Kisah Javi Moreno, Tenggelam di Skuad Bertabur Bintang AC Milan Era Paolo Maldini
INDOSPORT.COM - Mengingat kembali kisah Javi Moreno, mantan pemain AC Milan yang sempat tenggelam di tengah kehebatan Andrea Pirlo dan Paolo Maldini dkk.
Sepanjang sejarahnya, AC Milan dikenal sebagai klub yang pernah menjadi rumah maupun tempat singgah para pemain hebat.
Mereka juga salah satu klub terbaik dan terbesar di kancah sepak bola Italia, yang sudah 19 kali tampil sebagai juara.
Javi Moreno pun menjadi saksi hidup keperkasaan AC Milan sebelum ia sah bergabung pada 2001 silam.
Sebelum merapat ke sana, Javi Moreno tentu sudah melihat seperti apa kehebatan raksasa sepak bola Milan ini sebagai jagonya sepak bola Italia terutama pada era 1990-an.
Akan tetapi, bergabung dengan Rossoneri pada kenyataannya tidak berakhir manis baginya. Alih-alih ikut meraih kesuksesan, ia hanya bertahan untuk waktu yang sangat sebentar.
Bahkan, tidak banyak kisah maupun statistik yang memuat nama AC Milan di CV karier Javi Moreno.
Dulu, ia mendapat kesempatan bergabung dengan AC Milan setelah tampil menjanjikan di Deportivo Alaves sepanjang musim 2000/2001.
Bagaimana tidak? Ia tampil mengerikan sebagai seorang striker, mencetak 22 gol dari 33 penampilan di LaLiga musim 2000/2001.
Selain itu, dari segi pengalaman ia juga tidak kalah karena pernah membantu Alaves meraih gelar Segunda Division pada 1997/1998.
Ia juga salah satu aset berharga di industri sepak bola Spanyol, yang pernah menimba ilmu id akademi Barcelona.
Namun nampaknya, keberuntungan Javi Moreno tidak ikut bersamanya saat pindah ke Italia untuk bergabung dengan AC Milan.
Padahal di sana, ia berada di sau tim yang sama dengan deretan pemain hebat seperti Rui Costa dan Andrea Pirlo.
Belum lagi, ada pemain-pemain hebat lainnya seperti Andriy Shevchenko dan Filipo Inzaghi, dan Marco Simone serta Paolo Maldini.
1. Masa-Masa Sulit Javi Moreno di AC Milan
Berada di skuad penuh bintang tersebut, Javi Moreno pun merasa kesulitan untuk bersaing hingga akhirnya memilih pergi.
Selama berseragam AC Milan, ia hanya mencatatkan 16 pertandingan dan mencetak dua gol - hasil yang sangat mengecewakan bagi seorang striker.
Situasi pun terasa makin mendesak karena pada waktu itu ia harus menampilkan performa jempolan agar bisa dilirik bermain di Piala Dunia 2002.
Javi Moreno kemudian angkat kaki setelah bertahan kurang lebih satu tahun. Ia pun kembali ke Spanyol.
Namun tidak ke Alaves, tempat ia mencetak seabrek gol dan tampil luar biasa produktif, tapi ke Atletico Madrid.
Ya, persaingan dan skuad berisi pemain-pemain bintang nampaknya menjadi kuburan bagi Javi Moreno.
Saat itu, hengkang menjadi solusi terbaik yang mungkin bisa dipikirkannya. Namun ketika semuanya sudah berlalu, yang tersisa hanya masa lalu yang kelam.
Ia pun pernah menceritakan masa-masa sulitnya saat di AC Milan dan tidak menampik kalau ada persaingan yang ketat di skuad, terutama di posisi yang sama dengannya.
“Saat itu di Milan ada para pemain depan yang memiliki level tinggi. Sulit bagi saya untuk bermain," ujar Javi Moreno seperti dilansir Football Espana.
Masih dalam kesempatan yang sama, ia juga memaparkan kesulitan saat harus bergantian main dengan Jose Mari.
Namun setidaknya, bisa mencetak 9 gol dari 27 pertandingan di seluruh kompetisi sudah membuat hati Javi Moreno sedikit lega.
“Kemudian saya memutuskan untuk pergi agar bisa ke Piala Dunia 2002, yang akhirnya tidak terjadi,” ujarnya lagi.
Walau memiliki catatan pahit di AC Milan, Javi Moreno pada kenyataannya punya hubungan yang baik dengan rekan-rekan setimnya dulu.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan Marca, ia sempat berbicara tentang sosok Carlo Ancelotti, Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, dan lainnya.
Namun dari sekian pemain tersebut, ia memberi pujian tingkat tinggi kepada Paolo Maldini dalam hal permainan teknis di lapangan.
“Maldini benar-benar membuat saya kaget. Dia bisa bermain sama-sama bagus dengan dua kaki, kepala, dan seorang veteran,
“Dia selalu tahu apa yang harus dilakukan,” ucapnya lagi.
Tidak hanya Paolo Maldini, Javi Moreno juga memuji permainan Andrea Pirlo dan menyebut Gennaro Gattuso sebagai sosok yang disegani dan berkarisma di ruang ganti.