Bagaimana Nasib 7 Klub Liga Indonesia Pasca Dipimpin Vigit Waluyo?
INDOSPORT.COM - Nama Vigit Waluyo saat ini tengah menjadi bahan perbincangan atas keterlibatan pengaturan skor pertandingan (match fixing) di Liga Indonesia. Lantas bagaimana nasib klub-klub pasca dipimpinnya?
Vigit Waluyo dikabarkan pernah memimpin beberapa klub di Liga Indonesia. Klub-klub yang diasuh Vigit Waluyo diduga selalu mendapat keuntungan selama bertanding.
Baik itu meraih kemenangan, hadiah penalti, hingga wasit yang bertugas kurang adil. Diduga Vigit lah yang mempermainkan klub-klub rival saat bersua timnya.
Bahkan baru-baru ini terduga pelaku pengaturan skor pertandingan (match fixing) Vigit Waluyo menyerahkan diri ke Kejari Sidoarjo, Jawa Timur. Ia datang bersama keluarga pada 28 Desember 2018 lalu.
Meski begitu pada kenyataannya Vigit Waluyo dianggap sebagai orang yang berbahaya dalam menjalani bisnis di dunia sepak bola nasional. Ia juga kerap dicap sebagai penadah jual-beli lisensi klub.
Menurut penelusuran redaksi INDOSPORT, Vigit Waluyo sempat memimpin 7 (tujuh) klub sepak bola nasional Liga Indonesia. Kira-kira bagaimana nasib klub tersebut saat ini?
1. 1. Persewangi Banyuwangi
Salah satu klub asal Jawa Timur Persewangi Banyuwangi dikabarkan pernah dipimpin oleh Vigit Waluyo. Saat itu ia dipercaya menjadi manajer klub kelahiran 1970 ini.
Tetapi entah tahun berapa Vigit menjadi manajer Persewangi. Akan tetapi saat ini Persewangi berkiprah di Liga 3, terakhir mampu tembus ke hingga babak 32 besar.
Prestasi terbesar Persewangi adalah tembus ke Divisi Utama 2011/2012 silam. Bahkan Persewangi juga melahirkan pemain seperti Hendri Kartiko hingga Zaenal Ichwan.
2. PSIR Rembang
Lalu ada pula PSIR Rembang yang juga pernah menunjuk Vigit Waluyo sebagai manajer. Vigit ketika itu menjabat manajer PSIR Rembang pada 2008/2009.
Raihan tertinggi PSIR Rembang adalah finis peringkat dua Grup 2 Divisi Utama. Kini PSIR Rembang akan bermain di Liga 3 2019 pasca degradasi dari Liga 2 2018.
3. Deltras Sidoarjo
Kemudian yang paling terlihat jelas adalah ketika Vigit Waluyo menjadi manajer Deltras Sidoarjo. Saat itu publik Jawa Timur mengelu-elukan nama Vigit dan Deltras.
Bersama Vigit, Deltras menjelma menjadi klub yang paling ditakuti. Karena Deltras mampu menembus Liga Super Indonesia pada 2008/2009 (degradasi), 2010/2011 (finis ke-13), dan 2011/2012 (degradasi) dan kini berkarier di Liga 3.
2. 4. Persikubar Kutai Barat
Lalu pada kelincahan Vigit Waluyo kembali mewarnai sepak bola nasional. Ia diajak oleh Wisnu Wardhana untuk membawa klub Persikubar Kutai Barat ke Surabaya.
Setelah Vigit tak lagi berada di klub tersebut, kini nama Persikubar Kutai Barat berubah nama pada tahun 2015.
Perubahan nama tersebut mulai dari Persebaya DU, Persebaya United, Bonek FC, Surabaya United, hingga akhirnya kini bernama Bhayangkara FC.
5. PS Mojokerto Putra
Kemudian ada PS Mojokerto Putra yang dianggap memasukan nama Vigit Waluyo dalam jajaran manajemen. Klub yang bermain di Liga 2 ini kerap mendapat keuntungan hadiah penalti dan tak terkalahkan di kandang sendiri.
Meski begitu presiden PS Mojokerto Putra Firman Efendi membantah kalau Vigit Waluyo adalah pemilik klub asal Jawa Timur ini. Kini PS Mojokerto bermain di Liga 2 2019.
"Sudah beberapa kali saya tegaskan, kami tak ada hubungannya dengan Vigit Waluyo," jelas Firman, Rabu (26/12/18) lalu.
6. Perseba Bangkalan
Lebih lanjut Vigit Waluyo juga sempat memipin Perseba Super Bangkalan pada 2014. Usai diambilalih oleh Vigit, tiba-tiba saja klub ini dijual secara sepihak.
Perseba dijual ke Samarinda dan mengubah nama menjari Pusamania Borneo FC. Kini Borneo FC berkiprah di Liga 1 2019.
3. 7. Mitra Kukar
Terakhir adalah Mitra Kukar dimana Vigit Waluyo pernah menjabat sebagai asisten manajer pada 2008 lalu. Mitra Kukar dibawah naungan Vigit menjelma menjadi tim yang menakutkan.
Tetapi kini pasca ditinggalkan Vigit, Mitra Kukar terjerembab ke Liga 2 musim 2019 usai degradasi dari Liga 1 2018 lalu. Di mana Mitra Kukar menempati posisi 16 klasemen akhir.
Terus Ikuti Update Berita Sepak Bola Indonesia Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM.