3 Alasan Manchester City Bisa Pertahankan Juara Liga Primer Inggris Di Musim 2018/19
INDOSPORT.COM - Sejak hampir satu dekade lalu, belum ada yang mampu mempertahankan gelar Liga Primer Inggris. Mampukah Manchester City melakukannya musim ini?
Sejak 2008/2009 saat Manchester United (yang masih dilatih Sir Alex Ferguson saat itu) mempertahankan gelar Liga Primer Inggris, belum ada yang mampu melakukannya.
Sementara di liga-liga lain kita melihat Juventus begitu merajai Serie A Italia selama tujuh musim terakhir, begitu juga Bayern Munchen yang sudah lima musim terakhir menjadi juara Bundesliga Jerman.
Ada beberapa faktor yang jadi penyebab. Jadwal kompetisi yang padat, ditambah dua ajang piala lokal (Piala FA dan Carabao/Piala Liga) dan belum lagi mereka yang berkompetisi di level Eropa membuat tak semua klub mampu tampil konsisten dari awal hingga akhir.
Manchester City diperkirakan mampu mempertahankan gelar Liga Primer Inggris musim ini. Memang masih terlalu dini karena kompetisi baru saja menyelesaikan dua laga awal.
Tetapi ada alasan yang membuat tim asuhan Pep Guardiola ini mampu mengangkat trofi lagi musim ini seperti yang dilansir INDOSPORT dari Sports keeda. Berikut pembahasannya:
1. Sempurna di Semua Lini
Di bawah pelatih Pep Guardiola, Man City punya sederet pemain yang nyaris sempurna di semua lini. Baik di depan, tengah, maupun belakang.
Di depan, semua tahu ada Sergio Aguero. Namun jangan lupakan Gabriel Jesus dan Raheem Sterling yang tampil cukup konsisten sepanjang musim lalu.
Di tengah saat ini memang sedikit terkendala dengan cederanya Kevin De Bruyne. Namun Pep bisa memaksimalkan peran Bernardo Silva yang musim ini mulai terlihat potensinya. Lalu ada Riyad Mahrez yang di dua laga awal tampil cukup baik.
Di lini belakang ada Nicolas Otamendi yang sigap menghalau serangan lawan. Kiper Ederson juga terbilang oke dan bahkan Kasper Schmeichel (Leicester City) memuji kiper Brasil ini.
2. Perpaduan Pemain Muda dan Pengalaman
Tidak mungkin skuat mempertahankan pemain-pemain lamanya. Harus ada kombinasi antara yang muda dan yang berpengalaman. Inilah yang dilakukan Guardiola.
Ada Otamendi dan Vincent Kompany yang lebih senior dan pengalaman, namun eks pelatih Barcelona tidak lupa memberi kesempatan dengan pemain lokal yang masih berusia 18 tahun Phil Foden.
Dengan perpaduan ini, tentunya permainan menjadi lebih berwarna. Para pemain muda dengan semangatnya para senior dengan ketenangannya di lapangan.
3. Efek Pep
Saat Pep memulai debutnya di tanah Inggris, banyak yang meragukan dia bisa berhasil. Liga Primer Inggris tidak seperti Bundesliga Jerman atau La Liga yang juaranya "itu-itu lagi". Persaingan Liga Primer Inggris lebih 'kejam' ketimbang liga-liga lainnya,
Musim pertama Pep di The Citizens memang tidak membuahkan trofi. Tidak mengapa, dan di musim keduanya Pep membuktikan bahwa dia bisa meraih gelar Liga Primer Inggris dan Piala Liga.
Memang untuk berkompetisi di level Eropa masih jauh. Setidaknya Pep mampu menciptakan tim yang disegani. Bersama Barcelona, eks pemain Timnas Spanyol ini sudah meraih 14 trofi.
Kejeniusan Pep dalam meracik pola permainan diakui oleh eks pelatih Napoli Maurizio Sarri yang merasakan timnya (saat itu) kalah di fase grup Liga Champions Eropa. Bahkan Pep dianggap 'merusak' gaya sepakbola Italia yang serba bertahan sehingga tim yang bermarkas di Sao Paolo ini harus mengikuti gaya main lawan.
Ikuti terus berita Liga Inggris dan olah raga lainnya di INDOSPORT.