INDOSPORT.COM - Nama-nama seperti Rony Paslah, Ponirin Meka, Jampi Hutahuruk, Sahari Gultom hingga Markus Horison adalah segelintir penjaga gawang hebat yang mengorbit bersama klub legendaris, PSMS Medan.
Namun selain nama-nama tersebut, PSMS juga memiliki nama kiper yang cukup handal yakni Sony Gunawan. Ia adalah kiper utama tim berjuluk Ayam Kinantan saat berhasil mengantarkan PSMS promosi ke kasta tertinggi Liga Indonesia musim 2004.
PSMS berhasil meraih promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia (saat ini Liga 1) untuk musim 2004 setelah menjadi runner-up di Divisi 1 PSSI (sekarang Liga 2) edisi 2003. Sebab di musim 2002 sebelumnya PSMS yang berada di Divisi Utama harus terdegradasi di musim selanjutnya.
Namun ternyata, jauh sebelum mengantarkan PSMS promosi, Sony Gunawan telah menjadi bagian dari PSMS sejak era 1990-an.
Mengawali karier profesionalnya dengan menjadi bagian dari PSMS sejak 1997 sampai 2001, namun kala itu lebih banyak menjadi pelapis bagi Sahari Gultom.
Usai dari PSMS, Sony memilih hijrah ke klub Ayam Jantan dari timur, PSM Makassar pada 2002. Bersama tim berjuluk Juku Eja itu, Sony berhasil mengantarkan PSM mencapai babak semifinal Divisi Utama edisi 2002.
"Di semifinal kami kalah sama Persita Tangerang. Saat itu saya inti. Dan saat di PSMS dari 1997-2001, juga berhasil mencapai semifinal (pelapis). Namun lagi-lagi belum beruntung," kata Sony mengawali ceritanya kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Meski berhasil membawa PSM sampai ke Semifinal kasta tertinggi, namun tak serta merta dirinya bertahan. Ia memilih kembali berseragam PSMS di musim berikutnya, meski PSMS berada di kasta kedua setelah di 2002 terdegradasi.
Akan tetapi, kemesraan ia dengan PSMS hanya bertahan semusim saja. Sebab setelah berhasil mengantarkan PSMS promosi di 2003, di musim berikutnya Sony lebih memilih hijrah ke klub Divisi Utama lainnya, Pelita KS.
"Saat itu kami bahu-membahu bawa PSMS promosi. Ada Agus Sima, Deni Wahyudi, hingga Legimin Raharjo serta Mahyadi Panggabean. Namun saat itu kami hanya menjadi runner-up (Divisi 1 2003) di bawah Persebaya yang jadi juara," kenangnya.
"Meski berhasil bawa PSMS promosi (2003), alasan saya pindah di musim selanjutnya karena manajemen PSMS saat itu kurang menghargai pemain putra daerah. Itu alasan saya pindah," lanjutnya.
Usai dari Pelita KS, pria kelahiran Medan, 6 Mei 1975 ini sempat memperkuat sejumlah klub Tanah Air lainnya seperti Persema Malang, Persikabo Bogor, PSSB Bireuen dan akhirnya memutuskan pensiun dengan klub yang telah membesarkan namanya, PSMS Medan di 2010 silam.
Akan tetapi usai pensiun, Sony tak melanjutkan kariernya di dunia sepak bola. Ia memilih untuk berwirausaha hingga sampai saat ini. Namun demikian, ia tetap masih tak bisa jauh-jauh dari PSMS sampai saat ini.
Pria yang kini berusia 45 tahun itu berharap PSMS bisa kembali berlaga di kompetisi kasta tertinggi Indonesia setalah sempat terdegradasi dari Liga 1 2018 silam.
"Wirausaha aja sekarang dan bantu-bantu (manajemen dan tim) PSMS saat ini. Yang pastinya sebagai asli Anak Medan, PSMS selalu di hati saya karena saya di besarkan di sini (PSMS) dan pastinya berharap PSMS bisa ke Liga 1 lagi," pungkasnya.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom