x

6 Pesepakbola Nasional yang 'Bangkit' Usai Alami Cedera Horor

Sabtu, 5 November 2016 16:09 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Ramadhan

Cedera kerap membuat performa seorang pemain mengalami penurunan. Yang lebih parah, beberapa pemain terpaksa pensiun dini lantaran tak bisa sembuh dari cedera yang menggerogotinya.

Sebut saja Sebastian Deisler, Ruben de la Red, Owen Hargreaves hingga Marco van Basten, di antara para pesepakbola dunia yang kalah bertarung dengan cedera dan memutuskan untuk pensiun dini dari dunia si kulit bundar.

Meski demikian, ada beberapa pemain yang berjuang keras dan mampu keluar dari masa kelam saat dihantam cedera.

Hal itu pula yang dialami oleh sejumlah pesepakbola nasional seperti striker Tim Nasional Indonesia, Boaz Solossa hingga pemain gaek Persiba Balikpapan, Bima Sakti yang saat ini masih aktif sebagai pemain sekaligus asisten pelatih.


Boaz Solossa saat menjalani sesi latihan bersama Persipura Jayapura.

Hebatnya lagi, mereka bahkan tetap menampilkan permainan terbaik meski ada yang sempat absen dalam waktu yang sangat lama, kurang lebih 2 tahun. Siapa saja mereka? Berikut INDOSPORT merangkumnya untuk pembaca setia.


1. Boaz Solossa

Selebrasi Boaz Solossa setelah menjebol gawal Malaysia.

Sebelum menjadi pilihan utama di pos penyerangan Tim Nasional (Timnas) Indonesia seperti saat ini, Boaz Solossa pernah mengalami masa kelam dengan cedera.

Kemenangan Timnas Indonesia 3-0 atas Hong Kong dalam laga uji coba, di Stadion Geora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 2007 lalu, harus dibayar mahal dengan cedera patah kaki yang di alami oleh Boaz Solossa.

Cedera yang dialami oleh pemain kelahiran Papua itu, terjadi setelah Boaz ditekel keras oleh salah satu pemain Hong Kong di sisi kanan pertahanan tim tamu. Kapten Persipura Jayapura ini harus menerima kenyataan pahit mengalami cedera parah pada engkel kaki kanannya.

Saat itu, pertandingan sudah berlangsung 70 menit dan Timnas sedang dalam posisi unggul 2-0. Boaz pun langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih intensif. Cedera itu pula membuat Boaz tidak bisa berlaga di Piala Asia untuk memperkuat tim Merah Putih.

Masa penyembuhan cedera itu juga membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Sempat merasa tidak diurus proses penyembuhannya oleh Timnas, Bochi (sapaan akrab Boaz) mendapatkan perhatian lebih dari Persipura, klub yang membesarkan namanya.

Persipura menanggung semua biaya pengobatan Boaz hingga sembuh. Bahkan usai kejadian itu, sempat diisukan Boaz tak ingin memperkuat Timnas lantaran kecewa dengan sikap PSSI yang seakan tidak bertanggung jawab terhadap proses penyembuhan cederanya.

Efek dari cedera tersebut hingga saat ini terkadang masih dirasakan Boaz. Beberapa kali adik Ortizan Solossa tersebut harus menepi akibat cedera.

Meski demikain, Boaz tetap menunjukan semangat dan kualitasnya di atas lapangan. Usai cedera parah di 2007 tersebut, ia kemudian mengantarkan Persipura Jayapura menjadi juara Indonesia Super League (ISL) di musim 2009/10, 2010/11, dan 2012/13.

Saat ini, ia pun dipanggil masuk Timnas Indonesia oleh pelatih Alfred Riedl. Tak main-main, Boaz diberi kepercayaan untuk mengemban ban kapten, memimpin rekan-rekannya di Piala AFF 2016 nanti.


2. Alfin Tuasalamony

Alfin Tuasalamony

Bek sayap ini memiliki awal karier yang menjanjikan. Kecepatan dan gaya menyerangnya dalam bermain sangat berguna bagi tim kala melakukan serangan balik.

Alfin Tuasalamony yang juga merupakan jebolan SAD Uruguay generasi pertama itu pernah membela CS Vise. Berbeda dengan rekannya, Syamsir Alam, Alfin justru menjadi langganan tim inti CS Vise di musim 2011-2013.

Bakat hebat Alfin sempat membuat pemandu bakat klub elite Portugal, Benfica terpikat. Akan tetapi, Alfin lebih memilih pulang kampung dan bergabung bersama Persebaya Surabaya selepas membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013.

Pada 2015, Alfin hijrah ke Persija Jakarta mengikuti jejak pelatihnya dari Persebaya Surabaya, Rahmad Darmawan. Malangnya, saat kompetisi ISL 2015 terhenti, ia jadi korban kecelakaan. Kaki kirinya patah ditabrak mobil yang dikendarai seorang ibu di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.

Usai operasi cederanya, Alfin bergabung dengan Pusamania Borneo FC untuk kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) 2016. Akan tetapi, ia tidak pernah diturunkan lantaran tak dalam kondisi terbaiknya.

Kabar terakhir, Alfin dikontrak oleh Bhayangkara United pada Agustus lalu untuk putaran kedua TSC 2016. Pemain berusia 24 tahun tersebut telah mengikuti latihan, namun belum bisa dimainkan lantaran harus menjalani masa penyembuhan setelah menjalani operasi pencabutan pen yang menyangga kakinya.

Menarik ditunggu melihat sentuhan dan aksi Alfin bersama Bhayangkara United di sisa musim TSC 2016.


3. Bima Sakti

Bima Sakti (Persiba)

Bima Sakti merupakan satu di antara sekian banyak pemain Indonesia yang pernah merumput di luar negeri. Meski pernah mengalami patah kaki, karier pemain 40 tahun ini tetap stabil.

Bima mendapat tekel brutal dari pemain India, Baichung Bhutia pada partai semifinal Piala Ho Chi Minh City di Vietnam 2002 lalu. Setelah dilakukan diagnosis, Bima dikabarkan mengalami patah tulang fibula dan engkel kaki kirinya mengalami pergeseran.

Cederanya tergolong parah, hingga Bima Sakti harus sampai diterbangkan ke National University Hospital di Singapura dan ia terpaksa absen dari sepakbola selama 9 bulan. Insiden itu pun selalu membekas di benak pria kelahiran Balikpapan tersebut.

Selepas pulih dari cedera, Bima Sakti mulai menata kembali kariernya dan kerap berpindah-pindah klub. Mulai dari PSPS Pekanbaru, Persema Malang, Mitra Kukar, Gresik United, hingga saat ini bersama Persiba Balikpapan sebagai asisten pelatih.


4. Dian Agus Prasetyo

Aksi penyelamatan Dian Agus Prasetyo dalam sesi latihan.

Sebelum dipanggil Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2016 mendatang, penjaga gawang berusia 31 tahun ini sempat mengalami masa kelam dalam karier sepakbolanya. Dian Agus sempat 2 kali menepi akibat diterpa cedera parah dalam kurun waktu 2 tahun.

Cedera parah pertama didapat pemain kelahiran Ponorogo, Jawa Timur ini saat masih membela Pelita Jaya Karawang tahun 2010. Cedera pada tulang keringnya memaksa Dian Agus absen selama 6 bulan dan melewatkan sisa kompetisi ISL 2009/10.

Saat memutuskan berkostum Arema di ISL musim 2011/12, badai cedera kembali menghantuinya. Dian Agus kembali mengalami cedera tulang kering usai berbenturan dengan pemain Persela Lamongan, Desember 2011.

Setelah dilakukan diagnosis, dokter menyatakan Dian Agus harus menepi selama 5 bulan akibat cederanya tersebut. Namun, masa kelam tersebut tak membuat kiper Pusamania Borneo FC itu meredup.

Keputusannya hijrah ke Barito Putera musim 2012/13 menjadi titik tolak kebangkitan kariernya. Ia kemudian dipinang oleh Mitra Kukar usai tampil gemilang bersama Barito. Di Mitra Kukar, Dian Agus bermain dalam 20 pertandingan dan meloloskan Naga Mekes hingga babak 8 besar ISL 2014.

Di akhir musim, Dian memutuskan hijrah ke Sriwijaya FC dan kini bergabung dengan Pusamania Borneo FC di kompetisi TSC 2016.


5. Rachmat Afandi

Tahun 2004 saat masih berkostum Pelita Krakatau Steel, Rachmat sempat mengalami cedera patah tulang fibula yang hampir saja membuat karier sepakbolanya tamat.

Tekel brutal pemain PSIS Semarang, Fofee Camara menjadi awal petaka tersebut. Cedera itu pun memaksa mantan pemain Persib Bandung ini menepi dalam kurun waktu yang sangat lama, selama hampir 2 tahun.

Berkat kegigihannya, Rachmat Afandi berhasil bangkit dari cedera parah yang menimpanya. Selepas dari Pelita, Rachmat kerap berpindah-pindah klub mulai dari Persibom, Persikabo, PSMS, hingga akhirnya meraih gelar ISL bersama Arema Indonesia musim 2009/10.

Setelahnya, Persib Bandung dan Mitra Kukar sempat merasakan servis pemain kelahiran Jakarta tersebut. Di kompetisi TSC 2016 ini, Rachmat Afandi memutuskan untuk membela klub kota kelahirannya, Persija Jakarta.


6. Nurul Huda

Pemain PSIS Semarang, Nurul Huda pada tahun 2003-05)

Menyebut nama Nurul Huda tentu mungkin terdengar asing bagi beberapa orang, namun tidak di telinga penggemar sepakbola di Tanah Air khususnya yang aktif mengikuti di era 90-an.

Sejak terjun ke dunia sepakbola pada tahun 1993 lalu, bapak 3 anak ini sudah malang melintang bersama sejumlah klub besar di Indonesia. Sejumlah klub yang pernah dibelanya di antaranya, Persebaya, Tim Primavera, PON Jatim, ASGS, Persikabo Kabupaten Bogor, Pelita Jaya, Persema Malang, dan Persijap Jepara.

Tidak hanya di Tanah Air, jebolan Primavera ini pernah berlatih di Italia, satu angkatan dengan Kurniawan Dwi Yulianto dan Bima Sakti. Nurul Huda dikenal sebagai bek sayap ofensif yang kerap membantu serangan.

Umpan-umpannya yang cukup akurat memanjakan penyerang termasuk tendangan bebasnya yang cukup mematikan. Nurul Huda yang biasa dipanggil Cak Huda oleh rekan-rekannya ini mengaku, banyak mengalami suka duka selama terjun di sepakbola profesional.

Salah satu kejadian yang tidak pernah dilupakannya adalah ketika mengalami patah kaki ketika bergabung dengan PSIS pada musim 2001-2003 kala melawan Persijap Jepara. Akibat cedera tersebut ia harus beristirahat cukup lama.

Bahkan karena terlalu lama tidak bermain, sempat membuatnya putus asa dan nyaris memutuskan untuk keluar dari dunia sepakbola.

“Waktu itu saya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Beruntung keluarga mendukung, tim mendukung akhirnya pelan tapi pasti saya bisa bangkit dan segera pulih,” katanya.   

Boaz SolossaAlfin TuasalamonyBima SaktiRachmat AfandiDian Agus PrasetyoNurul Huda

Berita Terkini

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom