x

Reinkarnasi Duet Lampard-Ballack pada Sosok Mason Mount dan Kai Havertz

Minggu, 1 November 2020 12:42 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Mason Mount dan Kai Havertz.

INDOSPORT.COM – Laga Burnley vs Chelsea menjadi laga yang membuah Frank Lampard bungah. Selain formasi 4-3-3 yang ia terapkan berhasil, ia pun melihat adanya duet baru di lini tengah dari 2 penggawa mudanya, Kai Havertz dan Mason Mount.

Pada laga melawan Burnley, Chelsea menanggalkan formasi 4-2-3-1 andalannya dan mulai memainkan 4-3-3 yang merupakan formasi terakhir yang The Blues pakai dalam 20 menit pertandingan terakhir melawan Krasnodar di Liga Champions 2020/21.

Pada formasi 4-3-3 ini, Lampard memainkan trio N’Golo Kante, Mason Mount dan Kai Havertz di lini tengah untuk menopang trio Hakim Ziyech, Timo Werner dan Tammy Abraham di lini depan.

Baca Juga
Baca Juga

Trio Kante, Mount dan Havertz pun juga bertugas untuk meng-cover lini belakang yang digalang Ben Chilwell, Thiago Silva, Kurt Zouma dan Reece James.

Formasi ini pun berjalan apik sejak menit pertama. Chelsea mampu membuat Burnley kewalahan saat bertahan dan menyerang.

Saat bertahan, Burnley dibuat kelimpungan dengan pergerakan dan umpan daerah Hakim Ziyech yang bertugas sebagai pemain bernomor 10.

Sedangkan saat menyerang, Burnley harus menemui jalan buntuk karena Chelsea mengandalkan pressing tinggi (High Pressing) hingga hampir setengah lapangan. Hal ini memaksa The Clarets untuk bermain Long Ball.

Baca Juga
Baca Juga

Pertahanan rapat Chelsea memang tak lepas dari kehadiran Thiago Silva sendiri. Namun, trio Kante, Mount dan Havertz menjadi penyaring dan pemutus serangan sehingga Burnley frustrasi dan melepaskan bola panjang saat menyerang.

Trio Kante, Mount dan Havertz pun terbilang aktif. Wajar jika Lampard mulai bungah melihat taktik 4-3-3 yang ia terapkan berjalan dengan baik.

Apalagi jika melihat Mason Mount dan Kai Havertz mampu saling melengkapi sebagai pemain bernomor 8 di lini tengah, seperti saat dirinya dan Michael Ballack berduet bersama di lini tengah Chelsea 1 dekade silam.


1. Mount dan Havert: Pewaris Duet Lampard-Ballack

Frank Lampard dan Michael Ballack

1 dekade silam, Chelsea di bawah Carlo Ancelotti memiliki trio maut di lini tengah. Trio tersebut adalah Michael Essien, Frank Lampard dan Michael Ballack. Tiga pemain ini saling melengkapi satu sama lain saat menyerang dan bertahan.

Kehebatan ketiganya membawa kestabilan di permainan Chelsea. Alhasil gelar ganda Liga Inggris dan Piala FA mampu diraih Ancelotti di musim perdananya bersama The Blues pada 2009/10.

Peran apik trio ini pun tak lepas dari Lampard dan Ballack. Tanpa mengenyampingkan peran Essien, Lampard dan Ballack seakan berduet membentuk sebuah orkestra yang apik dalam proses menyerang dan bertahan Chelsea kala di bawah Ancelotti.

Duet Lampard-Ballack telah berlangsung selama 4 musim dan menjalani 132 laga di segala ajang dengan hanya menelan 16 kekalahan saja.

Dalam urusan bertahan, ketika keduanya bermain bersama, Chelsea hanya kebobolan 118 gol dan mampu melesakkan 303 gol. Tak pelak, kehadiran keduanya di lini tengah membuat The Blues ditakuti.

Namun pada 2010/11, duet ini hancur seiring perginya Ballack dari Chelsea. Sejak saat itu, klub asal London barat ini tak punya duet gelandang yang ngotot dan apik saat membantu pertahanan dan penyerangan.

Memang ada nama-nama yang muncul seperti Juan Mata, Oscar, Nemanja Matic, Cesc Fabregas, dan N’Golo Kante. Namun, para pemain ini memiliki kriteria berbeda dengan apa yang Lampard dan Ballack miliki.

Barulah di musim 2020/21 ini, para pendukung Chelsea bisa bernostalgia dengan duet Lampard-Ballack kembali. Hal ini bisa dilihat dari Mason Mount dan Kai Havertz.

Kedua pemain ini merupakan pemain dengan tipikal yang sama. Sama-sama kreatif dan sama-sama punya determinasi tinggi. Perbedaannya, Havertz sedikit lebih ke arah pemain bernomor 10 dan pemain versatile

Meski demikian, Mount dan Havertz seakan ditakdirkan akan menjadi penerus Lampard-Ballack dalam waktu dekat. Kemungkinan ini terlihat dari 2 laga terakhir yang dijalani Chelsea dengan formasi 4-3-3, persis saat Lampard berduet dengan Ballack.

Kemiripan duet ini paling mencolok terlihat di laga melawan Burnley. Pada laga ini, Mount dan Havertz bermain sebagai pemain bernomor 8. Keduanya saling melengkapi satu sama lain layaknya era Lampard-Ballack.

Mount yang bermain di posisi naturalnya mampu tampil beringas dan menjadi pemain yang paling sering membuat peluang (3 kali), tembakan (3 kali), dan tekel sukses (3 kali) di laga ini. Ia melakukan segala hal yang dibutuhkan Chelsea saat bertahan dan menyerang.

Sedangkan Havertz mampu melepaskan umpan sebanyak 68 kali dengan tingkat kesuksesan 90 persen (tertinggi kedua di laga ini) disertai dengan 3 dribel sukses (100 persen) dan memenangi 4 dari 7 duel bola.

Pasangan ini bak regenerasi Lampard-Ballack yang andal dalam mematahkan serangan lawan sebelum memasuki area Chelsea dan andal dalam membangun serangan dari belakang. Hanya kurang gol saja sebelum keduanya benar-benar menghidupkan kembali duet maut ini.

Uniknya, duet Mount-Havertz dan Lampard-Ballack memiliki kemiripan dari negara yang diwakili. Baik Mount dan Lampard sendiri merupakan pemain asal Inggris, sedangkan Havertz dan Ballack sama-sama berasal dari Jerman.

Dengan usia Mason Mount dan Kai Havertz yang masih berusia 21 tahun, menarik dinantikan sejauh mana keduanya menciptakan duet apik di lini tengah Chelsea. Bukan tidak mungkin, keduanya akan melampaui pencapaian duet Frank Lampard dan Michael Ballack.

ChelseaFrank LampardMichael BallackBurnleyIn Depth SportsLiga InggrisSepak BolaMason MountKai Havertz

Berita Terkini

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom