INDOSPORT.COM - Tottenham Hotspur harus mengalami nasib sial dalam perjalanannya bersaing gelar Liga Inggris, setelah mereka tampil melempem pada pertengahan musim ini.
Bagaimana tidak, Tottenham yang diawal tampil galak hingga bertengger nyaman di singgah sanah puncak klasemen, perlahan mulai kehilangan konsistensi permainan hingga tercecer dalam tabel klasemen sementara.
Saat ini, mereka malah terlempar dari posisi empat besar dan harus bersaing ketat hanya untuk merebut tiket Liga Champions karena menempati urutan ke-9 dengan torehan 36 poin dari 23 pertandingan.
Catatan tersebut jugat tidak lepas dari raihan buruk yang mereka raih dalam lima pertandingan terakhir, dimana mereka hanya mampu memenangkan dua laga dan sisanya berakhir dengan kekalahan.
-Jose Mourinho menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas penurunan performa Harry Kane dan kolega saat ini.
Sempat dipuji-puji di awal musim karena mampu membawa Spurs tampil menawan dan menjadi penantang gelar, sang manajer kini dicaci lantaran gaya permainan yang mulai membosankan.
-Ya, Mourinho merupakan seorang pelatih yang lebih mementingkan hasil ketimbang prosesnya. Maka dari itu, pragmatis dalam bermain merupakan ciri khas tim yang ditanganinya.
Pakem itu ia terapkan di Spurs sejak mengambil alih kursi pelatih dari Mauricio Pochettino pada Desember 2019 lalu. Di awal musim ini, anak asuuhnya sukses menerapkannya.
Namun seiring berjalannya kompetisi, magis pragmatis Mourinho untuk Spurs mulai memudar. Bahkan permainan tim asal London itu dinilai buruk dan tidak layak untuk disaksikan.
Klaim tersebut datang dari pundit Liga Inggris, Paul Merson. Merson merasa Tottenham terlalu sering bermain bertahan dalam beberapa laga terakhir, untuk mencari aman demi mendulang poin.
Sosok yang pernah membela Arsenal dari 1985 sampai 1997 itu menyebut Tottenham sebagai contoh memalukan dari tim yang mentas di kasta tertinggi Liga Inggris.
"Beberapa penggemar Tottenham mungkin berpikir saya kasar, tetapi Tottenham saat ini adalah tim terburuk untuk ditonton di Liga Inggris," tutur Merson dilansir dari Sky Sports.
"Sheffield United berada di posisi terbawah liga dan hanya memenangi dua pertandingan, tetapi mereka pergi melawan Man United tampil all out, tidak seperti yang ditampilkan Tottenham. Tapi mereka akhirnya bisa menang, padahal tidak mempunyai pemain bagus seperti Tottenham," tuturnya.
Jose Mourinho sendiri bukan pertama kali menerapkan gaya bermain pragmatis di Liga Inggris.
Manchester United yang merupakan mantan tim terakhir yang ditangani sebelum Spurs, juga sempat dibuat sering bermain bertahan.
United yang dikenal sebagai tim ofensif diubah total Jose menjadi tim yang bertahan total. Ia dinilai menghilangkan jati diri klub yang bertahan selama puluhan tahun. Ia ditendang dari United karena dinilai gagal menyajikan prestasi maksimal.
Sayangnya, Jose terlihat tidak belajar terhadap kegagalannya di Setan Merah. Di Tottenham taktik yang sama masih juga dipakai. Tottenham bermain sangat defensif, tak hanya saat menghadapi tim-tim besar tapi juga klub kelas semenjana.
Pada masa awal, taktik ini bisa berjalan dengan baik, namun karena terlalu monoton lama-lama tim-tim lawan mulai dengan mudah membacanya.
Kekalahan di beberapa laga terakhir terlihat kalau Jose minim kreativitas. Style of play sang manajer relatif sama, bermain dengan patron 4-2-3-1, membiarkan lawan menguasai permainan dan berharap bisa melakukan serangan balik mematikan.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom