INDOSPORT.COM - Menjadi pelatih sepak bola ternama dengan reputasi metereng, Jose Mourinho telah melalui jalanan terjal dan penuh kerikil serta drama.
Ketika banyak yang memandang karier kepelatihannya berawal dari Benfica, pada kenyataannya ia sudah mulai menginjakkan kaki di dunia manajerial sejak menangani tim muda Vitoria Setubal, tepatnya setelah menjadi seorang pengajar fisik di Lisbon, Portugal.
Sebuah klub kecil bernama Estrela da Amadora pun menjadi pelabuhan Mourinho selanjutnya, namun momen breakthrough-nya datang seiring kemunculan seorang pelatih bernama Bobby Robson yang didapuk menjadi juru taktik Sporting Lisbon.
Mourinho yang sudah cukup terkenal di kalangan penggiat sepak bola Lisbon pun akhirnya ikut ketiban rezeki. Lancar berbahasa Inggris, ia pun ditunjuk sebagai penerjemah untuk Robson, yang bahkan tak bisa memesan minuman menggunakan bahasa Portugis.
-Namun ternyata, Mourinho jauh lebih berbakat dari sekadar menjadi juru terjemahan. Tak hanya membantu dalam hal komunikasi, The Special One secara tak langsung menjadi partner mengobrol sekaligus diskusi Robson soal sepak bola.
Saking sukanya Sir Bobby Robson kepada Mourinho, pelatih asal County Durham, Inggris, tersebut membawa serta ‘muridnya’ tersebut ke Porto tak lama setelah ia dipecat Sporting Lisbon pada tahun 1993. Keduanya pun menapaki kesuksesan di klub barunya selama musim 1993-1994.
-Sampai akhirnya Robson pun diminta menggantikan Johan Cruyff di Barcelona dan lagi-lagi membawa Mourinho bersamanya. Salah satu kemenangan yang akan selalu diingat keduanya mungkin saat melawan Paris Saint-Germain (PSG) di UEFA Cup Winners' Cup 1996-1997.
Blaugrana menang tipis lewat satu gol yang berhasil dicetak Ronaldo Nazaria lewat titik putih. Momen ini sekaligus jadi memori indah hubungan Mourinho dan Pep Guardiola, yang sayangnya malah ternodai beberapa tahun kemudian.
Setelah Robson, Mourinho pun melanjutkan perjalanannya sebagai murid Louis van Gaal yang mengambil alih Barcelona pada tahun 1997. Selama periode ini, The Special One lagi-lagi mengulang apa yang terjadi Sporting Lisbon dulu.
Ia berhasil membuat banyak orang terkagum-kagum dengan kemampuannya menganalisis permainan. Lagi-lagi menjadi seorang alih bahasa, Mourinho bahkan kerap secara sengaja memasukkan analisis pribadi saat menyampaikan instruksi ke para pemain.
Setelah Van Gaal hengkang dari Barcelona pada tahun 2000, Mourinho pun ikut-ikutan pergi. Ucapan presiden Blaugrana saat itu, Josep Lluis Nunez, yang menyebutnya sebagai seorang penerjemah pun jadi titik awal hasrat Mourinho menjadi seorang pelatih.
Punya kemampuan manajerial yang apik, seorang Jose Mourinho tentu tak mau terus-terusan berada di balik bayang-bayang pelatih lain. Sudah saatnya ia tampil dan menciptakan nama untuk dirinya sendiri.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom