Adeus Paulo Sergio! Pemain Asing Paling Berprestasi di Era Liga 1
Kembali ke edisi 2017. Indonesia yang akhirnya lepas dari sanksi FIFA (dibekukan sejak 2015) merancang sebuah kemasan baru kompetisi kasta tertinggi sepak bola nasional bernama Liga 1.
Berbagai kebijakan baru dibuat, salah satunya penggunaan marquee player alias pemain jebolan liga-liga elite di Eropa. Tujuannya jelas, yaitu untuk mengembalikan pamor kompetisi di mata internasional yang sempat anjlok gara-gara dibekukan FIFA sekitar 1,5 tahun.
Paulo Sergio termasuk dalam kategori marquee player karena merupakan mantan pemain Sporting CP yang notabene peserta Primeira Liga Portugal. Dia didatangkan Bhayangkara FC menjelang penutupan bursa transfer Liga 1.
Bhayangkara FC yang kala itu baru seumur jagung merasakan kompetisi sepak bola Indonesia (berdiri 2016) sungguh jeli. Bukannya mencari marquee player bernama besar seperti Persib Bandung merekrut Carlton Cole dan Michael Essien, mereka malah memboyong Paulo Sergio.
Namun, pada perkembangannya justru Paulo Sergio jauh lebih bersinar ketimbang Michael Essien dan Carlton Cole yang tampak tinggal sisa-sisanya saja.
Dia bahkan mengungguli seorang Peter Odemwingie, yang awalnya sempat meroket bersama Madura United, sebelum terjun bebas di putaran kedua akibat direcoki masalah cedera.
INDOSPORT memiliki satu pengalaman unik tentang Paulo Sergio di 2017. Suatu ketika ada sebuah acara yang dilangsungkan oleh salah satu brand olahraga ternama di kawasan Senayan, Jakarta.
INDOSPORT termasuk pihak media yang diundang oleh brand olahraga itu. Tampak Paulo Sergio menjadi ikon acara bersama tiga pesepak bola lain, yakni Marc Klok (PSM Makassar), Achmad Jufriyanto, dan Michael Essien (Persib Bandung).
Apa yang terjadi? Hampir seluruh media, termasuk INDOSPORT, memusatkan atensi kepada Michael Essien. Semua berebut ingin mewawancarai kampiun Liga Champions 2011-2012 saat berseragam Chelsea tersebut.
Achmad Jufriyanto dan Marc Klok menjadi target media berikutnya setelah puas 'mengeroyok' Essien. Lantas, bagaimana dengan Paulo Sergio?
Gelandang bertubuh mungil itu seolah dibiarkan begitu saja. Dia tampak leluasa mondar-mandir di lokasi acara tanpa ada satu pun media yang mengadang untuk melakukan wawancara.
Mau bagaimana lagi? Kondisi saat itu memang mengharuskan semua media 'kompak 'menghindari' Paulo Sergio. Bhayangkara FC belum menduduki puncak klasemen, singgasana Liga 1 2017 masih dikuasai PSM Makassar.
Siapa sangka, Paulo Sergio justru membawa Bhayangkara FC ke podium juara Liga 1 2017, menikung Bali United dan PSM Makassar yang sudah saling sikut sejak pertengahan hingga detik-detik akhir kompetisi.
Paulo Sergio ibarat terbang di bawah radar. Selain meraih trofi juara, pemain yang gemar mengoleksi tato di tubuhnya ini juga dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga 1 2017, mengungguli Wiljan Pluim (PSM Makassar) dan Sylvano Comvalius (Bali United).
Sayang, aturan AFC menghalangi Paulo Sergio membawa panji Bhayangkara FC di kancah internasional, tepatnya Liga Champions Asia dan Piala AFC.
Namun, Paulo Sergio tak patah arang. Dia tetap bersinar meskipun gagal mempertahankan titel juara Liga 1 bersama Bhayangkara FC. Toh dia tetap menjaga marwah klubnya di papan atas klasemen akhir musim itu sekaligus membuktikan bahwa The Guardians bukanlah one hit wonder.
Sukses bersama Bhayangkara FC, Paulo Sergio mencoba peruntungan lain di Bali United edisi 2019. Berada di bawah arahan pelatih yang memiliki bahasa ibu sama dengannya, Stefano Cugurra, sang pemain pun meraih gelar Liga 1 keduanya.
Memasuki 2020, kisah kejayaan Paulo Sergio harus berhenti. Serangan pandemi virus corona ditambah bekapan cedera punggung memaksa pemain berusia 36 tahun ini meninggalkan Liga 1 yang sudah ia kuasai selama tiga musim terakhir.
Adeus Paulo Sergio! Dan terima kasih telah meramaikan sepak bola Tanah Air selama tiga musim terakhir.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom