INDOSPORT.COM – Jean-Pierre Papin, adalah seorang legenda sepak bola Prancis yang sial atau kurang beruntung ketika main di AC Milan, apa kabarnya kini?
Sebelum nama Kylian Mbappe hingga Zinedine Zidane melegenda di Prancis, status itu disandang oleh Jean-Pierre Papin. Bahkan dalam sebuah voting di majalah ternama Prancis tentang siapa legenda terbesar di negara itu, Papin berhasil menduduki posisi 8, di atas Didier Deschamps dan Eric Cantona.
Mungkin penggemar sepak bola milenial banyak tidak begitu mengenal dengan Jean-Pierre Papin karena ia memang bersinar di era 1980-an hingga 1990-an. Namanya pun begitu melegenda di Prancis berkat kemampuannya dalam mencetak gol indah dengan tendangan voli.
Akan tetapi ada satu fakta jika Papin sesungguhnya sial di Prancis karena lahir di antara generasi terburuk penghubung antara Michael Platini hingga Zinedine Zidane. Jadi, memang ada generasi yang hilang antara 1984 era Platini dengan 1998 saat Zidane mengorbit.
-Dalam periode antara Platini dengan Zidane, Prancis tercatat tak mampu lolos ke Euro 1988, Piala Dunia 1990 dan 1994. Tak hanya berada dalam generasi terburuk Prancis, Papin ternyata juga mengalami kesialan saat bermain di AC Milan.
Jean-Pierre Papin Sebagai Legenda Prancis yang Sial di AC Milan
-Kita mulai dengan melanjutkan karier Papin di pentas internasional. Sesungguhnya gagalnya Prancis ke Euro dan 2 kali Piala Dunia memang bukan salah Papin, karena pemilik tendangan voli ikonik ini sudah memberikan segalanya untuk Les Blues.
Padahal Papin adalah aktor penting saat sukses mengantarkan Prancis menjadi juara ketiga Piala Dunia 1986 dan lolos Euro 1992. Tak hanya itu, bermain dalam 54 pertandingan berseragam timnas Prancis, Papin sukses menyarangkan 30 gol.
Satu-satunya hal yang salah pada saat itu adalah tidak adanya pemain yang sebesar atau lebih hebat dari Papin. Sehingga dengan Papin sendiri, sangat sulit baginya untuk mengangkat prestasi Prancis ke pentas dunia ataupun Eropa.
Meski tak begitu cemerlang di level internasional, ternyata Papin dianggap sebagai legenda besar di Club Brugge dan Marselle. Berbagai pencapaian gelar juara berhasil dipersembahkan oleh Papin seperti Piala Belgia, Ligue 1 Prancis hingga runner up Liga Champions.
Semua begitu indah hingga akhirnya ia pun direkrut oleh AC Milan dengan harapan ia bisa menjadi pesaing berat Marco van Basten saat itu. Bersama AC Milan, Papin hanya bermain dalam 2 musim dengan mencetak 31 gol dari 74 laga.
Tak hanya itu, ia sukses merengkuh gelar juara Liga Champions dan Serie A Italia bersama AC Milan. Sekilas Papin terlihat sukses di AC Milan, tapi yang sebenarnya terjadi adalah ia sama sekali tidak mampu menembus tim inti.
Masalah cedera dan kuota pemain asing yang boleh dimainkan adalah 3 orang saja membuat Papin tersingkir di AC Milan. Sial memang bagi Papin karena AC Milan sudah memiliki trio Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard dan Ruud Gullit.
Belum lagi, AC Milan masih memiliki pemain asing jempolan seperti Brian Laudrup, Zvonimir Boban, Dejan Savicevic dan Marcel Desailly. Bisa dibayangkan, Papin untuk sembuh dari cedera kambuhan saja sudah sulit, ditambah ia harus bertarung dengan deretan pemain asing untuk 3 slot skuat inti AC Milan.
“Itu adalah tentang filosofi klub, bagaimanapun AC Milan memiliki 30 pemain dengan potensi luar biasa yang bakal dirotasi terus tergantung kompetisinya dan faktor cedera. Tapi soal pemain asing, klub hanya diperbolehkan menurunkan 3 pemain asing dalam setiap laga,” jelas Papin, seperti yang dilansir dari Sportmagazine.
Salah satu bukti kalau Papin menjadi korban dari filosofi itu sendiri adalah pada saat final Liga Champions 1994 melawan Barcelona di mana ia tak terpilih dalam skuat utama. AC Milan saat itu memilih untuk menurunkan Desailly, Savicevic dan Boban.
Merasa diasingkan di AC Milan, Papin untuk bergonta-ganti klub seperti Bayern Munchen hingga pensiun di klub amatir Prancis. Kini setelah lama pensiun dari dunia sepak bola, apa kabar Jean-Pierre Papin?
Kabar Terkini Jean-Pierre Papin
Sesaat setelah pensiun pada awal 2000-an, Papin langsung menangani klub Prancis, Strasbourg. Sayang hanya sebentar karena ia berselisih dengan internal klub sehingga memutuskan hengkang ke RC Lens.
Bersama Lens, Papin meraih prestasi tertingginya dengan mengantarkan klub kecil itu ke final Piala Liga Prancis. Sayangnya itu adalah pencapaian terbaik karena Papin sepertinya tak berjodoh dengan profesi sebagai pelatih sepak bola.
Berbagai macam pekerjaan pun dicoba oleh Papin, mulai dari komentator olahraga hingga menjadi duta sepak bola. Teranyar pada tahun ini, Papin, sang legenda Pranis yang sial di AC Milan terpilih untuk menjadi duta Ligue 1 Prancis bersama Ludovic Giuly dan Pedro Pauleta.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom