Liga 1: Banyak Drama, Pelatih Arema FC Sebut Pemain Persib Seperti Aktor Sinetron
INDOSPORT.COM - Arema FC memang secara gentle sudah mengakui kekalahan 0-1 saat menantang Persib Bandung dalam lanjutan Liga 1 Indonesia 2022-2023 di Stadion Pakansari Bogor, Kamis (23/2/23).
Namun, masih ada sedikit hal mengganjal anggota tim berjulukan Singo Edan itu, yaitu sikap pemain Persib yang dirasa berada di luar batas kewajaran.
Setelah Marc Klok mencetak gol pada menit ke-66, anak asuh Luis Milla itu seolah berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan keunggulan.
Berbagai cara dilakukan. Yang paling menyita perhatian tentu adalah banyaknya drama dari Beckham Putra dkk ketika terjadi benturan fisik dan pelanggaran.
"Pertandingan sebetulnya berjalan menarik. Tapi beberapa kali terhenti, jadi kurang enak ditonton," tukas pelatih Arema FC, I Putu Gede.
"Sebuah pembelajaran penting untuk kedua tim, tidak bisa pertandingan sepak bola seperti ini terus," imbuh pengganti Javier Roca tersebut.
Lebih lanjut, Putu lantas mengupas bagaimana Persib Bandung melakukan banyak drama untuk mencuri perhatian wasit agar menghentikan laga.
Padahal jika mau bersikap fair play, pertandingan akan bisa berjalan lebih menarik karena banyak waktu yang tidak terbuang percuma.
"Setiap tim yang unggul pasti membuang-buang waktu. Tidak bisa seperti ini terus. Bukan contoh yang bagus juga," sembur I Putu Gede
"Saya tekankan kepada pemain Arema harus tetap fair play. Karena kesannya pemain jadi bersandiwara," tambah eks pelatih PSMS Medan tersebut.
1. Aktor Sinetron
Lebih khusus lagi, I Putu Gede menyindir apa yang dilakukan Daisuke Sato yang jatuh berguling-guling ketika terlibat benturan fisik di atas lapangan.
Padahal, insiden itu sudah menjadi risiko dari pertandingan. Yang lebih ironis, aksi serupa juga dilakukan pemain Persib Bandung lainnya.
Tujuannya pun sama, yaitu untuk mencuri perhatian Faulur Rosy sebagai wasit untuk menghentikan laga dan berujung waktu yang tereduksi.
"Saya pikir, dia (Daisuke Sato punya bakat) bagus untuk (menjadi aktor) sinetron. Semua orang melihatnya," beber I Putu Gede.
Sikap ini lantas disayangkan pelatih Arema FC tersebut. Padahal, status sebagai pemain asing seharusnya menjadi contoh yang baik.
Kendati di sisi yang lain, jalannya big match berlangsung cukup keras. Wasit sampai mengeluarkan tujuh kartu kuning, tiga di antaranya untuk Arema FC.
"Sungguh bukan contoh yang baik, apalagi dia ini pemain asing. Banyak anak-anak melihat, grassroot (pemain usia dini) melihat," tegas dia.
Sebagai mantan pesepak bola, I Putu Gede pun tahu betul penerapan gaya bermain seperti itu bisa mendatangkan risiko yang besar.
"Saya tekankan selama (menjadi pelatih) di Arema FC, tidak ada (taktik) seperti itu. Karena kalau mau buang-buang waktu, kita akan dibalas jauh lebih menyakitkan lagi (pada pertandingan lain)," tandas kapten Arema Malang di era 2000-an.