Giovanni Agnelli, Kisah Sang Aristokrat Sepak Bola Italia dan Juventus
Sebagai pemilik raksasa otomotif Italia FIAT sekaligus presiden Juventus, Giovanni Agnelli nyatanya merupakan sosok rendah hati. Ia menekankan bahwa kesuksesan Juventus tak cuma dibangun oleh satu dua orang, tetapi juga sukses bersama.
Gianni begitu menghargai tifosinya sampai-sampai sering menyediakan transportasi bagi para pendukung Juventus. Ada sebuah kisah unik pada 1953 saat dirinya yang sudah menjadi presiden juga bertindak sebagai pemandu bakat.
Pada waktu itu ia terbang ke Lisbon, Portugal, untuk menyaksikan laga Portugal vs Swedia. Dari laga itu, ia melihat pemuda debutan dengan permainan lincah. Pemain itu adalah Kurt Hamrin.
Ia kemudian balik ke Turin dan meminta pelatih Juve kala itu, Puppo, untuk mengamati. Dan benar saja, Kurt Hamrin menjadi salah satu legenda Juventus dan Fiorentina saat bermain di Italia.
-Intuisi Giovanni Agnelli juga mengantarnya pada sosok Omar Sivori dan Michel Platini. Kedua pemain ini adalah pemain kesayangannya yang dianggap mampu tampil menghibur.
Juventus era Sivori dan Platini dinilai Giovanni Agnelli sebagai yang plaing menghibur. Michel Platini sendiri ditemukan langsung oleh Agnelli dan diajak ke Juventus.
-Hubungannya dekat, bagaikan ayah dan anak. Platini adalah anak emas Agnelli.
Di Juventus, pria yang di masa depan menjadi presiden UEFA itu membantu merebut sejumlah gelar scudetto serta trofi Liga Champions Eropa pertama La Vecchia Signora.
Bagi Agnelli, peran Platini tak bisa digantikan siapapun, termasuk oleh Roberto Baggio, Del Piero, dan Zinedine Zidane. Untuk nama terakhir, Agnelli memiliki cerita tersendiri.
Agnelli pernah secara kontroversial menyebut bintang asal Prancis itu sebagai pemain yang lebih "indah dalam permainan ketimbang berguna". Bahkan, ia menganggap perkrutan Zidane sebagai langkah pemasaran mobil FIAT ke Aljazair dan Marseille. Agnelli sepertinya kesal saja saat itu karena Zidane memutuskan untuk hengkang ke Real Madrid.
Lapar Kesuksesan
Seorang wartawan Italia bernama Roberto Beccantini pernah menyebut Giovanni Agnelli sebagai sosok yang haus akan kesuksesan. "Dia seorang kolektor scudetto yang tamak" ujarnya.
Bagaimana tidak, tak hanya memimpin perusahaan otomotif sebesar FIAT, ia juga memiliki klub tersukses dalam sejarah Italia. Puluhan scudetto dan gelar berhasil diraih Juve di bawahnya selama berdekade-dekade.
Saat akhirnya meninggal di usia 81 tahun pada 2003 lalu, ia dianggap sudah menggapai apa yang ia mau, yakni menjadi raja di dunia otomotif dan sepak bola. Kerja keras tentu menjadi kunci kesuksesan Agnelli.
Dan tongkat warisan kesuksesan serta aristokrasi dari Giovanni Agnelli kini dilanjutkan di tangan Andrea Agnelli, cucunya. Andrea pun tampaknya memiliki apa yang dipunya Giovanni Agnelli.
Andrea sukses mengangkat Juventus kembali menjadi raksasa Italia dan Eropa setelah sempat terpuruk. Ia juga mampu mempertahankan filosofi-filosofi klub.
Sembilan scudetto beruntun berhasil diraih Juventus pada dekade ini. Sebuah pencapaian yang tak pernah ada sebelumnya.
Mungkin, jika bisa melihat kesuksesan juventus saat ini, Giovanni Agnelli akan tersenyum di atas sana. Juventus semakin besar dan FIAT pun masih eksis menjadi raksasa otomotif hingga saat ini.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom