Massimo Taibi, Kiper Panic Buying Manchester United dengan Blunder Fenomenal
INDOSPORT.COM - Klub Liga Inggris (Premier League), Manchester United, pernah memiliki seorang kiper fenomenal bernama Massimo Taibi.
Akan tetapi, sosok yang satu ini memiliki kisah yang tidak terlalu manis selama membela Setan Merah pada periode 1999-2000.
Ya, ia memang tidak lama berada di Manchester United setelah merapat dari Venezia, bahkan hanya tampil beberapa kali saja di pos penjaga gawang.
Bisa dihitung dengan jari satu tangan, Massimo Taibi bermain empat kali untuk Manchester United di seluruh kompetisi sepanjang 1999-2000.
Dari empat penampilan tersebut, ia mencatatkan 360 menit bermain dan tidak pernah satu kali pun mencetak clean sheet.
Seluruhnya di Liga Inggris, Massimo Taibi tampil di empat pertandingan kontra Liverpool, Wimbledon, Southampton, dan Chelsea.
Bahkan saat pertandingan pamungkasnya menghadapi Chelsea, ia secara mengerikan kebobolan lima gol tanpa balas dan setelah itu tidak pernah bermain lagi.
Catatan-catatan tersebut, tentu saja menjadi noda tersendiri bagi karier Massimo Taibi di Manchester United.
Namun pada kenyataannya, tidak hanya statistik maupun catatan penampilan secara angka saja yang membuat Massimo Taibi merana di sana.
Meski sempat didapuk sebagai Man of the Match saat laga debutnya menghadapi Liverpool, sepak terjangnya menukik drastis setelah laga tersebut.
Di luar angka-angka, ia dikenal sebagai kiper pembuat blunder fenomenal yang bakal terus diingat sepanjang masa.
Adalah upaya penyelamatannya dari Matt Le Tissier (Southampton) yang membuatnya jadi ejekan di mana-mana. Jika terjadi pada zaman sekarang, ia mungkin sudah jadi bahan meme.
Di pertandingan kontra Southampton, Massimo Taibi berusaha menyelamatkan gawangnya dari Matt Le Tissier, yang tidak hanya berakhir dengan kegagalan, tetapi juga rasa malu yang luar biasa.
Alih-alih menyelamatkannya, ia malah kebobolan dan membiarkan bola lolos di antara kedua kolong kakinya lalu masuk ke gawang.
Padahal saat itu, ia sudah berhasil menangkap bola tersebut dan entah kenapa bisa membiarkannya lolos begitu saja.
Meski gagal menghalau bola adalah hal wajar bagi penjaga gawang, kegagalan Massimo Taibi di laga tersebut menyisakan kekonyolan yang jadi bahan tertawaan publik.
1. Masa Suram Massimo Taibi di Manchester United
Bicara soal blunder fenomenalnya ketika berseragam Manchester United itu, Massimo Taibi ternyata sudah move on.
"Bagi saya itu bukan kesalahan mengerikan, bukan sesuatu yang harus Anda beri label seumur hidup," kata Massimo Taibi seperti dikutip dari Sportbible.
Bahkan, ia enggan menganggap kejadian itu sebagai kesalahan. Menurutnya, itu adalah kecelakaan - yang bisa dialami kiper mana pun di muka bumi ini.
“Saya mengalami kejadian serupa di Torino. Kesalahan itu keluar untuk merebut bola lalu meleset,” ujarnya.
Massimo Taibi pun menganggap bola yang ditembakkan lemah oleh pemain lawan seperti milik Matt Le Tissier, yang kemudian lolos lewat dua kolong kaki, adalah kecelakaan.
“Tembakan tidak berbahaya yang lolos lewat kaki hanya kecelakaan,” jelasnya lagi.
Selain itu, kedatangannya ke Manchester United sejak awal saja memang sudah jadi pertanyaan besar bagi publik sepak bola.
Kala itu, ia nampak sebagai pembelian panik alias panic buying Manchester United saat mengalami krisis penjaga gawang pada 1999.
Manchester United yang kehilangan Peter Schmeichel setelah memenangkan trebel hanya memiliki dua penerus yakni Mark Bosnich dan Raimond van der Gouw.
Situasi pun menjadi pelik saat keduanya mengalami cedera dan tidak fit untuk bermain. Saat itulah Massimo Taibi direkrut dari Venezia.
Setelah melalui masa-masa singkat di Manchester United, Massimo Taibi kembali ke Liga Italia. Ia pun bergabung dengan Reggina.
Mantan kiper yang saat ini berusia 53 tahun tersebut pun mengembara ke sejumlah klub sepak bola Negeri Pizza sebelum memutuskan pensiun pada 2009.
Sepanjang berseragam Manchester United, meski tidak banyak bermain, ia pernah merasakan gelar Intercontinental Cup yang diraih Setan Merah pada 1999.
Selama berkarier, Manchester United juga menjadi satu-satunya klub Inggris yang ia bela. Selebihnya, ia menghabiskan hari-harinya bermain di Liga Italia.