INDOSPORT.COM – Setiap laga yang tersaji di kompetisi Liga Champions, pasti terdapat 1 atau 2 laga yang menampilkan permainan apik nan dramatis. Namun dari sekian banyak laga, nampaknya tak ada yang mengalahkan drama yang tersaji saat Chelsea vs Liverpool pada musim 2008/09 silam.
Klub-klub Inggris pada sejak tahun 2000 hingga 2010 pernah berjaya di Liga Champions. Kejayaan ini tak berupa gelar semata, melainkan kesertaan para tim-timnya di kompetisi ini.
Dalam periode tersebut, tak terhitung berapa kali tim-tim besar Inggris muncul atau bermain hingga babak final. Bahkan pada musim 2007/08, semifinal Liga Champions diisi oleh tiga tim Inggris, yakni Manchester United, Chelsea dan Liverpool.
Tahun tersebut dianggap sebagai tahun puncak tim-tim Inggris berjaya di Liga Champions. Bahkan bisa dikatakan, setiap tim dari negara lain merasa ketakutan jika bertemu tim Inggris di kompetisi ini.
-Determinasi serta permainan cepat dan keras tim-tim Inggris kala itulah yang menjadi momok menaktukan bagi para tim-tim negara lain. Selain itu, tim Inggris dihuni oleh bintang-bintang ternama di masa itu.
Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, Carlos Tevez (Man United), Steven Gerrard, Fernando Torres, Xabi Alonso (Liverpool), Frank Lampard, Didier Drogba, Michael Ballack (Chelsea) adalah contoh pemain-pemain berlabel bintang di tim Inggris kala itu.
-Bisa dibayangkan bukan bagaimana saat pemain-pemain itu bermain dan menampilkan performa terbaiknya? Wajar jika setiap tim yang bertemu dengan tim Inggris kadang dibuat ketar-ketir.
Lalu, apa jadinya jika tim Inggris dengan bintang-bintangnya yang biasa bertemu di kancah domestik lantas bertemu di Liga Champions? Hasilnya tentu akan dramatis dan epik seperti saat Chelsea berhadapan dengan Liverpool di musim 2008/09.
Sebagai informasi, Chelsea dan Liverpool di musim itu bertemu di babak perempat final. Dalam dua leg pertandingan, agregat yang dihasilkan kedua tim mencapai 7-5 yang dimenangkan oleh The Blues.
Laga dramatis dan paling epik sendiri sepanjang sejarah Liga Champions terjadi pada leg kedua saat Chelsea menjamu Liverpool di Stamford Bridge. Bermodalkan kemenangan 3-1 di leg pertama di Anfield, The Blues mencoba menjaga keunggulan gol tandang.
Namun Chelsea yang bermain di kandang di leg kedua dikejutkan di babak pertama lewat dua gol Liverpool. Gol pertama di cetak Fabio Aurelio lewat tendangan bebas yang menipu Petr Cech pada menit ke-19 dan gol kedua lewat penalti Xabi Alonso di menit ke-28.
Alhasil babak pertama di tutup dengan agregat 3-3. Dari sini Chelsea cukup memaksakan hasil ini tetap bertahan hingga peluit panjang dibunyikan. Toh The Blues sudah unggul jumlah gol tandang.
Namun Chelsea memilih opsi menyerang dan menekan agar Liverpool tak menambah keunggulan dan merusak angan The Blues melaju ke semifinal.
Gol Chelsea pun lahir di babak kedua lewat sontekan Didier Drogba pada menit ke-51. Kedudukan menjadi 1-2 untuk kemenangan Liverpool.
Enam menit berselang, Chelsea kembali membuat Liverpool kesulitan untuk lolos ke fase berikutnya. Gol kedua sekaligus penyeimbang kedudukan di laga ini tercipta pada menit ke-57 lewat tendangan bebas Alex. Skor menjadi 2-2.
Lalu Frank Lampard pun membuat Chelsea berbalik unggul 3-2 di menit ke-79. Namun Liverpool tak patah arang dan membuka kans untuk lolos saat Lucas Leiva dan Dirk Kuyt mencetak gol di menit ke-81 dan 83 yang membuat kedudukan berbalik menjadi 4-3 untuk The Reds.
Liverpool hanya butuh satu gol lagi saja di tujuh menit tersisa untuk lolos ke semifinal. Namun, harapan The Reds sirna saat Lampard lagi-lagi mencetak gol di menit ke-89 yang membuat kedudukan menjadi 4-4.
Alhasil, Liverpool pun harus menerima kekalahan secara agregat yakni 7-5 dari rivalnya ini. Chelsea pun akhirnya menutup laga dramatis melawan The Reds dan melaju ke semifinal.
Laga ini pun menjadi sorotan banyak pihak. Sebab, intensitas serta tensi yang ada di dalamnya mengalahkan tensi yang ada dalam pertandingan final Liga Champions.
Hal ini diakui oleh Guus Hiddink yang saat itu menjadi pelatih interim Chelsea. Ia menyebut dirinya telah banyak terlibat di laga-laga dramatis. Namun laga ini merupakan yang paling dramatis untuknya karena kedua tim selalu bangkit saat terjatuh.
“Saya telah terlibat di banyak laga dramatis seperti ini. Laga ini sangat atraktif terutama di babak kedua. Ketika Anda tertinggal, tim akan beraksi dan mereka menunjukkannya. Itu adalah suasana yang ada di pertandingan ini,” tuturnya dikutip dari situs UEFA.
Entah kapan lagi akan ada pertandingan semacam ini di Liga Champions. Namun yang pasti laga seperti ini bisa saja terulang saat gengsi dan mimpi dipertaruhkan seperti layaknya yang dilakukan Chelsea dan Liverpool di malam itu.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom