INDOSPORT.COM - SEA Games 1997 yang berlangsung di Jakarta meninggalkan cerita manis terkait perolehan medali Indonesia secara umum. Total 194 medali berhasil dikumpulkan, sebuah rekor tertinggi bagi negara peraih prestasi juara umum dan bahkan belum terpecahkan sejauh ini.
Namun, kesuksesan Indonesia di banyak cabang olahraga kala itu ternyata tidak menular ke sepak bola. Prestasi di cabang yang tergolong paling populer tersebut justru menjadi pemicu tradisi buruk di masa depan.
Sudah rahasia umum bila final sepak bola merupakan klimaks di pentas multicabang seperti SEA Games yang biasanya berlangsung sehari sebelum upacara penutupan. Di sinilah harga diri bangsa dipertaruhkan, terlebih karena Indonesia harus berjumpa salah satu musuh bebuyutan, Thailand.
Publik saat itu meyakini timnas bakal menyabet medali emas SEA Games sekaligus menyempurnakan status juara umum. Modalnya tidak main-main, Indonesia mengantongi rentetan hasil positif menuju final, antara lain melibas Laos (5-2), Malaysia (4-0), Filipina (2-0), seri dengan Vietnam (2-2), dan menyingkirkan Singapura di semifinal (2-1).
Skuat Indonesia 1997 juga masuk kategori generasi emas karena berisikan bintang-bintang top Liga Indonesia seperti Ansyari Lubis, Aji Santoso, Fakhri Husaini, Widodo C. Putro, Nuralim, dan Kurniawan Dwi Yulianto.
Bertanding di hadapan lebih dari 100.000 penonton yang memadati Stadion Utama Senayan (sekarang SUGBK), 18 Oktober 1997, timnas Indonesia menampilkan permainan terbuka sejak menit pertama. Serangan demi serangan dilancarkan untuk mencari gol kemenangan.
Fakhri dan Ansyari berperan sebagai otak serangan di sektor tengah yang tampak berulang kali mengirimkan umpan panjang maupun pendek kepada duet striker, Widodo-Kurniawan, tapi belum berhasil menjebol gawang Thailand di babak pertama.
Sebaliknya, malah Thailand yang terlebih dulu mencetak gol melalui aksi Chaichan Kiewsen memanfaatkan kecerobohan lini pertahanan Indonesia dalam merancang jebakan offside. Tanpa pengawalan, dia bisa dengan mudah melepaskan tembakan jarak dekat menggunakan kaki kirinya.
Tak mau kalah, timnas Indonesia akhirnya membalas sekitar tiga menit setelah turun minum lewat sontekan Kurniawan Dwi Yulianto menyambut assist Widodo C. Putro. Spirit juara kembali berkobar dan para pemain semakin bernafsu menambah gol.
Sayang, sejumlah peluang Indonesia mentah lantaran terbentur barisan pertahanan Thailand yang tampil solid di sisa waktu, termasuk kiper Wacharapong Somcit. Dia tercatat melakukan beberapa kali penyelamatan heroik.
Skor 1-1 bertahan sampai waktu normal berakhir, bahkan belum jua berubah setelah ditambah 30 menit babak ekstra. Adu penalti pun tak terhindarkan dan timnas Indonesia berada di atas angin jika mengacu pada kemenangan di final SEA Games 1991.
Faktanya, Indonesia gagal mengulangi kesuksesan tiga edisi terdahulu akibat kesalahan dua pemain, Ronny Wabia dan Uston Nawawi ketika melaksanakan eksekusi. Tembakan mereka berdua sama-sama melambung tinggi di atas mistar.
Hanya Aji Santoso dan Fakhri Husaini yang sukses menjalankan tugasnya, sementara empat pemain Thailand mampu mencetak gol secara berurut-turut. Jadilah medali emas melayang ke tangan kubu rival.
"Kami cuma sial saja. Secara permainan rasanya kami tak pantas kalah. Sayang memang. Seharusnya ini kesempatan terbaik untuk meraih medali emas SEA Games," cetus Ansyari Lubis kala itu.
Kegagalan ini sekaligus mengawali tradisi buruk Indonesia di final kejuaraan bergengsi. Sebanyak tiga kesempatan bertemu Thailand berikutnya selalu saja berujung kesialan, yakni di Piala Tiger 2000, Piala Tiger 2002, dan Piala AFF 2016.
Susunan Pemain:
Indonesia (3-5-2): 20-Kurnia Sandi; 17-Chairil Anwar, 19-Nuralim (5-Aples T. 70'), 14-Sugiantoro; 2-Anang Maruf (15-Uston Nawawi 91'), 8-Ansyari Lubis, 11-Bima Sakti, 16-Fakhri Husaini, 3-Aji Santoso; 7-Widodo C. P. (12-Ronny W. 82'), 10-Kurniawan D. Y.
Cadangan: 1-Listyanto, 4-Ronny Ririn, 6-Robby Darwis, 9-R. Putiray, 13-H. Pulalo, 18-Eduard I.
Pelatih: Henk Wullems (Bld)
Thailand (3-5-2): 1-W. Somchit; 6-S. Longsawang, 7-N. Thongsookkaew, 16-S. Jirasirichote; 2-K. Piandit, 19-W. Srimaka (12-S. Jatturapattarapong 80'), 10-T. Sripan, 11-T. Damrong, 17-D. Chalermsan; 20-C. Khewsen (9-N. Sritong-In 46' [15-Piyapong Pue-On 91']), 13-K. Senamuang
Cadangan: 18-K. Rawangpa, 3-T. Kamon, 4-Y. Polsak, 5-C. Promrut, 8-A. Thaveechalermdit, 14-V. Kijmongkolsak
Pelatih: Vittaya Laohakul
Stadion: Utama Senayan (100.000)
Gol: Kurniawan 48'/C. Khewsen 31'
Adu penalti: Aji S. (masuk), Fakhri H. (masuk), Ronny W. (gagal), Uston N. (gagal)/K. Senamuang (masuk), K. Piandit (masuk), T. Sripan (masuk), D. Chalermsan (masuk)
Wasit: Yu Jing Yin (Chn)