Bernasib Miris di Usia Muda, Apa yang Salah dengan Hachim Mastour?
INDOSPORT.COM - Masih ingat dengan Hachim Mastour? Nasib si "Bocah YouTube" eks AC Milan ini sekarang nampaknya cukup miris.
Setelah namanya sempat menghilang bak ditelan bumi dan kariernya tidak berjalan mulus, beberapa waktu lalu ia dikabarkan jadi pengangguran. Hal ini terjadi setelah klub Serie B, Reggina, enggan melanjutkan kontraknya.
Kisah Hachim Mastour sendiri bersama Reggina memang tidak begitu manis. Tidak lama setelah dikontrak pada 2019, ia pun dipinjamkan ke klub Serie C, Carpi, pada Januari 2021 sampai akhir musim.
Kini, ia berstatus tanpa klub, yang mana bukan pertama kali terjadi sepanjang kariernya sebagai pesepak bola.
Sebelum ini, Mastour juga pernah menganggur usai dilepas AC Milan secara gratis pada 2018. Kejadian serupa pun terulang lagi pada 2019 usai kontraknya bersama PAS Lamia diputus secara mutual.
Sempat berlatih bersama Parma, karier Mastour pun diselamatkan oleh Reggina. Namun sayang, sang penyelamat kini memilih berpaling darinya.
"Reggina 1914 mengumumkan telah mencapai kesepakatan untuk pemutusan kontrak dengan pHachim Mastour. Klub mendoakan yang terbaik bagi Hachim sebagai pribadi dan profesional," begitu bunyi pernyataan klub.
Kini, pemain yang sempat mengguncang banyak orang lewat kemampuan olah bolanya dan dijuluki "Bocah Ajaib" dan “Bocah YouTube” itu harus kembali menganggur.
Jika mengingat kembali sepak terjang Hachim Mastour di kancah sepak bola, tentu yang teringat di kepala adalah bagaimana ia pernah tampil sebagai sensasi dunia maya dengan video olah bolanya yang viral bertahun-tahun lalu.
1. Ada Apa dengan Hachim Mastour?
Bisa dibilang, Hachim Mastour adalah korban pemberitaan dan ekspektasi publik yang terlampau besar-besaran, walau kala itu penggunaan media sosial belum seramai sekarang.
Hanya saja, orang-orang telah mengenal YouTube sehingga video aksi memukau Mastour bisa dengan mudah sampai ke perangkat gawai mereka.
AC Milan adalah klub besar pertama yang berhasrat menggunakan jasa Mastour, hingga akhirnya mereka meminangnya dari Reggiana pada tahun 2012.
Kedatangannya pun disambut baik oleh penggemar Rossoneri. Mereka menaruh harapan besar padanya usai menonton video pemain kelahiran 15 Juni 1998 tersebut yang sangat ramai dibicarakan publik.
Ya, video skill olah bola Mastour sangat laku keras dengan viewers mencapai ratusan ribu. Bahkan salah satu konten yang menampilkan adu juggling dengan Neymar telah ditonton jutaan orang.
Berkat aksi menakjubkan di dunia maya itulah, Mastour juga sempat digadang-gadang bakal menjadi The Next Lionel Messi atau The Next superstar lapangan hijau lain mulai dari Ronaldo, Maradona hingga Pele.
Sepertinya, ungkapan ‘segala yang berlebihan itu tidak baik’ cocok disematkan untuk kasus Hachim Mastour ini. Ekspektasi besar pun bak bumerang bagi dirinya sendiri.
Sempat dipinjamkan ke Malaga dan PEC Zwolle, Mastour mulai menunjukkan penampilan yang ternyata biasa-biasa saja, tidak seperti apa yang dilihat publik dalam video heboh yang telanjur viral tersebut.
Bayangkan saja, Mastour lebih banyak menghuni bangku cadangan walaupun berstatus pemain pinjaman.
Kini, nasibnya pun seperti tidak kunjung membaik usai kembali jadi pemain yang menganggur. Padahal, saat ini ia sedang memasuki fase-fase produktf sebagai seorang pesepak bola muda.
Berusia 23 tahun, Mastour harusnya tengah menjajaki masa gemilangnya di sebuah klub, berjuang memastikan tempat reguler di skuat, dan berlomba jadi pemain bersinar lewat berbagai macam kompetisi sepak bola.
Tentu tidak ada yang akan memaksanya sehebat Erling Haaland atau Kylian Mbappe yang seperti sudah punya segalanya di awal usia 20-an mereka. Akan tetapi, melihat nasib Mastour saat ini tentu rasanya cukup menyayat hati.
Sejatinya, Mastour tetap seorang pemuda yang punya skill bermain bola, seperti yang ia tunjukkan ketika jadi bocah YouTube bertahun-tahun lalu, tapi hal itu saja tidak cukup.
Ia juga harus bisa membaca permainan, beradaptasi dengan tim di mana pun berada, mencetak gol, atau hal-hal lain yang juga krusial dalam karier seorang pesepak bola. Karena, mengandalkan popularitas saja tidaklah cukup.