Andrea Pirlo, Si Arsitek Lapangan Hijau yang Kini Tangani Juventus
INDOSPORT.COM – Andrea Pirlo resmi menjadi pelatih baru Juventus menggantikan Maurizio Sarri. Dalam perjalanan kariernya bermain sepak bola, legenda Italia itu dijuluk sebagai sang Arsitek Lapangan Hijau.
Juventus akan mengawali babak baru musim 2020-2021 di bawah asuhan legendanya sendiri, yakni Andrea Pirlo. Penunjukkan Pirlo ini hanya berselang enam hari setelah sang legenda ditunjuk melatih Juventus U-23.
Pelatih berusia 41 tahun yang dikenal ramah ada siapapun itu. Dia pun dikenal sebagai sosok yang elegan baik di dalam maupun di luar lapangan.
Pengalamannya sebagai gelandang serang sekaligus playmaker membuat dia dijuluki sang arsitek lapangan hijau oleh mantan rekan-rekannya, misalnya Roberto Baggio.
“Saat kami bermain bersama, semuanya bergantung padanya. Dia selalu memiliki pandangan yang lebih maju untuk melihat apa dampaknya bisa melakukan tindakan itu. Visi permainannya hebat, apa yang bisa dia lakukan, apa yang bisa dia bangun, membuat dia jadi juara.”
Kesuksesannya bersama timnas Italia U-21 itulah yang membuat Pirlo akhirnya sukses mengukir karier bersama tiga klub raksasa Italia, Inter Milan, AC Milan dan Juventus
Awal Karier Bermain Pirlo
Potensi Pirlo di dalam bermain sepak bola mulai diketahui saat dia memainkan peran kunci dalam kemenangan Kejuaraan Eropa 2000 bersama Timnas Italia U-21. Di babak final, dia mencetak dua gol saat melawan Republik Ceko.
Pirlo yang mengawali karier bersama Brescia akhirnya dilirik oleh Inter Milan yang saat itu di bawah asuhan Marcelo Lipi. Di musim pertamanya, Lipi pernah menilai Pirlo tidak punya potensi jadi playmaker.
Dia pun dipinjamkan selama dua musim ke Regginna dan ke klub masa kecilnya Brescia selama periode 1999-2001, sebelum akhirnya dia dijual ke AC Milan. Bersama AC Milan, karier Pirlo mulai berkembang di mana dia dipasangkan dengan Roberto Baggio.
Baggio sendiri saat itu memuji Pirlo punya bakat terpendam yang susah dikenali, “Andrea mempunyai sesuatu yang tidak sering terlihat.”
Di Bawah Pengaruh Carlo Ancelotti
Karier Pirlo mulai berkembang di AC Milan, di bawah asuhan pelatih Carlo Ancelotti. Ancelotti mempelajari penampilan Pirlo di Bresia dan menyadari Pirlo lebih cocok bermain pada peran yang lebih dalam.
Ancelotti lantas mengubah posisi Pirlo yang awalnya gelandang serang menjadi lebih jauh ke belakang. Tatik pelatih Italia itu pun sukses membuat Pirlo jadi sebuah pemimpin bagi timnya.
Dia pun mempersembahkan gelar juara Serie A pada tahun 2003-2004, setelah kemenangan mereka di Liga Champions atas Juventus dan juga trofi Coppa Italia.
Lebih lanjut, Pirlo juga memenangkan Piala Dunia bersama Italia pada tahun 2006. Pada turnamen ini dia mendapatkan trofi Bola Perunggu, dan Man of the Match di final.
Dia juga membantu Italia ke final Kejuaraan Eropa 2012, namun gagal juara usai ditaklukkan Spanyol dengan skor 4-0. Di titik inilah karier Pirlo sempat meredup, dengan dia juga gagal membawa AC Milan gagal menjuarai Liga Champions 2005 usai kalah dari Liverpool.
Pirlo sempat memikirkan rencana pensiun, namun naluri bermainnya masih kuat. Dia pun mampu membalaskan dendam pada Liverpool, ketika dia memenangkan Liga Champions 2007 bersama Milan.
1. Beralih ke Juventus
Sejak keberhasilannya itu, Pirlo banyak dicari oleh klub papan atas Eropa. Chelsea kabarnya pernah melamarnya pada 2009, namun transfer itu tak terjadi.
Karier Pirlo di Milan mulai meredup pada musim 2010-2011, di mana di hanya mencatat 17 penampilan. Dia pun hengkang sebagai pemain bebas transfer dan beralih ke Juventus.
“Saya memiliki beberapa masalah dengan (manajer AC Milan Massimiliano) Allegrii karena saya cedera selama empat bulan. Ketika saya kembali braksi, tim berjalan dengan baik dan sulit baginya mengubah strategi. Kami memenangkan liga tahun itu tetapi kontrak saya habis dan saya ingin pindah setelah sepuluh tahun (mengabdi),” kata Pirlo soal alasan kepindahannya ke Juventus.
Pirlo yakin bahwa dia masih bisa membuktikan dirinya sebagai salah satu pemain papan atas. Hal itu hanya bisa dia lakukan dengan bermain di Juventus yang sedang mendaki ke puncak sepak bola Italia dan Eropa.
Dampak Pirlo pun langsung terasa. Dia membantu klub meraih gelar Serie A Italia pertama dalam sembilan tahun terakhir, tidak terkalahkan sepanjang musim, dan jadi trofi pertama dari empat gelar Pirlo selama empat tahun di Turin.
Sepanjang kariernya di Juventus, Pirlo dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Serie A edisi 2012, 2013, 2014. Sementara laga terakhirnya untuk Si Nyonya Tua adalah final Liga Champions 2014-2-15, saat timnya kalah dari Barcelona di final Berlin.
Pirlo lantas hijrah ke New York City FC, di mana dia jadi pemain Italia dengan bayaran tertinggi di dunia dalam waktu singkat. Sayangnya, dia harus mengalami cedera pada tahun 2017 yang membuat dia memutuskan gantung sepatu sebabai pemain sepak bola.