x

3 Bintang Timnas Indonesia Bertitel Dokter, 2 Diantaranya Spesialis Gigi

Rabu, 18 April 2018 15:17 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
Ilustrasi Dr Sepakbola

Bukan hal yang aneh bila banyak orang bercita-cita menjadi seorang pesepakbola profesional karena mereka memiliki gaji yang luar biasa.

Ambil contoh megabintang Barcelona, Lionel Messi. Pria berpasor Argentina itu mendapat bayaran sebesar 432 ribu poundsterling atau sekitar Rp7,7 miliar setiap minggunya.

Tawaran gaji tinggi itu pun membuat banyak pesepakbola memilih untuk fokus di dunia kulit bundar dan enggan mencoba hal-hal baru.

Akan tetapi, ternyata tidak semua pesepakbola seperti itu. Beberapa di antaranya bahkan menjajal dunia lain yang bisa dikatakan sangat jauh dari urusan sepakbola, contohnya dunia kedokteran.

Untuk menjadi seorang dokter sendiri, mereka rela mengikuti pendidikan yang tentunya tidak mudah dan butuh niat lebih, lantaran kesehatan pasien ada di tangan mereka.

Baca Juga

Berikut ini INDOSPORT coba merangkum sejumlah pesepakbola Indonesia yang diluar dugaan juga memiliki profesi sebagai seorang dokter.


1. 1. Kwee Kiat Sek

Henky Timisela (kiri) bersama Kwee Kiat Sek.

Pada ajang Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia, Indonesia mengirim Timnas Indonesia untuk ikut bersaing. Di dalam skuat Timnas Indonesia sendiri terdapat sosok yang gahar di lapangan, yakni Kwee Kiat Sek.

Memulai karier dari Sekola Sepakbola (SBB) Union Makes Strenght (UMS), Kwee tercatat pernah memperkuat dua klub besar Tanah Air, yakni Persija Jakarta dan Persib Bandung.

Selama bermain sepakbola, Kwee yang merupakan putra Suryy Kusnadi dan Liani Gunawan itu sembari mengikuti pendidikan Kedokteran di Institut Teknologi Bandung pada 1955. Dua tahun berselang, ia pindah jurusan ke Kedokteran Gigi di Universitas Res Publika.

Di usia 35 tahun, Kwee yang kemudian berganti nama menjadi Arief Kusnadi menyelesaikan pendidikan kedokteran gigi. Ia kemudian beralih profesi dari pesepakbola menjadi dosen kedokteran gigi di Universitas Trisakti.

Pada 30 Agustus 2001, Arief menghebuskan napas terakhir akibat serangan jantung. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Petamburan, Jakarta.


2. 2. Endang Witarsa

Endang Witarsa mantan pemain sepakbola timnas dan pelatih Persija Jakarta.

Bagi orang yang menempuh pendidikan kedokteran gigi, tentunya ia memiliki target saat lulus nanti memiliki pekerjaan sebagai dokter gigi. Akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi seorang Endang Witarsa.

Mencintai sepakbola sejak umur enam tahun, Endang yang menjalani pendidikan kedokteran gigi di Amerika Serikat nyatanya memilih untuk mencurahkan seluruh hidupnya untuk perkembangan sepakbola Indonesia.

Memulai karier sepakbola di Union Makes Strenght (UMS), Endang terus berlatih dan mempelajari teknik dan ilmu mengolah si kulit bundar, hingga akhirnya ia pernah dipercaya sebagai pelatih Timnas Indonesia.

Dikenal sebagai pribadi yang tegas, Endang berhasil membuat para pemainnya memiliki mental dan semangat berjuang tingkat tinggi. Hingga akhirnya Timnas Indonesia pernah meraih gelar juara Kings Cup 1868 di Thailand, Merdeka Games 1969 di Malaysia, dan Aga Khan Cup di Pakistan.

Tidak hanya itu, pria yang meski memiliki titel Dokter Gigi namun tidak pernah membuka praktek itu juga punya rekor yang belum bisa dilampaui, yakni sebagai orang tertua yang pernah menjadi pelatih (90 tahun) dan tercatat di buku rekor MURI.


3. 3. Achmad Nawir

Achmad Nawir (kiri).

Pada 1938 lalu, siapa yang sangka jika Indonesia bisa menjadi peserta pesta terbesar kompetisi sepakbola dunia, apalagi kalau bukan Piala Dunia.

Ya, setelah Jepang mengundurkan diri, Indonesia yang saat itu masih menggunakan nama Hindia Belanda menjadi negara asal Asia pertama yang tampil di Prancis, tuan rumah pergelaran Piala Dunia 1938.

Dalam skuat Timnas saat itu sendiri ada satu pemain yang menarik perhatian, karena menggunakan kacamata saat bertanding. Sosok itu adalah Achmad Nawir.

Terlepas dari penampilan unik sekaligus handal di lapangan, Achmad juga menyimpan sebuah fakta mengejutkan. Ternyata Achmad memiliki profesi lain sebagai dokter.

"Kapten timnya adalah seorang dokter, yang menggunakan kacamata," ungkap wartawan The Times yang meliput pertandingan Timnas Hindia Belanda Piala Dunia 1938, dikutip dari Aktual (07/01/15).

Meski punya gelar dokter, Achmad tidak menggunakannya untuk mendapat pundi-pundi rezeki. Alih-alih, ia mencari nafkah dengan menjadi pesepakbola di tim HBS Surabaya. Setelahnya, ia menjadi pelatih Persebaya Surabaya di era kemerdekaan.

Ketika usianya menginjak 84 tahun, Achmad menghembuskan napas terakhirnya pada April 1995 silam.

Timnas IndonesiaLiga IndonesiaEndang Witarsa

Berita Terkini

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom