Bukan Kaleng-kaleng, Ini 3 Alasan Kenapa PSSI Jangan Pisahkan Shin Tae-yong dan Timnas Indonesia
Witan Sulaeman, Asnawi Mangkualam, Egy Maulana Vikri, Elkan Baggott, Rizky Ridho, Pratama Arhan, Rachmat Irianto, hingga Marselino Ferdinan kini jadi langganan baru surat undangan pemusatan latihan dari PSSI.
Namun Shin Tae-yong bukan berarti anti dengan pemain yang sudah matang. Ia mau saja memanggil dengan syarat mereka memang punya kemampuan layaknya bintang senior.
Contohnya Marc Klok, Dimas Drajad, Dendy Sulistyawan, dan Ricky Kambuaya yang baru mendapat debut internasionalnya di atas usia 25 tahun.
2. Fleksibilitas Taktik dan Filosofi yang Teruji
Dalam menukangi timnas Indonesia, Shin Tae-yong punya dua pakem utama yakni 3-4-3 dan 4-4-2 yang sama-sama menekankan agresifitas pemain sayap dan kreatifitas pemain tengah.
Taktik pertama digunakan jika lawan yang dihadapi lebih superior seperti saat berjumpa kali pertama dengan Curacao. Begitu tahu La Pantera Azul sebenarnya adalah lawan seimbang, skema kedua pun dimainkan.
Hasilnya dua kemenangan dengan agregat 5-3 bisa didapatkan. Meski tidak ditentukan di atas lapangan saja namun hasil tersebut patut diapresiasi.
Apalagi Shin Tae-yong juga bisa menanamkan dengan baik ke setiap pemainnya untuk tetap bermain rapi dari kaki ke kaki meski di bawah tekanan lawan.
Pemahaman filosofi tidak hanya dimiliki oleh para pemain starter dan utama namun juga hingga ke para youngster dan cadangan.
Bisa dilihat bagaimana lini belakang timnas Indonesia tidak goyah meski tanpa kehadiran kapten sekaligus satu-satunya pemain berusia di atas kepala tiga, Fachruddin Aryanto, di laga kedua melawan Curacao.
Elkan dan Ridho sudah dewasa untuk menjadi palang pintu pertahahan membantu kiper Nadeo Argawinata meski keduanya punya kombinasi usia 39 tahun saja.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom