Setelah 18 Tahun, Akhirnya Persela Lamongan Terdegradasi ke Liga 2 Tahun Depan
INDOSPORT.COM – Perjalanan panjang Persela Lamongan selama 18 tahun berada di divisi tertinggi sepak bola Indonesia telah menemukan akhirnya, hari ini.
Pasalanya, hasil pertandingan Liga 1 sore ini antara Persik Kediri vs Barito Putera yang berlangsung di Stadion I Wayan Dipta, Bali, Sabtu (19/03/22) telah memupuskan harapan Persela.
Kepastian terdegradasi dari Liga 1 musim ini didapatkan setelah Barito Putera berhasil mengatasi perlawanan Persik Kediri dengan skor 0-2 lewat gol Rafael Silva dan Buyung Ismu Lessy.
Perjalanan panjang tim berjuluk Laskar Joko Tingkir ini dimulai sejak mereka berhasil keluar sebagai kampiun Divisi Dua Liga Indonesia tahun 2001.
Dengan kemengan itu, Persela berhak promosi ke Divisi Satu (Liga 2 saat ini) pada tahun 2002, sayangnya di tahun yang sama, mereka juga gagal menembus babak perempat final.
Persela Lamongan saat itu gagal lolos setelah di babak fase grup dua mereka hanya finis di posisi ketiga. Tahun itu juga menjadi debut kiper legendaris mereka, Choirul Huda.
Musim berikutnya, tim dengan ciri khas warna biru langit ini memulai musim 2003 dengan lebih meyakinkan. Imbasnya Persela berhasil keluar sebagai juara Grup B.
Dengan catatan delapan kali kemenangan dari 10 pertandingan selama fase grup, otomatis mengantar tim kebanggaan masyarakat Lamongan ke babak perempat final.
Pada fase kedua ini, Persela menempati peringkat ketiga, dengan meraih tujuh kemenangan, tiga kali imbang dan empat kali menelan kekalahan.
Dengan hasil itu, kala itu Persela Lamongan harus menjalani babak play-off dengan PSIM Jogja yang berada di posisi keempat, saat itu jatah promosi ke Divisi Utama hanya untuk dua tim teratas.
1. Persela, Manahan dan Cerita Panjang 18 Tahun Kemudian
Pertandingan play-off Divisi Utama tahun 2003 tentu akan selalu membekas pada suporter Persela Lamongan, ketika itu sejarah Persela di divisi atas Liga Indonesia dimulai.
Seluruh pertandingan play-off dimainkan di Stadion Manahan Solo dengan format ‘home tournament’, Persela bersama tiga tim lain; PSIM, Perseden Denpasar dan Persib Bandung.
Persib Bandung pada waktu itu terpaksa harus mengikuti babak play-off di Manahan karena di musim itu, Maung Bandung masuk ke zona degradasi di akhir musim kompetisi 2003.
Dalam laga pertama Persela di babak play-off mereka dikalahkan Persib dengan skor 0-1. Namun di pertandingan kedua, Persela berhasil menang 3-1 atas Perseden Denpasar.
Sementara pada laga ketiga, melawan tim asal Yopgyakarta, Persela harus puas berbagi poin dengan PSIM. Dengan hasil ini kedua tim memperoleh poin yang sama di klasemen.
Keduanya meraih empat poin dari hasil sekali kalah, sekali menang dan sekali imbang, namun Persela Lamongan unggul selisih gol atas PSIM.
Dengan demikian tim yang sejatinya tidak diperhitungkan ini berhasil promosi ke Divisi Utama (Liga 1) saat itu, bersama Persib Bandung yang berhasil lolos dari jurang degradasi.
Sejak saat itu, Persela tak pernah turun kasta, meski lebih akrab sebagai tim papan bawah setidaknya Persela Lamongan tetap mampu bertahan selama belasan tahun di kasta teratas.
Pada musim pertamanya mereka mengakhiri musim di peringkat ke-12, kemudian pada musim 2005/04 Persela bertengger di peringkat ke-8 klasemen wilayah Timur.
Lamtas pada dalam tiga musim berikutnya, Laskar Joko Tingkir berhasil duduk di posisi keenam, namun justru kembali merosot ke peringkat 14 pada musim 2009/10.
Bisa dikatakan dalam 10 tahun terakhir prestasi terbaik Persela Lamongan di Liga Indonesia tentu saat mereka berhasil finis diperingkat keempat musim kompetisi 2011/2012.
Ketika itu, skuat Persela Lamongan berisikan pemain berpengalaman dan penuh potensi. Sebut saja mantan bek Timnas Indonesia, Charis Yulianto, Gustavo Lopez, hingga Ridwan Barkowi.
Kemudian capaian terbaik Persela Lamongan lainnya adalah ketika mereka berhasil lolos ke babak delapan besar di kompetisi ISL musim 2014/2015.
Setelah sempat memberikan penampilan apik di kompetisi musim itu, justru prestasi tim yang berkandang di Stadion Surajaya ini makin turun setiap musimnya.
Joko Tingkir lebih akrab dengan sebutan tim semenjana di divisi teratas, hingga puncaknya ketika Persela benar-benar degradasi ke divisi kedua (Liga 2) setelah 18 tahun bertahan di kasta teratas sepak bola Indonesia.
Tepatnya di kompetisi BRI Liga 1 musim 2021-2022. Tim asal kota soto ini benar-benar harus turun ke divisi kedua, Liga 2, musim depan.
Pasalnya, Persela Lamongan hingga di pekan ke-32 ini masih terjembab di posisi ke-18 meski mereka baru memainkan pertandingan besok, Minggu (20/03/22) melawan Bhayangkara FC.
Pertandingan Persela Lamongan kontra Bhayangkara FC pada pekan ke-32 tidak akan merubah kondisi Persela. Di papan klasemen, Persela tak akan bisa mengejar poin Barito Putera yang saat ini memiliki 32 poin, berjarak 11 poin dari Persela di peringkat ke-17 klasemen.
Meski Persela berhasil menyapu bersih semua laga sisa, poin maksimal mereka ialah 30 poin yang mana secara matematis tak mungkin lagi terkejar. Persela resmi menjadi tim kedua yang terdegradasi ke Liga 2 tahun depan menyusul Persiraja Banda Aceh.
Kepastian terdegradasinya Laskar Joko Tingkir ini jelas menjadi kegundahan bagi seluruh suporter Pesela Lamongan. Pada musim ini, Persela juga telah menorehkan rekor memalukan sebelum akhirnya terdegradasi pada pekan ke-32 Liga 1 musim 2021-2022.
2. Rekor Memalukan Persela Lamongan
Kekalahan Persela Lamongan dalam lanjutan pekan ke-29 Liga 1 saat bersua Borneo FC melahirkan rekor tersendiri bagi tim asal Kota Soto ini.
Kabar pecahnya rekor memalukan yang baru saja ditorehkan Persela Lamongan langsung menjadi bahan omongan netizen di media sosial, baik di kolom komentar Twitter dan Instagram Persela.
Sebelum beralih ke Persela Lamongan, sejatinya rekor buruk di Liga 1 sejak tahun 2017 lalu sebenarnya jadi milik tim Persiraja Banda Aceh.
Pasalnya tim berjuluk Laskar Rencong, Persiraja, gagal memperoleh kemenangan selama 19 pertandingan terakhir Liga 1 musim 2021-2022.
Baca selengkapnya: Kalah Dari Borneo FC, Persela Lamongan Pecah Rekor Memalukan di Liga 1