Daftar Klub Indonesia yang Angkat Kaki Sebelum atau di Tengah Kompetisi Resmi
INDOSPORT.COM - Klub sepak bola Indonesia, Perseru Serui, belakangan tengah hangat diperbincangkan lantaran terindikasi mengundurkan diri dari Liga 1 2019 akibat problem finansial yang membelit manajemen.
Meski sudah dibantah oleh manajemen, isu ini sepertinya sudah terlanjur ditindaklanjuti PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi. Beberapa klub Liga 2 bahkan dikabarkan siap menggantikan posisi Perseru.
Berkaca dari sejarah, Perseru bukanlah kasus pengunduran diri pertama di kompetisi kasta tertinggi Indonesia. Alasannya pun bermacam-macam, tidak melulu soal kesulitan finansial seperti yang dikaitkan dengan kubu Cendrawasih Jingga.
Berikut INDOSPORT merangkum klub-klub Indonesia yang mengambil keputusan angkat kaki sebelum atau di tengah kompetisi sejak era profesional (1994-sekarang).
1. Aceh Putra (1994/95)
Era profesional bermula pasca-peleburan Perserikatan dengan Galatama pada edisi 1994/95. Jebolan kasta tertinggi kedua kompetisi tersebut (34 klub) pun didaftarkan mengikuti Liga Indonesia, termasuk Aceh Putra.
Namun, alumnus Galatama itu belakangan urung tampil di musim perdana Liga Indonesia lantaran terbentur masalah finansial. Aceh Putra mengambil keputusan final berupa pengunduran diri menjelang sepak mula kompetisi.
Rival Persiraja Banda Aceh ini bahkan dinyatakan pailit lalu membubarkan diri tak lama kemudian. Usia Aceh Putra termasuk singkat lantaran sejatinya baru berdiri pada pengujung dekade 1980-an.
2. Persiku Kudus (1995/96)
Berselang semusim kemudian, giliran Persiku Kudus yang angkat kaki sebelum Liga Indonesia 1995/96 bergulir. Padahal, klub asal Kota Kretek itu tidak terjerat degradasi karena mampu mengakhiri musim sebelumnya di papan tengah klasemen.
Problem klasik serupa Aceh Putra sempat disebut sebagai biang keladi di balik mundurnya Persiku, namun hal ini kurang tepat. Penarikan diri Macan Muria (julukan Persiku) lebih berkaitan dengan sponsor kompetisi.
Liga Indonesia 1995/96 disponsori oleh pabrikan rokok Dunhill, sedangkan donatur Persiku adalah PT Djarum yang notabene rival dalam industri rokok kala itu. Keputusan tersebut tampaknya membawa kesialan mengingat Persiku tak pernah lagi menjejak kasta tertinggi sampai sekarang.
3. Putra Samarinda (2001)
Kasus berbeda terjadi pada edisi 2001. Tidak ada klub yang mengundurkan diri di awal musim, tapi begitu sudah bergulir malah muncul permasalahan serius yang menimpa salah satu wakil Kalimantan, Putra Samarinda.
Klub asal ibu kota Provinsi Kalimantan Timur ini menarik diri setelah merampungkan 13 pertandingan. Alasannya yaitu kecewa dan merasakan ketidakadilan setelah dirugikan dalam sejumlah laga Liga Indonesia.
Gara-garanya, Pusam tak terima pemainnya yang bernama Irlendi dijatuhi sanksi larangan bermain selama setahun ditambah denda sebesar satu juta rupiah. Hukuman ini merupakan buntut insiden kebrutalan saat bertandang ke markas Persma Manado di Stadion Klabat.
4. Eksodus LPI (2010/11)
Kasus pengunduran diri klub yang paling fenomenal tentu saja menjelang periode dualisme kepengurusan PSSI (2011). Total tiga kontestan Liga Super Indonesia (LSI) 2010/11, yaitu Persibo Bojonegoro, Persema Malang, dan PSM Makassar, keluar di tengah kompetisi.
Ketiganya termakan rayuan kompetisi ilegal kala itu, Liga Primer Indonesia (LPI). Baik Persibo, Persema, maupun PSM menerima konsekuensi dicoret dari kepesertaan PSSI lantaran memutuskan mundur di tengah kompetisi resmi.
Dampak terbesar dirasakan oleh PSM yang waktu itu sebetulnya tengah menguasai klasemen LSI 2010/11. Robert Rene Alberts selaku pelatih kepala bahkan langsung cabut karena tak mau terlibat dan terjebak dalam pusaran dualisme Liga Indonesia.
Ikuti Terus Perkembangan Sepak Bola Indonesia dan Olahraga Lainnya Hanya Di INDOSPORT.