Benedikt Howedes dan Pertaruhan Nasib yang Gagal Total di Juventus
INDOSPORT.COM - Mengingat kembali kisah Benedikt Howedes, legenda sepak bola Jerman yang pernah ‘nyasar’ ke klub Liga Italia (Serie A), Juventus.
Sebagai pemain yang tumbuh di Liga Jerman, Benedikt Howedes meraih popularitas ketika membela Schalke 04.
Bagaimana tidak? Ia sudah mencatatkan 300 penampilan untuk klub asal Gelsenkirchen - cukup untuk menjadikannya seorang legenda di tempat ini.
Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya mengabdi untuk Schalke 04. Bahkan, ia termasuk pemain yang setia lantaran tidak pernah sekali pun berpindah klub selama satu dekade.
Walau bukan tim ternama, nama Schalke pada kenyataannya terlihat cukup lumayan di CV sepak bola Benedikt Howedes.
Bersama mereka, ia memiki karier yang cukup manis dengan memenangkan DFB-Pokal 2010-2011 dan DFL-Supercup 2011.
Populer di kalangan suporter Schalke, nampaknya mudah saja bagi seorang Benedikt Howedes untuk menginjakkan kaki di klub mana pun yang ia inginkan.
Dan kesempatan itu pun muncul pada tahun 2017, ketika ia ‘mempertaruhkan’ nasibnya di klub Liga Italia, Juventus.
Pada 30 Agustus 2017, ia bergabung dengan Juventus dengan status pinjaman. Laga debutnya di Serie A Liga Italia terjadi pada 26 November di tahun yang sama, dalam kemenangan kandang 3-0 atas Crotone.
Hanya saja, kisah Benedikt Howedes bersama Juventus tidak seindah masa-masanya di Schalke. Ia memang legenda di Jerman, tetapi tidak di Italia.
1. Gagal di Juventus
Mencoba peruntungan dalam karier tentu bukan hal yang salah, begitu pula Benedikt Howedes yang tentunya ingin menapak lebih tinggi lagi sebagai pesepak bola profesional.
Schalke ke Juventus, sekilas nampak sebagai lompatan yang lumayan bagi pemain mana pun di muka bumi ini.
Akan tetapi, seperti kebanyakan pemain yang gagal sebagai pinjaman di Turin, masa bakti Benedikt Howedes juga tergolong singkat bersama Bianconeri.
Menurut data yang dihimpun Squawka, ia hanya mencatatkan tiga penampilan dalam balutan jersey putih-hitam.
Yang mana pada akhirnya, membuat Juventus enggan mengangkatnya sebagai pemain permanen di klub mereka.
Dari tiga penampilan bersama Juventus, Benedikt Howedes sempat mencetak gol saat menghadapi Sampdoria pada April 2018.
Selebihnya, sejarah tidak bisa mencatat hal-hal luar biasa lainnya dari bek kelahiran Haltern, Jerman Barat, ini.
Alhasil, dari Juventus ia pun hengkang ke Lokomotiv Moscow pada Agustus 2018 alih-alih kembali ke Schalke, tempat di mana namanya menjadi legenda besar dan dielu-elukan.
Namun belum juga habis masa kontrak empat tahun yang telah disepakati bersama klub Rusia tersebut, Benedikt Howedes memutuskan pensiun pada 2020.
Selama berkarier, ia sudah mencicipi ratusan penampilan di kancah sepak bola Jerman, Italia, dan Rusia - dengan penyumbang angka terbanyak tentu saja Schalke.
2. Mengabdi untuk Sepak Bola Jerman
Benedikt Howedes mulai bermain sepak bola untuk klub kota kelahirannya yakni TuS Haltern pada tahun 1994.
Lalu pada 2001, ia mulai menimba ilmu ke tim junior Schalke dan menjadi kapten U-19 dua tahun kemudian. Dari sinilah perjalanan legendarisnya di Liga Jerman dimulai.
Pada September 2007, Asosiasi Sepak Bola Jerman menganugerahkan medali Fritz Walter dengan predikat pemain terbaik dari kelompok usianya, untuk musim 2006-2007.
Sebagai informasi, Fritz Walter Medal adalah penghargaan prestisius yang diberikan Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) kepada para pemain muda berbakat di negaranya.
Nama penghargaan tersebut diambil dari sosok legenda, Fritz Walter, kapten yang membawa Timnas Jerman Barat memenangkan Piala Dunia 1957.
Benedikt Howedes berada di tempat pertama mengungguli dua rekannya, Robert Flesers dan Daniel Adlung, untuk penghargaan kategori U-19.
Pada Januari 2007, Benedikt Howedes menandatangani kontrak profesional dengan Schalke, namun hanya bermain di Oberliga.
Namun pada akhirnya, ia bisa bergabung dengan skuad yang berkompetisi di Bundesliga dan sejak itu ia berhasil membangun jati diri sebagai legenda Liga Jerman.
Bahkan setelah masa-masa sebagai pemain berakhir, Benedikt Howedes ternyata masih setia dengan akar di mana ia tumbuh besar.
Bukan kacang lupa kulit, ia turut mengabdi di DFB sebagai penghubung antara tim dan manajemen. Kabarnya, ia akan belajar dan menjalankan peran ini setidaknya hingga Piala Dunia 2022 Qatar.