INDOSPORT.COM – Persiwa Wamena, merupakan salah satu klub elite lawas yang pernah cetak sejarah sebagai runner-up Liga Indonesia dengan modal jago kandang.
Sekitar belasan tahun yang lalu, kasta teratas Liga Indonesia dihuni 2 tim papua yaitu Persipura Jayapura dan Persiwa Wamena. Persipura Jayapura dikenal sebagai salah satu tim raksasa yang pernah juara sedangkan Persiwa statusnya hanya tim papan tengah.
Namun pada Liga Indonesia musim 2008/2009, Persiwa Wamena yang tadinya tidak begitu diperhitungkan, mendadak berkembang jadi salah satu tim paling ditakuti. Hingga akhirnya, Persiwa Wamena akhirnya berhasil menjadi runner-up Liga Indonesia.
Menariknya, modal untuk Persiwa Wamena menjadi runner-up Liga Indonesia saat itu salah satunya adalah jago kandang. Bagaimana kisah Persiwa Wamena sebagai ‘saudara muda’ Persipura Jayapura bisa sukses jadi juara dua Liga Indonesia 2008/2009?
Persiwa Wamena Si Jago Kandang
Di musim itu, kandang Persiwa Wamena yaitu di stadion Pendidikan, benar-benar sangat angker karena kekalahan adalah hal yang pasti. Bayangkan saja, pada saat itu, Persiwa Wamena berhasil meraih kemenangan 100% di kandangnya sendiri.
Rekor selalu menang di kandang itu pun sepertinya sangat sulit diulangi oleh tim Indonesia lainnya saat ini. Sebanyak total 17 pertandingan yang digelar di stadion Pendidikan berhasil dimenangkan oleh Persiwa Wamena sehingga menghasilkan 51 poin.
Bahkan rekor 51 poin di kandang masih lebih banyak dari sang juara yaitu Persipura Jayapura yang hanya sanggup meraup 49 angka saja di Mandala. Tak hanya itu, di kandang, Persiwa juga sukses mencetak 42 gol dan hanya kebobolan 6 kali saja.
Berbekal rekor si jago kandang itu, membuat Persiwa Wamena sukses unggul selisih gol atas Persib Bandung untuk jadi juara 2 Liga Indonesia. Sayang, rekor tandang Persiwa termasuk yang paling buruk dengan menelan 10 kekalahan dari 17 laga.
Andai saat itu, Persiwa Wamena mampu tampil sama menakutkannya di kandang dan tandang, boleh jadi tim berjuluk badai pegunungan itu yang juara Liga Indonesia. Tentu menjadi pertanyaan, mengapa Persiwa Wamena bisa begitu kuat di kandang, Apakah ada hal mistis?
Stadion Pendidikan
Tentu saja tidak, ini lebih kepada stadion Pendidikan yang ternyata terletak di Lembah Baliem dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Hal itu membuat kondisi oksigen di stadion Pendidikan yang dekat dengan pegunungan, sangatlah tipis dan sulit bernapas.
Kondisi di stadion Pendidikan mengingatkan kita akan kandang dari Ekuador dan Bolivia yang juga terletak di dataran tinggi. Bahkan Negara sekelas Argentina saja pernah dibantai di tempat yang tingkat oksigennya sangat tipis itu, apalagi tim Liga Indonesia.
Belum lagi, cuaca di stadion Pendidikan juga sangat ekstrim karena bisa sangat panas di siang hari tapi mendadak jadi sangat dingin di malam hari. Cuaca ekstrem dan tipisnya oksigen membuat Persiwa sangat sulit ditahan imbang sekaligus menjadikan stadion Pendidikan sangat angker.
Sehingga setiap tim Liga Indonesia lainnya bertamu ke Persiwa Wamena, mereka akan menghadapi 3 musuh. Pertama, kekuatan tim Persiwa itu sendiri, suporter dan terakhir adalah kondisi stadion Pendidikan yang sangat ekstrim.
Materi tim Persiwa Wamena sejatinya cukup mumpuni dengan dihuni pemain asli Papua yang tentu sangat berbakat. Sebut saja Edison Pieter Rumaropen, Immanuel Padwa dan Habel Satya.
Ditambah dengan pemain asing seperti Boakay Eddie Foday dan OK John (sekarang sudah jadi WNI), membuat kekuatan Persiwa Wamena tak bisa dianggap remeh. Sayang saat ini kisah Persiwa Wamena yang sangat jago kandang itu hanya menjadi cerita masa lalu saja.
Persiwa Wamena yang pernah mewakili Indonesia di Piala AFC sekarang menjadi pesakitan di Liga 3. Meski begitu, masyarakat di sana tentu berharap Persiwa Wamena bisa bangkit lagi ke kasta teratas Liga Indonesia dengan membawa nama si jago kandang.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom