INDOSPORT.COM - Arema Malang pernah mengalami masa suram kala terdegradasi dari Liga Indonesia Divisi Utama musim 2003 silam. Perombakan besar-besaran lalu dilakukan dengan menggelontorkan dana besar untuk mendatangkan sejumlah pemain jempolan.
Dibesut Benny Dollo, Arema menjadi Los Galacticos pada Liga Indonesia Divisi Satu 2004. Pemain sekaliber Enjang Rohiman, Erol FX Iba, Sonny Kurniawan, Sunar Sulaiman hingga Marthen Tao bahkan sampai mau berkiprah di kompetisi kasta kedua.
Sedangkan pada sektor pemain asing, Benny Dolo menjejalinya dengan pilar Brasil. Claudio De Jesus menjadi salah satunya, selain Joao Carlos Quentao, Lourival Lima Filho dan eks striker Deportivo La Coruna Spanyol, Rivaldo Costa.
"Periode itu paling berkesan bagi saya. Karena menjadi bagian Arema dengan om Benny Dolo, pelatih yang pintar memotivasi pemain," ucap Claudio De Jesus kepada INDOSPORT, Jumat (05/02/21).
Setelah 16 tahun berlalu, bagaimana kabar dari bek kelahiran Sao Paulo Brasil tersebut?
"Kesibukan saya melatih SSB (Sekolah Sepak Bola) tiga kali seminggu di Malang dan Batu. Saya juga pelan-pelan menjadi pelatih, mulai menjadi asisten Osvaldo Lessa dan I Putu Gede," sambung dia.
Bal balan tetap menjadi rutinitasnya meski usia eks defender PSM Makassar itu sudah 45 tahun. Teknik sepak bolanya masih lekat, ketika mengikuti fun football bersama Arema Legend versus Jurnalis Malang Raya.
"Saya ini rutin mengikuti bal balan di sekitar Malang. Bahkan sampai juara, tapi level tarkam," ujar Claudio lantas terkekeh.
Bermain kembali di Kompleks Stadion Gajayana, turut menggugah rasa rindu Claudio. Lantaran dia pernah dua kali naik podium juara bersama Arema pada Liga Indonesia Divisi satu 2004 serta Copa Indonesia 2005.
"Gajayana pasti saya ingat selalu. Dulu, kami pernah tak terkalahkan bermain di sini," tutup Claudio.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom