INDOSPORT.COM - Sejauh mana langkah wakil Asia di Piala Dunia? Sejarah memunculkan nama Korea Selatan sebagai tim Benua Kuning paling sukses saat menembus semifinal, kemudian menempati peringkat keempat di bawah Brasil, Jerman, dan Turki pada edisi 2002.
Namun, Korsel rupanya bukanlah wakil Asia pertama yang menggemparkan jagat sepak bola. Lebih dari tiga dasawarsa sebelumnya, negara tetangga mereka, Korea Utara, duluan menciptakan sensasi ketika mampu menembus perempat final di Piala Dunia 1966.
Ya, Korea Utara. Negara berhaluan kiri yang konsisten menutup diri dari dunia ini secara mengejutkan mampu melewati fase grup Piala Dunia 1966. Tergabung bersama Uni Soviet, Italia, dan Cile di Grup D, mereka lolos ke perempat final dengan predikat runner-up.
Sempat keok 0-3 di laga pembuka kontra Uni Soviet, Korea Utara sanggup bangkit dengan mengimbangi Cile (1-1) dan menekuk Italia (1-0). Mata dunia terbelalak menyaksikan negara antah-berantah mempermalukan Gli Azzurri yang notabene pemilik dua gelar Piala Dunia.
-Sabtu, 23 Juli 1966. Sekitar 51.000 orang berbondong-bondong mendatangi Stadion Goodison Park tempat berlangsungnya pertandingan perempat final antara Portugal versus Korea Utara. Mereka berharap bisa menjadi saksi kelanjutan sensasi Korea Utara.
Harapan publik kelihatannya bakal kesampaian. Korea Utara langsung menggempur pertahanan Portugal begitu wasit meniup peluit awal. Laga belum genap semenit ketika gelandang Park Seung-zin melepas tendangan spekulasi dari sisi kanan.
-Entah menggunakan metode khusus atau tidak, bola hasil sepakan Seung-zin melesat secara aneh. Kecepatan si kulit bulat bertambah setiap saat disertai liukan kecil. Kiper Portugal, Jose Pereira, hanya bisa bengong melihat gawangnya jebol.
Portugal bertekad membalas. Serangan gencar dilakukan melalui kombinasi Jose Torres dan Eusebio. Sejumlah peluang tercipta, tapi selalu mentah di tangan kiper Korea Utara, Li Chan-myong, yang tampil luar biasa.
Keasyikan menekan, Portugal justru kembali kecolongan. Serangan balik Korea Utara berbuah gol via aksi brilian Lee Dong-woon pada menit ke-22. Keunggulan bahkan bertambah lebar sekitar dua menit kemudian saat sontekan Yang Seung-kook menggetarkan jala Pereira.
Penonton bersorak, tapi toh sampai di situ saja kejutan Korea Utara. Sisa pertandingan sepenuhnya menjadi panggung bagi Portugal, terutama Eusebio. Striker kelahiran Mozambik itu menceploskan gol pertama pada menit ke-27.
Tanpa perayaan, Eusebio langsung membawa bola ke titik tengah sembari terus membakar semangat bertanding rekan setim. Upaya ini berhasil membuat pemain Portugal menggila dan melancarkan serangan bertubi-tubi ke gawang lawan.
#OnThisDay in 1966: Eusebio💪
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) July 23, 2019
🇵🇹 0-3 🇰🇵
Facing a #WorldCup exit 25 mins into Portugal's QF with Korea DPR, the legendary forward and eventual Golden Boot winner took matters into his own hands.
⚽️✖️4⃣
Scoring four without reply, he turned the game on its head.
🇵🇹 5-3 🇰🇵 👏👏 pic.twitter.com/7qDgEA5egc
Korea Utara berusaha mati-matian menjaga keunggulan dengan cara apa pun, tak peduli harus berlaku kasar terhadap pemain-pemain Portugal.
Permainan semacam ini berujung hukuman penalti setelah salah satu bek Korea Utara mengganjal Jose Torres di kotak penalti pada menit ke-42. Eusebio yang bertugas menjadi eksekutor mampu menunaikan tugas secara sempurna.
Memasuki babak kedua, pelatih Korea Utara menginstruksikan para pemain untuk membatasi ruang gerak dan mematikan Eusebio. Akan tetapi, taktik itu gagal total lantaran striker berjulukan Mutiara Hitam tersebut sudah terlanjur percaya diri.
Eusebio bak hantu bagi Korea Utara. Dia meliuk-liuk melewati pemain lawan tanpa bisa dihentikan. Hattrick tercipta pada menit ke-57 via tembakan jarak jauh keras nan akurat.
Barisan bek Korea Utara yang frustrasi lagi-lagi melakukan kesalahan fatal. Mereka terpaksa menjatuhkan Eusebio di kotak terlarang pada menit ke-59. Gol keempat Portugal pun kembali tercipta dari titik putih.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom