Cerita Tomy Sarwanto, Wasit Indonesia Pertama yang Menggunakan VAR
INDOSPORT.COM – Akhirnya, PSSI selaku Federasi Sepak Bola Indonesia memutuskan untuk menerapkan teknologi Video Assistant Referee (VAR) pada Liga 1 2019.
Namun sebelum para wasit Liga 1 mencoba menggunakan VAR, rupanya sudah ada wasit Indonesia yang memanfaatkan teknologi itu lebih dulu, yaitu Tomy Sarwanto.
Dia adalah wasit yang bertugas dalam ajang sepak bola lokal, Bandung Premier League. Ya, VAR yang merupakan teknologi canggih sudah diberlakukan dalam ajang Bandung Premier League pada tahun ini sebelum Liga 1.
Dan Tomy Sarwanto merupakan wasit pertama yang memakai VAR di Bandung Premier League. Tepatnya pada 27 Januari 2019, ajang Bandung Premier League menggelar pertandingan seru antara Grizzly vs Ammers.
Detik-detik Tomy Sarwanto menggunakan VAR terjadi pada saat situasi serangan balik cepat dari tim Grizzly.
Lalu tiba-tiba Tomy Sarwanto memutuskan untuk menghentikan pertandingan sejenak karena ragu dengan penglihatannya tadi akan potensi handball dari pemain Ammers.
Sontak, Tomy Sarwanto memutuskan untuk memakai VAR agar dapat mendapatkan penglihatan yang lebih jelas akan potensi handball yang terjadi begitu cepatnya di dalam kotak penalti Ammers.
“Memang waktu itu kejadiannya begitu cepat lalu saya terpikir kita ada var kenapa saya tidak gunakan, setelah itu baru saya sadar oh ternyata memang handball terjadi, langsung saya tunjuk titik putih bagi Grizzly”, cerita Tomy Sarwanto kepada INDOSPORT.
Gol pun terjadi untuk Grizzly yang ternyata skor 1-1 tetap bertahan hingga akhir. Tapi uniknya baik itu Ammers ataupun Grizzly tidak mempersoalkan sama sekali akan tindakan Tomy Sarwanto yang ingin melihat VAR dulu, justru mereka merasa jalannya laga jadi lebih adil.
Mekanisme Kerja VAR di Bandung Premier League
Secara singkat, mekanisme kerja VAR di Bandung Premier League bergantung pada wasit utama. Jika ia merasa ragu akan sebuah peristiwa yang terjadi begitu cepat, maka wasit tersebut akan langsung meminta VAR.
Tidak seperti di ajang bergengsi di luar negeri, di mana wasit yang meminta VAR tidak berkomunikasi dengan pihak operator melalui alat bantu. Di Bandung Premier League, wasit akan langsung menghampiri ke monitor VAR.
Monitor itu terletak di tempat wasit cadangan, di sana wasit baru berkomunikasi dengan 2 orang operator perihal zoom in atau slow motion dari reka ulang pertandingan di monitor VAR. pihak operator itu sendiri dilengkapi dengan 2 laptop.
Selain 1 monitor VAR dan 2 laptop, juga terdapat 2 kamera CCTV yang akan membantu dalam merekam setiap detil kejadian di lapangan. Dengan peralatan VAR yang seadanya itu, menurut Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, biayanya tidak terlalu mahal.
“Ternyata VAR murah, hanya 25 juta, tetapi akurasinya membuat tingkat kepercayaan semua pihak terhadap putusan wasit sangat tinggi,” ungkap Imam Nahrawi.
Di musim depan sendiri, rencananya ajang Bandung Premier League bakal memperbarui sejumlah sarana dan prasarana agar bisa meningkatkan akurasi dari VAR itu sendiri.
“Musim depan sedang dibangun ruang monitor dan kemungkinan bakal ada peningkatan kualitas monitor dan kamera CCTV,”
Berkaca dari pengalaman Tomy Sarwanto sebagai wasit pertama pengguna VAR yang ternyata sukses membuat pertandingan jadi lebih adil, mungkinkah jika teknologi itu bisa menghindarkan segala kontroversi Liga 1 dan membuat sepak bola Indonesia lebih maju?