INDOSPORT.COM - Masih ingat dengan PS TNI? Klub sepak bola yang tiba-tiba mencuri perhatian pada ISC A 2016 lalu. Kini, klub tersebut sudah menghilang dan tak berbekas.
PS TNI awalnya adalah gabungan dari pemain PSMS Medan dan TNI untuk berlaga di Piala Jenderal Sudirman 2015. Itu tak lepas dari peran Pangkostrad Edy Rahmayadi sebagai ketua umum PS TNI sekaligus pembina PSMS Medan.
Tercatat ada 15 tentara, termasuk Abduh Lestaluhu dan Manahati Lestusen, yang bermain untuk PS TNI pada 2015.
PS TNI kemudian memisahkan diri dari PSMS setahun setelahnya. Mereka membeli lisensi klub asal Papua, Persiram Raja Ampat agar bisa ikut kompetisi profesional.
Kabarnya, PT Arka Gega Magna (AGM) yang saat itu menaungi PS TNI menggelontorkan dana Rp 17 miliar untuk membeli lisensi Persiram.
Setelah mengakuisisi Persiram Raja Ampat, PS TNI kemudian berpartisipasi di ajang Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Mereka finish urutan ke-18 atau sebagai penghuni dasar klasemen akhir.
Pada Liga 1 2017, PS TNI finish diperingkat ke-12 dengan pemainnya adalah mayoritas TNI AD. Ketika itu tim ditangani beberapa pelatih mulai dari Laurent Hatton, Ivan Kolev hingga Rudy Eka Priyambada.
Setahun berselang, di Liga 1 2018, PS TNI mengumumkan berpindah markas dari Stadion Pakansari, Bogor ke Stadion Sultan Agung Bantul. Klub juga mengganti namanya menjadi PS Tira atau singkatan dari Persatuan Sepak Bola Tentara Nasional Indonesia-Rakyat.
Alasan PS TNI berubah nama menjadi PS TIRA adalah supaya bisa mendekatkan diri dengan masyarakat.
“Harapan kami sepak bola kami lebih merakyat. Pemainnya tetap prajurit, tapi supaya lebih mengenal ke masyarakat. Masyarakat juga akan menyayangi kami," kata manajer PS TNI saat itu, Rudi Yulianto.
Bukan hanya namanya yang mengusung instansi, tapi pemilik saat itu juga adalah seorang jenderal yakni Gatot Nurmantyo (mantan panglima TNI 2015-2017) yang dilaporkan memiliki saham mayoritas 63 persen atau senilai Rp6,93 miliar di PT Cilangkap TNI Jaya, legal dari PS TIRA.
Sepak terjang PS Tira di Liga 1 2018 terbilang beruntung. Mereka akhiri musim diperingkat 15 atau satu strip di atas zona degradasi.
Ketika itu, PS Tira unggul tiga poin dari Mitra Kukar (peringkat ke-16) yang terdegradasi bersama Sriwijaya FC dan PSMS Medan.
Setahun berselang, tepatnya di Liga 1 2019, PS Tira melakukan merger dengan klub Liga 3 asal Bogor, Persikabo Bogor. Mereka kemudian berganti nama menjadi Tira-Persikabo dan kembali berkandang di Bogor.
Tira-Persikabo menyelesaikan musim diurutan ke-15 atau terpaut satu peringkat di atas zona degradasi. Mereka beruntung, seperti tahun sebelumnya.
Pada 2020, lagi-lagi klub ini berganti nama. Manajemen menghilangkan nama Tira menjadi Persikabo 1973 dengan alasan bisnis dan baru disahkan lewat Kongres PSSI pada 2022 lalu.
“Lebih banyak kepentingan bisnis. Kami tahu animo masyarakat Kabupaten Bogor belum sepenuhnya datang ke stadion. Mudah-mudahan dengan nama Persikabo bisa menambah animo penonton," jelas Direktur Pengembangan Bisnis Tira Persikabo, Rhendie Arindra.
Persikabo 1973 dikenal sebagai tim kuda hitam beberapa musim terakhir Liga 1. Meskipun penampilannya cenderung inkonsisten, namun performa mereka tak jarang merepotkan banyak klub besar.
Sejumlah nama pemain asing sempat menghiasi skuad mereka. Yang paling fenomenal tak lain adalah penyerang asal Brazil, Ciro Alves yang kini membela Persib Bandung.
Ditambah dengan nama-nama langganan Timnas Indonesia macam Syahrul Fadillah, Dimas Drajat serta sang kapten Manahati Lestusen membuat tim ini patut diperhitungkan.
Sisa-sisa kultur TNI pun masih terasa di klub ini, lantaran masih dinaungi PT Cilangkap TNI Jaya. Gatot Nurmantyo pun masih menjadi pembina klub.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom