INDOSPORT.COM – Sebuah kasus suap yang dikenal dengan sebutan skandal Senayan, menyeret hingga 10 pemain Timnas Indonesia pada tahun 1962 sampai ke penjara.
Beberapa tahun pasca kemerdekaan dan revolusi fisik, sepak bola Indonesia sudah langsung mampu mendapatkan perhatian di dunia internasional. Hal itu dimulai ketika Presiden Soekarno turun tangan mendatangkan pelatih asal Yugoslavia Toni Pogacnik untuk membesut Timnas Indonesia pada tahun 1954.
Di tangan Pogacnik itulah kemudian Timnas Indonesia bisa dibangunnya. Hingga masuk ke semifinal Asian Games 1954, lolos hingga perempatfinal Olimpiade 1956 dan juga meraih medali perunggu di Asian Games 1958.
Dengan prestasi yang sampai membuat Timnas Indonesia dijuluki Macan Asia itu, Presiden Soekarno pun semakin berambisi memberikan target juara buat anak asuh Toni Pogacnik. Khususnya ketika Jakarta dipilih menjadi tuan rumah Asian Games 1962.
Dengan pesan medali emas harga mati dari Soekarno, persiapan serius pun dilakukan Toni Pogacnik, mulai dari mencari pemain-pemain bekualitas hingga ke daerah. Hingga kemudian membawa Timnas Indonesia melakoni uji coba berkeliling Eropa Timur menghadapi Timnas Yugoslavia, Uni Soviet junior, hingga klub-klub Jerman Timur pada tahun 1960.
Tapi sayang akhirnya persiapan panjang Timnas Indonesia di bawah asuhan Toni Pogacnik itu harus merasakan sebuah terpaan badai besar beberapa bulan sebelum berlangsungnya Asian Games 1962. Saat itu, Timnas Indonesia diterpa badai besar pengaturan suap, yang kelak disebut sebagai skandal Senayan.
Skandal Senayan
Skandal Senayan bisa dikatakan merupakan kasus suap terbesar yang pernah menjerat Timnas Indonesia hingga saat ini.
Karena tak main-main, sekitar 16 penggawa Timnas Indonesia yang terseret kasus suap yang terjadi di tujuh bulan sebelum bergulirnya Asian Games 1962 itu. Di mana 10 di antaranya dinyatakan terbukti bersalah dan sampai harus merasakan kurungan penjara.
Terungkapnya kasus suap skandal Senayan sendiri tak lepas dari sosok Maulwi Saelan. Mantan penjaga gawang Timnas yang kala itu merupakan pengurus PSSI.
Maulwi Saelan mengungkap adanya skandal penyuapan di kubu Timnas Indonesia, setelah ada salah satu pemain yang mengeluh kepadanya bahwa semangat tim mulai menurun, bersamaan dengan mulai banyak rekan-rekannya di Timnas yang terlihat akrab dengan bandar judi saat itu.
Berbekal keluhan tersebut, Maulwi Saelan kemudian melanjutkan ke Manajer Timnas Soedirgo untuk akhirnya melakukan penyelidikan, hingga memergoki satu pemain yang benar terbukti telah menerima suap dari bandar judi.
Pada saat itu sendiri, kasus suap tersebut sebenarnya tak benar-benar diketahui oleh masyarakat umum pengemar sepak bola Indonesia. Mereka hanya mendengar desas-desusnya saja sejak akhir tahun 1961.
Semua mulai terbuka di muka umum, ketika dalam pertandingan uji coba melawan Vietnam Selatan All Star di Lapangan Ikada, awal Februari 1962. Banyak pemain Timnas Indonesia yang tidak masuk dalam jajaran skuat arahan Toni Pogacnik.
Semakin jelas ketika beberapa hari kemudian PSSI mengeluarkan surat larangan menjalani kegiatan olahraga kepada 10 pemain Timnas Indonesia.
Mulai dari kapten tim Rukma Sudjana, Iljas Hadade, Pietje Timisela, Omo Suratmo, Sunarto, Wowo Sunaryo yang semuannya asal klub Persib, John Simon, Manan, Rasjid Dahlan dari PSM Makassar, dan Andjiek Ali Nurdin dari Persebaya.
Selain ke-10 pemain itu, ada enam pemain Timnas Indonesia lainnya yang juga terpaksa dicoret. Kendati belum sepenuhnya terbukti, tapi diindikasi kuat terlibat dalam skandal suap tersebut.
Tangisan Toni Pogacnik
Dengan usaha kerasnya untuk bisa memenuhi tager medali emas di Asian Games 1962, sejak mengetahui ada anak asuhnya yang terlibat suap, pelatih Toni Pogacnik langsung merasakan kekecewaan yang luar biasa. Bahkan sejak awal, Pogacnik langsung memerintahkan agar anak asuhnya yang terlibat suap itu untuk dibawa ke Polisi.
Dalam berjalannya waktu kemudian terbukti di Pengadilan, memang telah terjadi penyuapan di pertandingan Timnas Indonesia melawan Malmoe (Swedia), Thailand, Yugoslavia Selection dan Tjeko Combined.
Di pertandingan melawan Yugoslavia Selection yang berakhir dengan skor 2-3 misalnya. 10 pemain Timnas itu terbukti mendapatkan suap masing-masing sebesar Rp25 ribu, atau yang jika dikalkulasikan saat ini bisa mencapai puluhan juta.
Meski sejak awal meminta agar kasus Skandal Senayan itu dibawa ke Polisi, Toni Pogacnik sebagai orang yang membangun Timnas Indonesia saat itu. Tetap tak kuasa menahan isakan tangis ketika mengunjungi mantan anak asuhnya, yang akhirnya harus mendekam di penjara Kantor Polisi Militer di Jalan Budi Kemuliaan, Menteng, Jakarta Pusat.
Toni Pogacnik saat itu begitu kecewa, karena menurutnya jika tak ada skandal Senayan itu, Timnas Indonesia di bawah asuhannya akan bisa menyamai standar sepak bola dunia internasional.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom