INDOSPORT.COM – Reffa Money, adalah pemain berbakat yang dilabeli wonderkid Indonesia dan sempat berkostum Penarol, namun sayang kariernya harus tenggelam.
SEA Games 1991, merupakan prestasi terakhir yang bisa diraih oleh Timnas Indonesia dalam kurun waktu kurang lebih 3 dekade terakhir. Mungkin kita sempat menjadi juara di Piala Kemerdekaan 2008, tapi bukankah itu diraih dengan cara yang kontroversial?
Padahal, warga Indonesia selalu mengharapkan agar ada prestasi di sepak bola, tapi sepertinya itu jauh panggang dari api. Sejatinya, ada banyak talenta muda yang kerap dilabeli wonderkid lahir di sepak bola Indonesia guna melepas dahaga kita untuk melihat gelar juara dibawa pulang.
Akan tetapi, banyak dari mereka pada akhirnya tenggelam dalam hutan rimba persaingan menuju pemain profesional. Salah satu dari mereka adalah Reffa Money, wonderkid Indonesia yang sempat berkostum Penarol, tim terbaik di Amerika Selatan.
Harapan di Lini Belakang Timnas Indonesia
Lahir di Surabaya, 21 Januari 1992, Reffa Money alias Reffa Arvin Badherun Money tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sepak bola. Apalagi, Reffa Money ternyata merupakan anak dari bintang Persebaya Surabaya era 1980-an, Yusuf Money.
Sang ayah pun pernah dibuat bangga bukan main ketika melihat Reffa Money berhasil membawa kontingen Jawa Timur jadi kampiun Piala Medco U-15 2007. Capaian itu membuat Reffa Money dipanggil lagi oleh Timnas Indonesia U-15.
Sebelumnya, Reffa Money memang sudah pernah dipanggil untuk membela Timnas Indonesia U-13 dan U-14. Bakat besar yang ada dalam diri Reffa Money pun telah membawanya untuk masuk dalam proyek PSSI dalam mengembangkan pemain muda di Uruguay bernama SAD.
Dengan postur menjulang mencapai 178 sentimeter, Reffa Money bak seorang monster di lini belakang, mengingat usianya saat itu belum genap 20 tahun. Tak pelak, berbekal kemampuan dan postur idealnya, Reffa Money pun didapuk jadi harapan di lini belakang Timnas Indonesia masa depan.
Pelatih tim SAD Indonesia saat itu, Cesar Payovich pun sempat memberikan ban kapten kepada Reffa Money setelah melihat jiwa kepemimpinannya. Sekadar informasi, SAD Indonesia berkompetisi di Liga Uruguay U-17 atau Quinta Division.
Baru setahun main di SAD Uruguay, Reffa Money dipanggil pulang untuk membela Timnas Indonesia U-19 di ajang Kualifikasi Piala Asia U-19. Meski gagal lolos, tetapi Reffa Money sukses tampil memukau dengan membawa Timnas Indonesia U-19 menahan imbang Australia, 1-1.
Semua pecinta sepak bola Indonesia pun saat itu mulai menaruh harapannya ke Timnas Indonesia U-19 yang saat itu diperkuat Reffa Money dan Syamsir Alam. Kembali ke Uruguay, Reffa Money pun mengejutkan sepak bola Indonesia saat diketahui ia sedang mengenakan kostum Penarol.
Berkostum Penarol
Seperti yang kita tahu kalau Penarol bukanlah tim kacangan di Uruguay bahkan Amerika Selatan. Penarol dalam sejarahnya, sudah pernah juara Copa Libertadores (Liga Champions-nya Amerika Selatan) serta dinobatkan oleh IFFHS sebagai klub terbaik Amerika Selatan abad ke-20.
Sedangkan pada saat itu di tahun 2010, beredar foto dan kabar jika Reffa Money dan Syamsir Alam diketahui sedang berkostum Penarol. Spekulasi pun berkembang di Indonesia bahwa Reffa Money berhasil mendapatkan kontrak oleh Penarol.
Sayangnya, Reffa Money dan Syamsir Alam saat itu hanyalah menjadi perwakilan dari kesepakatan antara Indonesia dengan Penarol saja. Meski begitu, Reffa Money tetap tampil gemilang bersama SAD Uruguay dan berkembang menjadi salah satu bek masa depan Timnas Indonesia.
Pada 2011, Reffa Money akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia setelah mendapatkan banyak ilmu di Uruguay. Semua begitu indah bagi Reffa Money yang masih berhasrat ingin menjadi bintang masa depan Timnas Indonesia sebelum hantu bernama cedera itu datang.
Hancur Akibat Cedera
Sesampainya di Indonesia, Reffa Money pun langsung dikontrak oleh Persis Solo untuk mengarungi Liga Indonesia. Di musim berikutnya tawaran kontrak untuk bermain di kasta teratas Liga Indonesia datang dari Pelita Bandung Raya (PBR).
Bencana itupun datang saat membela PBR di mana Reffa Money diketahui mengalami cedera lutut parah. Bukan hanya masalah waktu penyembuhan yang sangat lama menyoal cedera lutut, tetapi juga bagaimana Reffa Money menghilangkan trauma itu.
Sembari menunggu pemulihan, Reffa Money pun diketahui banyak menghabiskan waktu sebagai mahasiswa di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Dr. Soetomo di Surabaya. Sembuh dari cedera, rupanya Reffa Money tak langsung ke lapangan hijau.
Ia memilih untuk daftar masuk sebagai tentara angkatan darat atau TNI AD. Menjadi tentara tak membuat darah sepak bola Reffa Money luntur begitu saja, ia tercatat masuk dalam daftar pemain PS TNI yang berlaga di Piala Jenderal Sudirman.
Meskipun PS TNI di ajang tersebut tampil memesona, tapi Reffa Money harus menerima kenyataan lebih banyak duduk di bangku cadangan saja. Sesaat setelah itu, Reffa Money kembali ke kesatuannya dan bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat.
Itulah Reffa Money, wonderkid Indonesia yang sangat berbakat dengan sempat menjadi kapten tim SAD hingga berkostum Penarol, namun kini ia tenggelam akibat hantu cedera.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom