INDOSPORT.COM - Sosok Modestus Setiawan pernah menjadi bagian penting PSIS Semarang pada tahun 2005 hingga 2007 silam. Ketika itu ia didatangkan Laskar Mahesa Jenar dari Persijatim Solo yang diakuisi oleh Pemerintah Sumatera Selatan untuk berganti nama menjadi Sriwijaya FC.
Bersama beberapa jebolan Persijatim lainnya, Modestus memutuskan hijrah ke PSIS. Apalagi Kota Semarang merupakan tempat kelahiran pemain kelahiran 17 Desember 1982 ini sehingga ia cukup nyaman bermain untuk klub kebanggaan Panser Biru dan Snex.
Modestus juga menjadi bagian sejarah PSIS ketika berhasil menjadi juara tiga Liga Indonesia 2005 dan juara dua Liga Indonesia 2006.
Lama tak terdengar namanya, lantas apa kabar Modestus sekarang?
Modestus saat ini masih tinggal di Kota Semarang dan memutuskan untuk berbisnis jual beli mobil dan kuliner. Ia menerangkan bahwa istrinya memiliki kemampuan memasak sehingga bisnis kuliner yang ia jalankan cukup menjanjikan.
“Alhamdulillah kabar saya baik, saya saat ini masih tinggal di Semarang karena kebetulan asli Semarang. Kesibukan sekarang jual beli mobil sama bisnis kuliner. Alhamdulillah hasilnya lumayan,” ujar Modestus kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT, Sabtu (01/08/20) petang.
“Jualannya sambel baby cumi. Seminggu omsetnya bisa mencapai 1,5 hingga 2 juta,” jelas pemain yang dulunya bisa berposisi sebagai bek tengah mau pun gelandang bertahan ini.
Modestus memilih bergelut di dunia bisnis karena merasa lebih menjanjikan daripada melanjutkan karir di dunia kepelatihan. Ia yang sempat mengalami telat gaji merasa khawatir apabila hal serupa kembali terulang jika melanjutkan karir di dunia sepak bola.
“Kalau saya mantap bisnis. Pengalaman pernah ditunggak gaji menjadi pelajaran tersendiri. Kalau bisnis jual beli mobil dan kuliner kan enak, dekat sama anak istri tanpa harus jauh-jauhan,” tuturnya.
Tak hanya jual beli mobil dan bisnis kuliner, pemain yang pernah mendapat panggilan Timnas U-23 pada tahun 2005 – 2007 ini juga menggeluti jual beli tanah. Ia berperan sebagai perantara yang pendapatannya juga lumayan.
“Saya itu setiap ada peluang pasti saya jalani. Saya juga kadang bantu orang cari atau jual tanah. Setiap jadi, paling tidak uang puluhan juta saya dapat. Itu hasilnya sangat lumayan,” tandas Modestus.
Ketika disinggung soal PSIS yang pernah membesarkan namanya, Modestus mengaku tak akan pernah bisa melupakan Laskar Mahesa Jenar. Ia selalu mengingat betul betapa harmonisnya hubungan di internal tim pada saat itu.
“PSIS itu yang tidak bisa dilupakan soal kekeluargaannya. Hubungan antara manajemen dengan pemain sangat erat. Dulu waktu menang atau kalah, Bos Yoyok (red-Yoyok Sukawi) selaku manajer pasti selalu kasih motivasi tersendiri misal diajak jalan atau makan,” pungkas Modestus.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom