INDOSPORT.COM - Tak banyak wasit di Indonesia yang sudah mengantongi Lisensi FIFA. Salah satunya adalah sosok pengadil asal Kudus, Jawa Tengah, Dwi Purba Adi Wicaksana.
Selain dia, ada empat wasit lainnya di Indonesia yang mengantongi lisensi serupa, yakni Aprisman Aranda, Fariq Hitaba, Thoriq Alkatiri, dan Yudi Nurcahya. Dwi Purba jadi satu-satunya pengadil asal Jawa Tengah yang sudah berlabel FIFA.
Tentu saja, perjalanannya sebagai wasit internasional melalui banyak cerita dan jalan berliku. Bahkan Dwi Purba menceritakan jika awalnya ingin menjadi pesepak bola profesional.
"Dulu inginnya ya jadi pemain sepak bola profesional mas. Karena merasa permainan saya tidak berkembang dan kalah bersaing, akhirnya banting stir jadi wasit," ungkap Dwi Purba saat berbincang dengan INDOSPORT.
"Kebetulan saya diajak tteman saat kuliah jurusan pendidikan olahraga. Jadi punya basic fisik seperti lari," tambah dia.
Pria berusia 31 tahun itu lantas mulai merintis karier di dunia perwasitan sejak 2009. Dwi Purba mengawali dari sertifikasi paling bawah yakni C3 dasar tingkat kabupaten. Hanya setahun, Purba menaikkan lisensi ke C2 Provinsi hingga C1 Nasional di tahun 2010.
Bekal lisensi C1 Nasional itulah, lulusan FPOK Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut mulai memimpin beberapa pertandingan level nasional. Seperti pertandingan kelompok usia di Piala Soeratin.
Langkahnya semakin mantab setelah Purba kembali mengambil lisensi wasit Liga 3 dan Liga 2 di tahun 2013. Purba lantas berkesempatan memimpin pertandingan di level yang lebih tinggi.
"Waktu Divisi Utama 2014 itu debut saya jadi wasit di kompetisi kasta kedua. Banyak pertandingan yang saya pimpin, terutama di wilayah Jawa Tengah," katanya.
Perjuangan Menguras Energi dan Pikiran
Tak berhenti, pria yang berasal dari Desa Jati Wetan, Jati, Kudus itu mengambil lisensi Liga 1. Setelah itu, Purba didaftarkan PSSI untuk mengikuti kursus lisensi wasit FIFA.
"Saat itu saya kursus di Malaysia pada 1 sampai 10 Maret 2015. Seingat saya ada 35 wasit dari Asia Tenggara yang ikut seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, dan negara lain. Setelah itu kompetisi (Indonesia) harus berhenti karena suspend dari FIFA," kenangnya.
Bagi pria kelahiran Kudus, 22 Juli 1988 ini, kursus pengambilan lisensi wasit FIFA benar-benar menguras pikiran dan energi. Dia menceritakan, setiap wasit diberi tugas menganalisa jalannya sebuah pertandingan.
Dalam tayangan video, peserta diwajibkan mencatat kejadian yang ada, hingga keputusan yang diambil wasit yang memimpin. Purba mengaku banyak rekaman pertandingan yang harus dianalisis sebagai bagian tugas.
"Misalkan ada duel antarpemain, layak tidak diberi pelanggaran atau dapat kartu. Harus disertai alasan misalkan mengapa diberi kartu kuning atau merah. Kalau jawabannya salah ya nilainya berkurang. Apalagi semua materi menggunakan bahasa Inggris," ujar dia.
"Lalu juga ada materi law of the games. Seperti class room di sana kita mendapat materi tentang peraturan pertandingan yang diberikan penguji," tambah Purba.
Tak hanya pikiran, energi yang dikeluarkan juga tak sedikit mengingat adanya tes fisik yang harus dijalani wasit. Purba mencontohkan, setiap peserta lari 75 meter dengan durasi 15 detik dan lari 25 meter dengan durasi 18 detik.
"Kalau sampai terlambat satu detik saja ya gagal harus mengulangi tes fisik. Ada tiga kali kesempatan gagal, kalau lebih ya mengulangi proses dari awal," kata dia.
Pujian Pelatih Persib
Perjuangan itu akhirnya membuahkan hasil setelah Purba berhasil mengantongi lisensi wasit FIFA level pertama. Dirinya bertekad untuk terus meningkatkan ilmu perwasitan hingga pada tahapan atas seperti Piala Dunia.
"Ada banyak tingkatan di level FIFA mulai turnamen kelompok usia, Liga Champions Asia, Piala Asia sampai nanti seleksi untuk ke Piala Dunia. Jadi tahapannya memang panjang," tegasnya.
Dengan label lisensi FIFA, berbagai laga internasional pernah dia jalani. Seperti pertandingan pembuka penyisihan Grup A Piala AFF U-18 2017 di Myanmar antara Singapura melawan Kamboja. Dwi Purba didapuk sebagai wasit utama, dibantu oleh asisten wasit Somphavanh Louang Lath (Laos) dan Syamsudar Bangbang (Indonesia).
Tentu saja juga langganan tugas memimpin pertandingan Liga 1 sejak beberapa musim belakangan. Tak jarang, kinerjanya di lapangan mendapatkan pujian dari tim yang bertanding.
Salah satunya dari Mario Gomez saat masih membesut Persib Bandung melawan Bali United di Liga 1 2018 silam. Dwi Purba jadi pengadil utama dalam laga yang berakhir 1-1 itu di Stadion Batakan, Balikpapan, 30 Oktober 2018.
"Seharusnya kita memiliki wasit seperti ini di pertandingan manapun. Dia (Dwi Purba) sangat bagus, imbang, dan bekerja sangat baik," ungkap Gomez setelah pertandingan.
Selain menjadi wasit, Dwi Purba itu juga seorang guru. Purba merupakan guru olahraga di SMP Bhakti Praja, Kudus. Kini saat kompetisi vakum, dia membantu usaha sang kakak di bidang service dan penjualan komputer dan laptop.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom