Menakar Untung Rugi Regulasi Anyar PSSI
PSSI telah menerapkan regulasi baru untuk kompetisi musim 2018. Induk organisasi sepakbola di Tanah Air itu telah mengambil keputusan bahwa setiap tim wajib mendaftarkan tujuh pemain U-23.
Kewajiban menerapkan pemain muda akan diterapkan PSSI pada musim depan. Hal ini diutarakan langsung oleh Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono.
"Gagasannya adalah 23 pemain itu tidak ada batasan umur, tujuh pemain usia U-23 skuat keseluruhan 30. Exco yang memutuskan, Exco punya keinginan agar difinalisasi dan disosialisasikan kepada teman-teman klub," ujar pria yang akrab disapa Jokdri itu.
"Kemarin tidak dibatasi skuat seniornya, sekarang dari 30 ada 23 tanpa batasan usia. Kami ingin, dengan jadwal yang ketat, klub bisa memaksimalkan pemain muda mereka," tambahnya.
Keluarnya regulasi ini memang disambut positif dari beberapa pihak. Selain bagus untuk pemain muda Indonesia, regulasi ini juga dapat sebagai regenerasi Timnas Indonesia.
Namun di balik positif regulasi ini, PSSI juga dibayangi sisi negatif. Alasannya, karena regulasi ini juga sebagai pembatas pemain senior untuk berkarya.
Kini INDOSPORT mencoba menakar untung rugi regulasi penggunaan tujuh pemain U-23. Ini penjabaran INDOSPORT:
1. Indonesia Butuh Pemain Bola
Langkah kebijakan PSSI yang menerapkan setiap tim mendaftarkan tujuh pemain U-23 memang memiliki dasar kuat. Nantinya dari regulasi ini diharapkan akan menghasilkan pemain muda yang berkualitas.
Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, berkeinginan dengan diterapkannya regulasi ini bisa menambah jam terbang pesepakbola muda Tanah Air.
"Begitu saatnya dan baru main. Kita cari pemain. Saya sudah minta klub mainkan pemain, tapi klub gak mau, masih mau mainkan yang tua-tua," ucap Edy.
"Padahal kita perlu pemain muda. Kita perlu untuk mencari Timnas juga," jelas dia.
2. Meniru Kebijakan Eropa
Kebijakan PSSI untuk menerapkan penggunaan banyak pemain muda bukan langkah sembarang. PSSI juga memiliki harapan bahwa ke depannya setiap klubnya dapat memainkan pemain muda dari akademinya.
Sistem ini diterapkan PSSI dengan berkaca apa yang telah dilakukan oleh negara besar di Eropa. Sebab di negara berkembang para klub dapat menghasilkan pemain dari akademi mudanya.
"Kita harus punya perbandingan dengan Jepang, Australia dan negara Eropa. Di Eropa menggunakan home ground player. Pemain yang sekurang-kurangnya dilatih 36 bulan di akademinya. Kami juga ingin jadi contoh ke depan akan jadi pertimbangan home ground player," ucap Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono.
3. Sebagai Back Up Pemain Senior
Terkait regulasi penggunaan tujuh pemain U-23 juga disambut positif oleh pemain senior Bayu Pradana. Kapten tim Mitra Kukar ini melihat kebijakan ini dapat meringankan peran para senior, di mana nantinya para pemain muda ini dapat melapisi peran para senior.
Bayu angkat bicara setelah Mitra Kukar mengambil langkah dengan mengontrak dua pemain muda Timnas Indonesia U-19, Muhammad Luthfi Kamal Baharsyah dan Rifan Nahumarury.
"Ini suatu keuntungan bagi kita. Karena mereka juga bagus saat ini dan nantinya bisa bergantian dengan pemain senior," ucap Bayu.
4. Ditunggu Konsistensi PSSI
Dari sisi positif penggunaan regulasi ini, PSSI juga dihadapi dengan permasalahan konsistensi. Sebab bukan tidak mungkin PSSI akan kembali mengubah regulasi ini.
Rasa kekhawatiran ini muncul dari pengalaman kompetisi musim 2017. Pada saat itu PSSI menerapkan regulasi jumlah penggunaan pemain U-23. Sayang di tengah kompetisi PSSI menghapus regulasi tersebut.
Hal ini lah yang dikhawatirkan akan kembali terjadi di kompetisi musim depan. Hal ini seperti diutarakan oleh asisten pelatih Persiba Balikpanan, Haryadi.
"Musim lalu kan sempat lima pemain U-23, lantas di tengah jalan regulasi diubah. Ini merugikan klub dan pemain," keluh dia.
"Kualitas pemain U-23 Persiba cukup memuaskan, makanya PSSI juga harus konsisten dengan aturan. Jangan di tengah musim berubah, kasihan pemain," tambah dia.