Demi Keadilan, Presiden Madura United Dukung Putaran Dua Liga 1 Bersistem Bubble
INDOSPORT.COM - Presiden Madura United, Achsanul Qosasi, menyatakan sikapnya dalam menatap kelanjutan kompetisi Liga 1 musim 2022/2023 untuk putaran dua mendatang.
Saat ini, kompetisi sepak bola profesional di Tanah Air itu tengah berlangsung dengan sistem bubble alias sentralisasi laga di beberapa stadion.
Kebijakan itu seiring evaluasi yang dilakukan PT Liga Indonesia Baru dan stakeholder sepak bola nasional, setelah Tragedi Kanjuruhan awal Oktober 2022 lalu.
Sementara semua tim kontestan tinggal menyisakan 1 sampai 2 laga untuk memungkasi paruh musim kompetisi.
Bagi Achsanul Qosasi, penerapan sistem bubble yang berlangsung di Jawa Tengah dan Yogyakarta saat ini bisa dibilang cukup baik.
Kendati di sisi lain, semua tim harus bertanding tanpa bisa di markas sendiri plus tak bisa disaksikan oleh penonton.
"Sejauh ini putaran pertama yang diputar LIB dengan sistem bubble berjalan baik," bilang Achsanul Qosasi ketika hadir menyaksikan Madura United versus Arema FC di Stadion Sultan Agung Bantul, Selasa (20/12/22).
Dan untuk putaran kedua, pihaknya mendukung agar sistem bubble diterapkan lagi. Hal ini bertujuan demi menyelesaikan kompetisi sebelum Piala Dunia U-20.
Namun, AQ menegaskan bahwa dukungannya agar Liga 1 berjalan dengan sistem bubble ada alasannya.
"Untuk kepentingan tim dan untuk keadilan, ada baiknya (Liga 1 musim) ini dilanjutkan dengan sistem bubble," sambung dia.
1. Beri Contoh
Dukungan untuk terus merampungkan kompetisi Liga 1 dengan sistem buble memang sudah diapungkan Achsanul Qosasi pada kesempatan sebelumnya.
"Jika sistem bubble, lakukan saja sampai kompetisi selesai. Karena jika gonta ganti sistem, tidak akan adil," beber AQ dalam postingan Instagram resminya (27/11/22).
Dia mempertimbangkan asas keadilan bagi semua tim. AQ juga lantas memberi contoh bagaimana konteks keadilan yang dia maksud.
"Misal, putaran satu Persib versus Persija (dengan sistem buble), putaran dua Persija versus Persib (sistem normal)," AQ mencontohkan.
"Ini tidak adil bagi Persib, dan tidak nyaman bagi Persija," figur yang juga Anggota Badan Pemeriksa Keuangan RI itu melanjutkan.