3 Fakta yang Bisa Turunkan Performa Comvalius di Thailand
Sylvano Comvalius akhirnya mengumumkan nasib masa depannya usai meninggalkan Bali United. Comvalius memilih untuk berkarier di Liga Primer Thailand musim depan.
Penyerang asal Belanda ini akan berseragam Suphanburi FC sebagai pelabuhan barunya. Comvalius menyatakan bakal diikat selama 2 musim bersama klub yang juga pernah dibela Sergio van Dijk ini.
Bergabungnya Comvalius dengan Suphanburi juga dikonfirmasi Gabriel Budi yang menjadi agennya. Sang agen menyebut bahwa Suphanburi merupakan peminat serius Comvalius sejauh ini.
"(alasannya) Tantangan baru, mereka juga sangat serius kepada Comvalius," tambahnya.
Meski demikian, Comvalius mesti memperhatikan sejumlah fakta terkait Suphanburi FC dan kompetisi di Thailand. Iklim yang berbeda dengan sepakbola nasional membuatnya harus bisa beradaptasi jika tak ingin hilang performa.
Berikut 3 catatan yang harus diwaspadai Comvalius, hasil rangkuman INDOSPORT:
1. Hegemoni Keluarga Politisi
Suphanburi merupakan klub yang didirikan pada tahun 1998. Klub ini berasal dari wilayah Suphan Buri, sebuah wilayah di barat laut Bangkok.
Klub ini pertama kali bermain di Liga Primer Thailand pada tahun 2006. Namun, Gajah Perang harus kembali terdegradasi pada tahun keduanya di kompetisi utama Thailand tersebut.
Klub ini dimiliki oleh keluarga Silpa-Archa, yang merupakan politisi berpengaruh di Thailand. Worawoot Silpa-Archa, sang presiden merupakan anak dari Banharn Silpa-Archa yang pernah menjadi Perdana Menteri di Thailand.
Sebagaimana sebuah klub yang dimiliki oleh pejabat tinggi, Suphanburi merupakan klub yang dikenal tak segan untuk memecat penggawanya jika dianggap tak memberikan pengaruh baik. Lihat saja bagaimana 11 deretan pelatih yang keluar masuk sejak tahun 2011 silam.
Suphanburi juga diketahui merombak habis penggawa asingnya musim ini. Dellatorre yang menjadi top skor klub dengan torehan 14 gol tak dipermanenkan dari Atletico Paranaense.
Demikian pula 13 gol yang ditorehkan Nicolas Velez musim ini, tak membuatnya diperpanjang oleh Suphanburi. Hal ini tentu saja menjadi beban sendiri bagi Comvalius untuk bisa membuktikan diri.
Padahal, sebelumnya Comvalius bisa bermain dengan lepas saat berkostum Bali United. Hal ini pula yang menjadi rahasianya menjadi pencatat sejarah sebagai penyerang dengan torehan gol sepanjang masa di Indonesia.
2. Skandal dan Prestasi yang Memalukan
Liga Primer Thailand baru saja dihebohkan dengan kasus pengaturan skor di akhir musim ini. Setidaknya ada 12 oknum yang menjadi tersangka dalam skandal memalukan ini.
5 dari 12 orang yang diciduk sendiri merupakan pemain yang berlaga di Liga Primer Thailand. Selain itu, ada pula wasit yang terlibat dalam skandal ini.
Fakta ini membuat atmosfer kompetisi Thailand dikhawatirkan meredup. Apalagi Nakhon Ratchasima merupakan klub yang berada satu posisi di bawah Suphanburi di klasemen akhir Liga Primer Thailand.
Tentu saja hal ini membuat segala bentuk spekulasi tentang pengembangan kasus akan terus bergulir. Implikasi yang paling dikhawatirkan adalah menurunnya animo pendukung di stadion.
Padahal, Suphanburi dikenal memiliki pendukung yang cukup fanatik di Thailand. Rata-rata laga Suphanburi dihadiri oleh 15 ribu pendukung.
Belum lagi seretnya prestasi klub berjuluk Gaja Perang tersebut musim ini. Sinthaweechai 'Kosin' Hattairattanakool dan kawan-kawan hanya finish di urutan ke-11 musim ini.
3. Hati yang Tertambat di Bali
Kepergian Sylvano Comvalius dari Bali United memang mengejutkan para pendukung. Sejak pertama kali menjejakkan kakinya di Pulau Dewata, Comvalius langsung menjadi perhatian publik sepakbola Bali.
Perlahan tapi pasti, Comvalius pun langsung menjadi magnet bagi para pendukung untuk mendukung langsung di tribun. Pasalnya, pria yang baru saja mendapatkan anak keduanya ini mampu menjadi mesin gol bagi Bali United.
Comvalius juga langsung membawa Bali United sebagai penantang kuat juara musim ini. Bahkan, jika tak ada drama, mungkin saja Bali United bisa menjadi kampiun di akhir musim, sebelum dinyatakan mereka harus kalah bersaing dengan Bhayangkara FC.
Hal ini membuat Comvalius berang dan mengungkapkan kekecewaan yang mendalam. Dari sinilah desas-desus kepergiannya muncul dan terjadi pada pekan lalu saat dirinya resmi dilepas Bali United.
Meski demikian, eks pemain Dynamo Dresden ini menyatakan bahwa Bali menempati ruang spesial di hatinya. Apalagi pendukung Bali United yang tak henti menyemangatinya selama musim ini.
"Terima kasih juga untuk seluruh suporter Bali United. Dan yang tidak kalah penting, terima kasih untuk keindahan Indonesia. Saya mendapat begitu banyak kenangan indah dari orang-orang yang menunjukkan cintanya diseluruh negara ini," tutup Comvalius.
Pencatat sejarah dengan 37 golnya musim ini pun menyebut bahwa besar kemungkinan dirinya akan kembali. Apalagi Bali disebutnya sebagai rumah kedua.
"Bali akan menjadi rumah kedua untuk saya dan saya berharap pintu akan selalu terbuka untuk saya kembali. Terima kasih untuk Bapak Yabes dan Pieter Tanuri yang telah memberikan saya kesempatan bermain di Indonesia. Terima kasih juga kepada seluruh pemain, staf pelatih dan juga semua orang yang telah bekerja keras bagi tim Bali United untuk satu musim yang luar biasa," katanya.
Jika sudah begini, maka tantangan bagi para pendukung dan manajemen cukup besar untuk bisa mendapatkan kembali performa Comvalius. Mereka ditantang untuk bisa menciptakan suasana yang kondusif dalam tim, jika tak ingin merusak performa sang legenda sepakbola Indonesia.