Musim Kacau Schalke 04, '1001' Sebab Kejatuhan Raja Biru dari Gelsenkirchen

Meski masih memiliki beberapa nama beken di dalam susunan tim, namun manajemen Schalke telah melakukan kesalahan besar dalam penjualan pemain yang menyebabkan mereka berada di titik terendah dalam keikusertaan di Bundesliga.
Schalke sejatinya menyandang status klub papan atas Jerman. Schalke sejak lama menjadi salah satu kekuatan utama sepak bola Jerman. Sebanyak 7 gelar Liga Jerman dan 5 DFB Pokal menjadi buktinya.
Namun, kejatuhan yang mereka rasakan musim ini tak terlepas dari keputusan klub menjual pemain-pemain potensial dalam hampir satu dekade terakhir.
Berbeda dengan Munchen dan Dortmund yang bisa mempertahankan bintang-bintang mereka dalam waktu lama, Schalke dengan mudah melepas bintang-bintang masa depan mereka sendiri.

Sebut saja nama-nama seperti Joel Matip, Leroy Sane, Julian Draxler, Breel Embolo, Leon Goretzka, dan Jan Thilo Kehrer. Mereka dilepas dengan harga murah dan kini telah bersinar bersama klub masing-masing.
Terlepas dari strategi penjualan pemain yang sembrono, Schalke juga memang tengah krisis di luar lapangan dalam aspek ekonomi dan moral.
-“Kami menghancurkan diri kami sendiri,” demikian ucapan Jochen Schneider yang pernah menjabat direktur olahraga di tim Schalke.
Schalke tengah timpang dengan berbagai keputusan pemecatan di internal manajemen tim. Direktur teknik, Michael Reschke, diberhentikan dari tugas setelah hanya menjabat selama 18 bulan. Padahal Reschke adalah sosok yang berpengalaman.
Dalam waktu bersamaan sejumlah pemain Schalke juga membuat masalah. Nabil Bentaleb dan Amine Harit adalah dua nama pemain yang harus diskors Schalke.
Bahkan salah satu pemain mereka, Vedad Ibisevic, harus dipecat karena terlibat perkelahian dengan asisten pelatih, Naldo, pada sesi latihan musim ini.
Bisa dibilang, Schalke sudah sangat frustasi dengan kekacauan yang terjadi di internal tim mereka. Hal ini diperparah dengan kondisi ekonomi klub yang amburadul. Schalke adalah satu dari 13 tim Bundesliga yang dikabarkan bangkrut karena pandemi COVID-19.
Akhir musim 2018/19, Royal Blues sudah memiliki utang sebesar 200 juta euro, dan utang tersebut dikabarkan naik menjadi 250 juta euro.
Schalke terpaksa melakukan penghematan dengan tidak merekrut pemain bintang di awal musim. Hal ini bahkan sempat memancing amarah Ultras Gelsenkirchen yang menyebut tim telah mengabaikan nilai-nilai klub.
Schalke bahkan saat ini tengah menyusun perubahan struktural mendasar dengan mengubah model kepemilikan klub menjadi 100 persen milik pemodal eskternal. Dengan kata lain, para pemegang saham saat ini telah menyerah dan akan menyerahkan klub kepada investor eksternal, sesuatu yang cukup tabu di Bundesliga Jerman.
Meski begitu, segala rencana itu lagi-lagi bergantung kepada performa mereka di lapangan. Sayangnya, hal itu tak sesuai harapan karena kefrustasian juga menular kepada permainan tm di lapangan. Kini Schalke 04 bak tim yang hilang kepercayaan dan harapan.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom