In-depth

Olivier Giroud Lebih dari Sekadar Pahlawan Chelsea

Rabu, 25 November 2020 13:05 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Darren Walsh/Chelsea FC via Getty Images
Olivier Giroud di laga Rennes vs Chelsea. Copyright: © Darren Walsh/Chelsea FC via Getty Images
Olivier Giroud di laga Rennes vs Chelsea.

INDOSPORT.COM – Olivier Giroud membuktikan sekali lagi bahwa dirinya menjadi pahlawan Chelsea. Satu golnya di masa Injury Time membawa The Blues menumbangkan Rennes sekaligus lolos ke babak 16 besar Liga Champions 2020/21.

Di laga tersebut, Chelsea turun dengan formasi dan susunan pemain yang hampir sama dengan laga sebelumnya. Hanya saja terdapat beberapa perubahan pemain namun tetap dengan skema yang sama.

Chelsea yang memang diunggulkan akan menang mampu menciptakan beragam peluang sejak menit pertama. Berkali-kali Timo Werner, Tammy Abraham dan Callum Hudson-Odoi menciptakan dan mendapatkan peluang.

Namun baru di menit ke-22 kebuntuan di laga ini terpecahkan. Hudson-Odoi dengan mudah mampu mencetak gol usai menerima umpan panjang dari Mason Mount.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom

Keunggulan ini membuat Chelsea malah kehilangan tempo permainan. Praktis usai gol tersebut, The Blues dibuat kewalahan dengan permainan Rennes.

Hal ini pun membuat Chelsea kemasukan di menit ke-85 lewat tandukan Serhou Guirassy. Skor pun berubah menjadi 1-1 yang diyakini akan mengakhiri pertandingan.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom

Namun memasuki Injury Time, Giroud yang masuk di menit ke-60 an menciptakan gol apik memanfaatkan bola muntah sepakan Werner yang berhasil dihadang Alfrid Gomis.

Giroud mampu melompat lebih tinggi dari bek lawan dan menanduk bola dengan keras sehingga menjebol gawang Rennes. Gol tersebut pun lantas disambut skuat Chelsea yang langsung mengerumuninya dan merayakan golnya.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom

“Semua orang merasa dari luar bahwa dia adalah seorang profesional yang hebat dan sangat dihormati oleh rekan satu timnya dan saya sendiri. Anda bisa melihat reaksi rekan setimnya saat ia mencetak gol,” ujar Frank Lampard.

Gol tersebut menjadikan Olivier Giroud bak pahlawan bagi Chelsea. Namun statusnya sendiri lebih dari sekadar pahlawan, melainkan sosok panutan. Apalagi melihat tindak tanduk dan sikapnya selama ini.

Berbicara soal kepahlawanan, entah berapa kali sudah Giroud menjadi pahlawan Chelsea. Dari musim 2017/18, ia seakan menjadi ‘Right Man in the Right Place’ bagi The Blues.

Keberhasila Antonio Conte meraih gelar keduanya di Inggris yakni Piala FA, Giroud menjadi pembuka jalan di mana satu golnya meloloskan Chelsea ke final.

Di musim 2018/19, Giroud yang hanya menjadi pilihan kedua, lagi-lagi menjadi pahlawan Chelsea di ajang Liga Europa. Gol-golnya hingga babak final mampu membuat The Blues meraih gelar di musim tersebut.

Bahkan, di musim 2019/20, Giroud lagi-lagi menjadi pahlawan yang membawa Chelsea finis empat besar dan bisa tampil di Liga Champions 2020/21 usai mencetak enam gol dari sembilang laga Liga Inggris pasca lockdown.

Itu jika berbicara soal kepahlawanan Giroud bersama Chelsea. Namun, kepahlawanannya takkan lengkap tanpa kebesaran hatinya yang tak pernah mengeluh meski menjadi pilihan cadangan sehingga menjadi panutan untuk seluruh pemain sepak bola.

Pendukung Chelsea masih ingat soal kasus Gary Cahill? Pria satu ini dianggap legenda karena sepak terjangnya dan jumlah penampilanya bersama The Blues. Bahkan, ia menjabat kapten tim usai John Terry memutuskan hengkang dari Stamford Bridge.

Dengan statusnya sebagai legenda dan kapten tim, Cahill jauh dari kata panutan. Apalagi setelah wawancaranya yang memprotes kebijakan Maurizio Sarri yang jarang memainkannya saat skuat Chelsea tengah bersiap menghadapi final Liga Europa 2020/21.

“Sejauh ini sangat buruk secara pribadi untukku. Akan langsung kuhapus dari pikiranku ketika aku meninggalkan Chelsea. Memori terakhirku akan menjadi final Piala FA pada musim lalu,” rengek Cahill pada Mei 2019 silam.

Berstatus kapten tim dan ‘legenda’, Cahill merengek di media tentang minimnya kesempatan bermain yang ia dapat. Saat itu usianya 32 tahun. Pilihan Sarri jelas kala itu karena ia ingin membawa Chelsea menang.

Alasan Sarri mengenyampingkan Cahill demi kebaikan tim pun sama dengan alasan Lampard mengenyampingkan Giroud selama periodenya. Jelas bahwa saat ini The Blues memiliki barisan penyerang yang tengah dalam performa apik seperti Tammy Abraham dan Werner.

“Dengan Oli, sulit untuk mengatakan saya harus membuktikannya kepadanya. Saya harus melihatnya dari pertandingan demi pertandingan dan memainkannya untuk mendapatkan yang terbaik bagi kami. Saat ini, Tammy juga dalam performa terbaik,” ujar Lampard.

Dengan kebijakan Lampard dan minimnya kesempatan bermain, Giroud tak pernah mengeluh layaknya Cahill di hadapan media. Paling hanya agen atau Didier Dechamps yang berkali-kali memintanya hengkang dari Chelsea.

Dari sanalah dapat dikatakan bahwa Giroud lebih dari sekadar pahlawan Chelsea, ia adalah panutan di dalam dan luar lapangan bagi The Blues. Mungkin, dampak yang diberikan Giroud ke skuat The Blues jauh lebih positif dan Cahill yang berstatus ‘legenda’.

Entah kapan Olivier Giroud akan meninggalkan Chelsea. Namun, status pahlawan dan panutan itu bisa saja berubah menjadi legenda kendati dirinya kurang dari empat tahun di Stamford Bridge.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom