3 Alasan Persita Gagal Akhiri Rekor Buruk Lawan Barito Putera, Tak Pernah Menang Selama 10 Tahun
INDOSPORT.COM - Persita Tangerang belum bisa akhiri rekor buruk saat lawan Barito Putera di Liga 1. Teranyar, tim Pendekar Cisadane kalah 0-2 di laga pertama Liga 2023/24, Minggu (02/07/23) di Stadion Demang Lehman.
Persita mengawali laga dengan permainan kurang apik sehingga sudah kebobolan pada menit ke-13, lewat aksi striker Barito Putera, Gustavo Tocantins.
13 menit berselang, tuan rumah kembali menggandakan keunggulan. Tusukan Rizky Pora dari sisi kanan menghasilkan gol kedua bagi Barito Putera. Skor itu bertahan hingga peluit panjang.
Kekalahan kemarin sore membuat Persita berada di bawah bayang-bayang Barito Putera. Sejak Indonesia Super Liga 2013, tim Ungu Barat tidak pernah menang atas tim Laskar Antasari.
Kedua tim sudah bertemu 10 kali dalam 10 tahun terakhir. Barito Putera memenangkan delapan pertandingan dan dua kali bermain imbang.
Barito Putera juga mencetak 17 gol dan kebobolan tiga kali dari 10 laga tersebut. Sedangkan Persita sebaliknya atau menceploskan tiga gol dan 17 kali kemasukan gol.
Khusus hasil pertandingan kemarin sore, INDOSPORT mengulas tiga alasan kekalahan Persita dari Barito Putera.
Strategi Berantakan
Pelatih Persita, Luis Edmundo mengakui strateginya tak berjalan mulus pada laga kemarin sore. Awalnya, dia instruksikan timnya bermain menyerang, tapi para pemain terlalu terburu-buru.
Para pemain Persita juga disebut sering salah mengambil keputusan. Kesalahan individu itu mampu dimanfaatkan Barito Putera lewat serangan balik cepat.
“Pertandingan tidak berjalan seperti yang kita rencanakan. Jadi di menit-menit pertama kita membuat kesalahan, di mana kita ingin bermain menyerang. Namun kita terlalu terburu-buru, seperti tak sabar ingin memulai kompetisi,” ujar Luis Edmundo.
“Jadi di pertandingan pertama pasti akan seperti itu, banyak yang salah. Dan dari situ Barito bisa mencetak dua gol, di mana itu terjadi karena kesalahan kita secara individu. Dan itu membuat kami sulit di pertandingan," ujarnya.
1. Gagal Manfaatkan Peluang
Selain kesalahan individu, Luis Edmundo juga menyesalkan banyaknya peluang yang terbuang. Padahal ada kesempatan terbuka di depan gawang.
Tidak tenangnya para pemain Persita membuat peluang yang tercipta tidak bisa dikonversi jadi gol.
Sepakan Mateo Bustos menit ke-24 yang berhadapan dengan kiper Barito Putera berhasil ditepis. Lima menit berselang, sepakan Rizky Dwi juga ditepis.
Begitu pula dengan tendangan Ezequiel Vidal pada menit 42 yang sudah di depan gawang, tapi malah melambung.
Lalu, menit ke-75 sepakan Irsyad Maulana masih bisa ditangkap kiper Barito Putera.
“Kita memiliki sejumlah peluang, ada sekitar empat atau lima peluang emas yang tak bisa kita manfaatkan,” jelas Luis Edmundo.
“Dan mungkin di 30 menit babak kedua pertandingan berubah, kami mengontrol namun tetap tak bisa manfaatkan peluang," sambungnya.
“Sebelum menit terakhir, karena ingin mencetak gol kita ada banyak peluang, namun juga ada banyak ruang di lini belakang. Dari situ Barito bisa memanfaatkan peluang lain,” jelas juru taktik asal Chili itu.
Tidak Ada Striker Predator
Mandulnya lini depan Persita saat lawan Barito Putera juga dipengaruhi tidak adanya striker bertipe predator. Ramiro Fergonzi yang jadi tumpuan pun bahkan banyak dapat peluang.
Fergonzi lebih sering bergerak ke sisi sayap, padahal dia adalah target man. Hal itu membuat adanya ruang kosong.
Kondisi ini berbeda dengan tahun lalu, dimana Persita punya dua ujung tombak yakni Fergonzi dan Wildan Ramdhani. Dimana kolaborasi keduanya menghasilkan total 16 gol.
Sayangnya, pada musim ini Wildan hengkang ke Persebaya Surabaya. Sehingga membuat Fergonzi kehilangan tandem.