Roberto Mancini: Si Pemutus Puasa Gelar dari Italia
INDOSPORT.COM – Roberto Mancini membuktikan bahwa dirinya penghapus kutukan puasa gelar usai membawa Italia menjuarai Euro 2020.
Gelaran Euro 2020 telah berakhir pada Senin (12/07/21) di mana Italia keluar sebagai kampiun dan berhak merebut trofi yang dinamai Henry Delaunay tersebut.
Italia dipastikan menjadi juara usai mengandaskan perlawanan tuan rumah laga final, Inggris, lewat drama adu penalti setelah kedua tim bermain imbang 1-1.
Di waktu normal, Inggris menjadi tim pertama yang mencetak gol di menit ke-2 lewat Luke Shaw. Sedangkan Italia baru bisa membalasnya pada menit ke-67 lewat Leonardo Bonucci.
Keberhasilan Italia mengalahkan Inggris menjadikan Gli Azzurri untuk kedua kalinya memenangi Euro dan mengangkat trofi Henri Delaunay setelah sebelumnya terjadi pada 1968.
Italia pun menambah gelaran trofi internasionalnya menjadi enam, hanya kalah satu gelar saja dari Jerman yang mampu memenangi tujuh gelar.
Dengan keberhasilan Italia menjuarai Euro dalam dua edisi yakni edisi 1968 dan 2020, maka Gli Azzurri menjadi negara kedua yang paling banyak meraih trofi Henri Delaunay tersebut dan hanya kalah dari Jerman serta Spanyol yang mengoleksi tiga gelar.
Keberhasilan Italia meraih gelar Euro pertamanya sejak 53 tahun silam pun kian memperpanjang status Mancini sebagai pemutus puasa gelar tim yang ia bela baik sebagai pemain dan pelatih.
Berikut INDOSPORT rangkum catatan Roberto Mancini sebagai pemutus gelar di tim yang ia bela dan tukangi.
1. Memutur Puasa Gelar Kawan dan Lawan
Saat masih menjadi pemain, Roberto Mancini pernah membela Sampdoria sejak 1982 hingga 1997. Selama 15 tahun, ia menstabilisasikan dir sebagai legenda Il Samp.
Status legenda tak ia dapatkan hanya karena bertahan lama di Sampdoria, melainkan juga karena Mancini mampu mmbawa Il Samp meraih satu-satunya Scudetto sepanjang sejarah klub.
Scudetto itu ia persembahkan di musim 1990/91 di mana ia mencetak 12 gol. Raihan itu melengkapi gelar Coppa Italia yang ia dapatkan di tahun 1984/85, 1987/88, 1988/89 dan 1993/94.
Tuah Mancini berlanjut saat dirinya diboyong ke Lazio di mana tim ibu kota itu mampu ia bawa meraih Scudetto pertamanya sejak musim 1973/75 pada musim 1999/2000, sebelum akhirnya memutuskan istirahat dari hiruk pikuk sepak bolanya.
Setelah membela Leicester City pasca rehat, Mancini memutuskan pensiun sebagai pemain dan menekuni dunia kepelatihan.
Sebagai pelatih pun, tuah pria berusia 56 tahun ini sebagai pemutus puasa gelar tak terhenti kala ia membawa Inter Milan meraih Scudetto pertamanya sejak musim 1988/89 atau 17 tahun lamanya pada musim 2005/06.
Torehan Scudetto Inter itu ia barengi dengan tiga Scudetto lanjutan di musim 2006/07 dan 2007/08 sebelum dirinya hengkang dari Giuseppe Meazza.
Berlanjut ke Inggris, Mancini menukangi Manchester City yang telah berpuasa gelar Liga Inggris selama 44 tahun.
Dan benar saja. Tuahnya berlanjut dengan membawa Man City menjuarai Liga Inggris ke-3 nya di musim 2011/12 lewat gol Sergio Aguero ke gawang Queen Park Rangers.
Tak hanya memecah puasa gelar tim yang ia asuh, tim lawan pun juga memutus puasa gelar saat melawan Mancini. Adalah Wigan Athletic arahan Roberto Martinez yang mampu meraih gelar perdananya yakni Piala FA di musim 2012/13.
Keberhasilan Wigan menjuarai Piala FA karena mampu mengalahkan Man City arahan Mancini lewat gol tunggal Ben Watson di penghujung laga.
Padahal saat itu The Latics dipastikan terdegradasi dari Liga Inggris. Kendati kekalahan itu tak diinginkan Mancini, namun berkatnya lah Wigan mampu meraih titel pertamany sepanjang sejarah klub.