya jsutru lebih parah usai Inter Milan menyebut jika tempurung lutut sang megabintang sampai pindah ke area paha.
Karenanya, Ronaldo tidak bisa bermain lagi sampai September 2001. Sangat disayangkan karena dua cedera parahnya itu disebabkan oleh dirinya sendiri.
1. Menggila di Piala Dunia 2022
Di eranya, pemain seperti Ronaldo sangatlah tidak umum. Badannya besar dan kokoh namun ia masih punya ekplosivitas tinggi serta teknik dan kecepatan di atas rata-rata.
Bisa dikatakan tubuh Ronaldo tidak kuat menahan bakatnya sendiri. Gaya permainannya yang meledak-ledak rupanya sangat membeani persendian dan cedera parah pun tidak dapat terelakkan.
Maka dari itu saat melakukan rehabilitasi, jebolan akademi Cruzeiro tersebut diberi tahu jika bisa kembali bermain pun kemampuannya akan berkurang drastis.
Prediksi itu sempat terlihat bakal menjadi nyata usai di musim 2001/2002, Ronaldo pasca pulih hanya mengemas tujuh gol dari 16 penampilan untuk Inter Milan.
Bukan statistik yang bagus. Timnas Brasil pun dibuat cemas. Karena di Piala Dunia 2002 mereka ingin mengandalkan Ronaldo demi menjadi juara untuk kali kelima.
Ronaldo justru tak disangka-sangka bisa tampil brilian dan mengukir performa individu paling ikonik sepanjang sejarah Piala Dunia.
Di Korea Selatan dan Jepang, Ronaldo sudah menceploskan empat gol di fase grup. Saat memasuki babak gugur, ketajamannya tidak hilang dan bersama Rivaldo mengemas masing-masing satu gol untuk menyingkirkan Belgia dari 16 besar.
Pada perempat final Ronaldo puasa gol namun kembali menebar teror saat Brasil melangkah ke semifinal. Lesakan tunggalnya cukup membawa Selecao menggulingkan Turki si kuda hitam.
Jerman yang menjadi lawan Brasil di partai puncak pun tidak luput ia permalukan. Ronaldo memaksa Oliver Kahn, salah satu kiper terbaik dunia saat itu, memungut bola dua kali dari gawangnya sendiri.
Brasil pun keluar sebagai kampiun Piala Dunia 2002. Sedangkan Ronaldo, pulang dengan titel top skor berkat delapan gol. Jumlah lesakan terbanyak dari satu pemain di sepanjang sejarah kompetisi empat tahunan tersebut.
Ronaldo juga kemudian sudah dinati oleh gelar Ballon d'Or keduanya. Sekaligus mendapat 'hadiah' transfer ke Real Madrid seharga 46 juta Euro dan membuatnya punya kesempatan menjadi bagian proyek Los Galacticos jilid pertama sang raksasa Spanyol.
Sebuah kisah comeback dari cedera yang masih tiada dua sampai hari ini. Sesuatu yang bisa Gavi dan mungkin ribuan pesepakbola lainnya di luar sana yang tengah berusaha pulih dari cedera yang mereka derita.