INDOSPORT.COM - Di era 90-an sampai 2000-an bertebaran klub-klub kejutan Eropa yang mendominasi liga dan bahkan menjadi legenda. Bagaimana nasib mereka kini?
Tak ada yang menyangka akhir musim Liga Inggris 1994/1995 menjadi milik klub Blackburn Rovers. Bagaikan dinamit, klub asal Lancashire ini tampil eksplosif dan mampu mematahkan dominasi Manchester United yang menjadi juara beruntun di dua musim sebelumnya.
Blackburn yang saat itu diperkuat oleh legenda The Three Lions, Alan Shearer, tampil di puncak dengan 89 poin. Walau kalah di laga terakhir, mahkota juara harus diberikan olah Man United yang menderita kekalahan di pekan terakhir.
Penampilan mengejutkan Blackburn di Inggris bukanlah satu-satunya di Eropa. Di era 90-an ada sejumlah klub yang tampil mengejutkan dan bahkan mampu meraih gelar juara.
Sayang, di era saat ini, para klub-klub kejutan 90-an itu seperti hilang ditelan bumi. Bahkan, menyentuh kasta teratas pun mereka tak mampu.
Blackburn Rovers (Liga Inggris 1994/95)
-Blackburn Rovers menunjukkan tajinya sejak musim 1992/93, saat mulai diasuh oleh legenda Liverpool Kenny Dalglish. Pria asal Skotlandia itu pun membuat Alan Shearer menjadi salah satu penyerang menakutkan di Liga Primer Inggris.
Puncaknya adalah saat menjuarai gelar Liga Primer Inggris di musim 1994/95. Kala itu, Blackburn ‘mengangkangi’ Manchester United yang berada di posisi kedua. The Rovers mengoleksi 89 poin, unggul satu poin dari Setan Merah.
Hingga akhirnya era kejayaan Blackburn usai saat terdegradasi ke Championship Division pada akhir musim 1998/99, sebelum akhirnya sempat kembali ke Liga Primer Inggris di musim 2001/02.
10 tahun berselang, mereka kembali harus terdegradasi dan hingga kini mereka hanya bermain di Divisi Championship, kasta kedua liga Inggris.
Di musim 2019-2020 ini Blackburn Rovers berkompetisi di di Divisi Championship. Hingga pekan ke-34, Bradley Dack dkk nangkring di posisi kedelapan klasemen dengan 51 poin.
FC Kaiserlautern (Bundesliga 1997/98)
FC Kaiserlautern mungkin jadi dongeng terbesar yang pernah ada di Bundesliga. Awalnya, tak banyak yang tahu mengenai klub sepak bola Kaiserlautern.
Maklum saja, klub yang pernah diperkuat Miroslav Klose ini hanyalah tim medioker yang lebih sering berkutat di divisi bawah.
Namun, tinta emas ternyata pernah ditorehkan Kaiserlautern di kompetisi Bundesliga. Tak tanggung-tanggung klub yang berbasis di Stadion Fritz-Walter ini pernah menjuarai Bundesliga Jerman.
Hebatnya, mereka meraih gelar bergengsi ini semusim setelah promosi ke kasta teratas. Kisah bak dongeng ini terjadi pada musim 1997-1998.
Datang sebagai tim promosi, Kaiserlautern memulai musim 1997/98 dengan sedikit tersendat. Namun, di pekan keempat mereka sudah sanggup memuncaki klasemen.
Ternyata fenomena ini bukan terjadi kebetulan semata. Kaiserlautern terus menampilkan penampilan impresif sepanjang musim. Mereka pun akhirnya menjuarai Bundesliga setelah unggul dari Bayern Munchen di klasemen akhir.
Sosok pelatih legendaris Otto Rehhagel menjadi figur penting yang mampu mewujudkan hal ini. Pelatih satu ini memang sudah terbukti dengan pernah membawa Werder Bremen meraih juara Piala Jerman tahun 1991 dan 1994, serta Piala Winners 1992.
Sayang di era sekarang ini Kaiserlautern seperti tenggelam ditelan bumi. Saat ini Kaiserlautern tengah menghabiskan waktunya di Liga 3 Jerman. Bahkan, mereka tengah terpuruk di posisi ke-14 dengan 32 poin.
Deportivo La Coruna (LaLiga 1999/00)
Satu lagi kisah heroik datang dari klub LaLiga Spanyol, Deportivo La Coruna. Klub berwarna kebesaran biru putih ini pernah jadi simbol sepak bola di masa peralihan milenium.
Musim 1999-2000 bisa dibilang sebagai musim terbaik mereka di LaLiga. Super Depor, begitu julukannya saat itu, sanggup merangsek ke persaingan juara.
Di musim itu, Super Depor sukses menjadi juara mengangkangi Barcelona asuhan Lous van Gaal yang harus puas di posisi kedua.
Sementara peringkat ketiga diduduki oleh Valencia diikuti dengan Real Zaragoza dan Real Madrid di posisi kelima. Deportivo yang diasuh Javier Irureta memang sangat fenomenal kala itu.
Di musim pertamanya, Javier sukses membawa Depor juara dan mengorbitkan calon bintang dunia seperti Roy Maakay, Diego Tristan, Pedro Pauleta, sampai Djalminha.
Kini, nasib Deportivo bisa dikatakan cukup tragis. Super Depor kini tak lagi super seperti dulu. Walau sempat mencicipi kembali LaLiga, Deportivo harus terdegradasi pada musim 2017-2019.
Hingga saat ini, klub yang bermarkas di stadion Riazor itu berkompetisi di Divisi Segunda alias kasta kedua Liga Spanyol dan duduk di peringkat ke-17 klasemen.
Auxerre (Ligue 1 1995/96)
Liga Prancis pun tak mau ketinggalan. Kisah seperti Leicester City pernah terjadi di kompetisi Ligue 1 1995/96.
AJ Auxerre pernah begitu disegani di era 90-an. Penampilan mengejutkan Auxerre dimulai pada musim 1992/93. Tim kecil ini sanggup tembus ke posisi enam besar klasemen akhir Ligue 1.
Kejutan terus dilakukan Auxerre. Mereka sanggup menempati posisi ketiga klasemen akhir Ligue 1 1993/94. Penampilan impresif kembali ditunjukkan dengan menempati posisi ketiga klasemen Ligue 1 1994/95.
Puncaknya, klub berwarna kebesaran putih-biru ini menjadi juara Ligue 1 menyisihkan Paris Saint-Germain dengan mengumpulkan 72 poin. Ini menjadi satu-satunya gelar Ligue 1 Auxerre sampai saat ini.
Setelah tahun itu, Auxerre tetap menjadi tim papan atas dan sering main di Piala UEFA/Liga Europa. Bahkan, mereka sempat menjuarai Piala Prancis tahun 2003 dan 2005.
Namun, sinar klub yang bermarkas di Burgundy ini kini luntur. Sejak satu dekade lalu Auxerre stabil terjerembab di Ligue 2, kompetisi kasta kedua Prancis.
Mereka kesulitan untuk promosi ke Ligue 1. Hingga musim 2019-2020 ini, Auxerre terdampar di posisi ke-12 klasemen dengan 31 poin.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom