INDOSPORT. COM - Saddil Ramdani dan Joey Barton, keduanya mungkin tak memiliki hubungan keakraban. Tapi entah kenapa, belakangan karier Saddil justru tampak begitu mirip seperti Barton.
Tak dipungkiri, bila Saddil merupakan salah satu pemain muda hebat yang dimiliki sepak bola Indonesia. Ketika usianya kini masih 21 tahun, Saddil sudah merasakan nikmatnya berseragam Timnas Indonesia level senior, dan dilabeli sebagai pemain bintang.
Transfermarkt mencatat, Saddil total telah mengoleksi sembilan penampilan bersama Timnas Indonesia. Kiprah Saddil sedari 2017 hingga 2018, juga menjadi pemain penting bagi klub Liga 1, Persela Lamongan.
Saddil pada 2018 bahkan mendapat kesempatan berkarier di luar negeri. Ia gabung klub Liga Malaysia, Pahang FA, dan bermain reguler sebanyak 21 kali.
Liga 1 2020, Saddil yang lepas dari Pahang FA, menjadi rebutan banyak klub besar. Persib Bandung, Persija Jakarta kabarnya sempat mendekat, barulah Saddil kemudian dinyatakan resmi merapat ke Bhayangkara FC.
Terlepas dari segala kecemerlangan karier, Saddil juga tak lepas dari momen-momen kontroversial. Saddil terlihat kerap terlibat masalah karena faktor ketidakstabilan emosinya, persis seperti eks bintang Liga Inggris, Joey Barton.
Kasus Hukum
Saddil diresmikan statusnya menjadi tersangka dalam sebuah kasus pengeroyokan. Kabar ini tersiar sekitar 4 April 2020 lalu, Saddil dilaporkan ke pihak kepolisian atas kasus pemukulan dan pengeroyokan terhadap seorang warga di Kendari, Sulawesi Tenggara.
"Perkara atas nama Saddil sudah naik ke tingkat penyidikan dan status sudah kita naikkan menjadi tersangka," ujar Kasat Reskrim Polres Kendari, AKP Muhammad Sofwan.
"Untuk pasalnya adalah pasal 351 ayat 1 dan 170 KUHP. Dengan ancaman hukuman pidana selama tujuh tahun penjara," jelas Sofwan.
Jauh sebelum kasus itu muncul, Saddil pernah pula tersandung masalah hukum sekitar akhir 2018. Saddil dilaporkan ke kepolisian atas tuduhan kekerasan kepada mantan pacarnya berinisial AS.
Sempat ada kata damai, Saddil kembali dilaporkan oleh pihak keluarga AS. Saddil kemudian dinyatakan bersalah dan divonis hukuman percobaan delapan bulan tak boleh melakukan tindak pidana.
"Kan tidak ada itikad baik (dari Saddil), ya, tak ada hubungan juga, jadi kami lanjut," kata ibu AS, Mawar Susmari kepada awak media, Februari 2019.
Segala kasus hukum yang menimpa Saddil, sejatinya sudah biasa diterima oleh Joey Barton. Jangan tanyakan berapa kali, Barton seakan begitu hobi melancarkan aksi kekerasan.
Mei 2008, Barton mendapat hukuman kurungan penjara selama 77 hari. Barton dihukum setelah terbukti bersalah, atas kasus penyerangan terhadap dua orang pemuda di kota Liverpool.
April 2019, Barton berurusan dengan kepolisian, lagi-lagi akibat kasus kekerasan. Barton yang kala itu menjabat sebagai pelatih klub kasta bawah Liga Inggris, Fleetwood, dilaporkan ke pihak kepolisian atas tuduhan kekerasan kepada pelatih Barnsley, Daniel Stendel.
Aksi di Lapangan
Saddil Ramdani melakukan tindakan tak terpuji di lapangan? Tentu saja pernah. Kalau mau dirangkum, setidaknya ada dua yang bisa kami berikan sebagai contoh.
Piala AFF U-19 2017, Saddil masuk ke dalam skuat yang dibawa pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri. Perjuangan Saddil dan rekan-rekannya, sukses membawa Timnas Indonesia U-19 melangkah hingga semifinal.
Bertemu Thailand U-19 di laga semifinal, Saddil diturunkan sebagai pemain pengganti. Belum genap semenit merumput, Saddil sudah terlibat masalah.
Saddil yang sedang coba mengontrol bola, tampak terkena tendangan pemain lawan dari belakang. Reaksi Saddil langsung tersulut emosi, melayangkan sikutan ke dada lawan hingga tersungkur.
Akibat aksi itu, Saddil diganjar kartu merah oleh wasit. Bermain dengan 10 orang, lantas membuat Timnas Indonesia U-19 kalah dan gagal melaju ke final.
Masih ada lagi, laga pekan ke-3 Liga 1 2020, Saddil yang membela Bhayangkara FC, sempat terlibat keributan dengan pemain Persija Jakarta, Rezaldi Hehanusa. Keributan antara Saddil dan Rezaldi hampir menimbulkan adu jotos, beruntung bisa dilerai oleh wasit serta pemain-pemain lainnya.
Berkaca kepada Joey Barton, aksi brutal di lapangan ibarat sebuah kebiasaan. Banyak sekali keributan yang pernah dibuat Barton.
Salah satu yang paling ganas terjadi pada musim 2011/12, laga pekan terakhir Liga Inggris, Barton membela Queens Park Rangers (QPR) bertandang ke markas Manchester City. Barton membuat keributan dengan menyikut pemain lawan, Carlos Tevez.
Wasit yang memimpin pertandingan lantas memberikan hukuman kartu merah kepada Barton. Masih tersulut emosi, Barton saat berjalan menuju keluar lapangan sempat menendang kaki Sergio Aguero, dan ingin menanduk Vincent Kompany.
Pembelajaran
Saddil Ramdani reputasinya mungkin belum setenar Joey Barton untuk menjadi seorang pemain brutal. Masih ada banyak waktu agar Saddil tak menjadi Barton-nya sepak bola Indonesia, mengubah diri untuk lebih mengontrol emosi dan sikap.
Setidaknya coba mengingat ketika Saddil pertama kali dilaporkan atas kasus kekerasan terhadap mantan pacarnya AS. Akibat kasus hukum, posisi Saddil yang sudah pasti masuk Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2018, tiba-tiba dicoret.
Jangan sampai kejadian seperti itu terulang dan merugikan karier cemerlang Saddil. Barton sudah begitu merasakannya, tepatnya saat Timnas Inggris dilatih Fabio Capello dulu.
Capello mengakui kualitas Barton merupakan salah satu gelandang hebat di Inggris. Namun Capello mengaku tidak bisa mengandalkan pemain dengan sikap buruk yang bisa merusak peluang kemenangan tim.
"Saya rasa Joey Barton adalah pemain bagus, tapi dia juga pemain yang berbahaya. Terkadang di lapangan Anda harus bermain dengan 10 melawan 11, akibat adanya kemungkinan Barton diberi kartu merah. Itulah masalah yang Anda hadapi dengan Barton," ungkap Capello kepada Daily Mirror.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom