Masih dilansir dari AP News, pelatih timnas Palestina Makram Daboub saat ini masih berusaha untuk mengumpulkan skuadnya di kamp pelatihan di Yordania.

Hanya saja Makram Daboub juga memahami bahwa semuanya akan rumit dengan situasi mencekam di Palestina, utamanya di jalur Gaza.

“Dengan kematian dan kehancuran di Gaza, para pemain berada dalam kondisi psikologi yang tidak baik-baik saja tentu saja,” ujar Makram Daboub.

Sementara presiden Asosiasi Sepak Bola Palestina, Susan Shalabi, berujar jika para pemain dan masyarakat menginginkan pertandingan melawan Lebanon dan Australia tetap dilanjutkan.

“Mereka adalah orang-orang yang ingin didengar dan dilihat oleh seluruh dunia, ingin hidup normal seperti yang lain, sehingga orang-orang peduli dengan tim nasionalnya,” ujar Susan Shalabi.

“Ini mewakili kerinduan (Palestina) untuk diakui sebagai negara yang bebas dan berdaulat,” sambung Susan Shalabi.

Sebelum kualifikasi Piala Dunia 2026 ini, sejumlah agenda timnas Palestina memang sudah terganggu karena tragedi pengeboman di jalur Gaza.

Seperti kala timnas Palestina harus menarik diri kala dijadwalkan bersua dengan Tajikistan di semifinal Piala Merdeka 2023.

Seandainya timnas Palestina jadi bertanding menghadapi Lebanon di  kualifikasi Piala Dunia 2026 mendatang, tentu laga ini menjadi sebuah cara warga mereka untuk berbicara kepada dunia di tengah situasi kalut Tanah Air mereka.