Profil Mohammed bin Salman, Pemilik Al Hilal yang Sodorkan Rp5 Triliun ke PSG Demi Mbappe
INDOSPORT.COM - Pemilik Al Hilal yakni Pangeran Mohammed bin Salman baru saja membuat kejutan demi menggaet Kylian Mbappe dari PSG di bursa transfer musim panas 2023.
Pangeran Mohammed bin Salman dilaporkan mengirimkan proposal 300 jura Euro atau sekitar Rp5 triliun agar PSG bersedia melepas Kylian Mbappe.
Biaya di luar nalar tersebut akan menjadikan Kylian Mbappe sebagai pemain termahal di dunia mengalahkan Neymar yang pernah dibeli PSG dengan mahar 222 juta Euro (Rp3,7 triliun).
Tidak perlu pikir panjang, PSG tentu setuju dengan bayaran selangit tersebut karena sang mega bintang tidak ingin memperpanjang kontrak yang habis pada Juni 2024.
Akan tetapi, Kylian Mbappe sepertinya bakal menolak tawaran fantastis itu, meski kabarnya siap diberikan gaji sebesar 700 juta euro atau sekitar Rp11,7 triliun per musim.
Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz al-Saud lahir di Riyadh, Arab Saudi pada 31 Agustus 1985 silam (37 tahun).
Ia merupakan putra Raja Salman bin Abdul-Aziz Al Saud dari istri ketiganya, Fahdah binti Falah bin Sultan bin Hatsliin.
Meski menjadi anak sulung Fahdah, ia adalah anak kedelapan dan putra ketujuh dari Raja Salman.
Pangeran Mohammed bin Salman menikah dengan Putri Sarah binti Pangeran Masyhur bin Abdul Aziz Al Saud. Pernikahan keduanya membuahkan empat anak yaitu Pangeran Salman, Pangeran Masyhur, Putri Fahdah, dan Putri Noura.
Ia kini ditunjuk menjadi Perdana Menteri Arab Saudi dan sebagai pemilik perusahaan Public Investment Fund (PIF).
PIF merupakan organisasi funding Arab Saudi yang tujuannya berinvestasi untuk kepentingan negara. Aset dari PIF ini mencapai 620 miliar dollar Amerika atau sekitar Rp 9200 triliun.
PIF juga mendapatkan back up dari pemerintah Arab Saudi yang membuat mereka punya budget khusus yang digelontorkan. Dan seperti yang kalian tahu, Arab Saudi punya banyak uang hasil dari perdagangan minyak bumi.
Selain itu, PIF juga banyak melakukan investasi hingga banyak menerima dividen dan juga capital gains hasil dari jual aset dan saham.
Mereka mendapatkan profit dari hasil investasi di luar negri, salah satu contohnya seperti Newcastle United yang dibeli pada 2021 lalu.
Tidak heran jika Pangeran Mohammed bin Salman berani menggelontorkan dana tidak wajar hanya demi menggaet Kylian Mbappe ke Arab Saudi.
1. Kylian Mbappe Terancam Jadi Cadangan Mati
Bila menolak bergabung ke Al Hilal, kemungkinan PSG akan mengambil langkah tegas dengan membekukan Kylian Mbappe untuk kompetisi musim 2023-2024.
Kylian Mbappe sebelumnya merupakan "anak emas" PSG karena memiliki kekuasaan dan pengaruh besar di tim berjulukan Les Parisiens.
Sayangnya, Kylian Mbappe sebutan anak emas di Paris Saint-Germain kini telah berakhir. Bahkan, ia terpinggirkan dari skuad yang berangkat untuk agenda pramusim.
Top skor Piala Dunia 2022 tersebut dicoret Luis Enrique dari skuad pramusim yang akan bermain di Asia. Alhasil, desas-desus tentang masa depannya pun menyeruak.
Benar saja, kabar tentang akan dijualnya Kylian Mbappe pun bermunculan. Kemungkinan besar ia pun akan dilepas saat bursa transfer pemain kali ini.
Pasalnya, PSG konon tidak ingin rugi gara-gara melepas pemain mahalnya itu secara gratisan tahun depan. Mau tidak mau, mereka harus melegonya setelah sang pemain menolak untuk memperpanjang kontraknya di Paris.
Termasuk klub Arab Saudi yakni Al Hilal yang sudah mengajukan proposal senilai 300 juta Euro kepada PSG. Namun Kylian Mbappe yang masih punya usia muda sepertinya tidak ingin gegabah keluar dari Eropa hanya gara-gara uang.
Bila di bursa transfer musim panas 2023 ini Kylian Mbappe masih ngotot untuk tetap bertahan hingga kontraknya habis, PSG kemungkinan besar akan membekukannya.
Nasibnya mungkin bisa sama seperti legenda Timnas Jerman, Mesut Ozil. Hanya saja, perselisihan Ozil dengan manajemen Arsenal kala itu bukan karena kontrak.
Mesut Ozil tidak pernah dimainkan oleh Mikel Arteta sepanjang musim 2020-2021 lalu. Hal ini setelah sikapnya yang membela muslim Uighur di China.
Berawal pada Desember 2019 lalu ketika Mesut Ozil menulis di akun media sosial (Twitter dan Instagram), menentang perlakuan pemerintah China terhadap minoritas Uighur di Xinjiang.