INDOSPORT.COM – Diego Simeone dan Pep Guardiola merupakan 2 pelatih revolusioner di dunia sepak bola, namun saat ini mereka tampak sedang tersesat.
Meski berasal dari dua kutub berbeda, tak bisa dipungkiri Guardiola dan Simeone merupakan dua pelatih yang sanggup merevolusi sepak bola.
Guardiola dengan paham sepak bola menyerang dengan aplikasi tiki-taka, sedangkan Simeone adalah masternya dalam strategi pertahanan kuat. Oleh karena itu juga, Simeone dan Guardiola pun menjadi dua pelatih dengan termahal di dunia.
Berdasarkan data tahun lalu, Simeone dan Guardiola menjadi bagian dari deretan pelatih dengan gaji termahal di dunia.
Melihat mahakarya yang sudah dibuat Simeone dan Guardiola dalam beberapa tahun terakhir, rasanya sangat wajar mereka dibayar dengan harga selangit.
Atletico Madrid yang memiliki skuat tak semewah Barcelona dan Real Madrid tapi mereka sanggup bersaing pada papan atas LaLiga Spanyol. Di Liga Champions, Atletico Madrid berhasil mencapai dua kali final dalam 10 tahun terakhir.
-Sedangkan Guardiola tak perlu dipertanyakan lagi, Manchester City yang menguasai Liga Inggris dalam beberapa tahun terakhir menjadi bukti sahihnya. Namun di musim ini terjadi anomali mana dua pelatih revolusioner ini sedang tersesat, apa yang terjadi?
Diego Simeone
Pada awal musim ini, Diego Simeone melakukan perjudian dengan mendatangkan remaja berusia 19 tahun bernama Joao Felix di harga 1,9 triliun rupiah. Namun perjudian Simeone terbukti gagal total karena Joao Felix tampak tak mampu beradaptasi dengan Atletico.
Tampil sebanyak 24 laga musim ini, Joao Felix hanya sanggup mencetak 4 gol, padahal ia tadinya diharapkan dapat menjadi mesin gol Atletico Madrid setelah ditinggal Antoine Griezmann. Imbasnya, Atletico Madrid pun tercecer di posisi ke-6 LaLiga Spanyol.
Semakin miris, mandulnya Joao Felix berdampak pada produktivitas gol Atletico Madrid yang sangat rendah pada musim ini. Bermain dalam 22 laga LaLiga Spanyol, Atletico Madrid hanya sanggup mencetak 22 gol saja.
Tak hanya itu, lini pertahanan Atletico Madrid yang ditinggalkan Diego Godin ke Inter Milan pun tidak sesolid musim lalu. Dengan segala kekacauan yang terjadi, Simeone sepertinya bakal mengalami musim terburuknya bersama Atletico Madrid.
Pep Guardiola
Sementara itu, Pep Guardiola yang sukses mengantarkan Manchester City di Inggris pun mulai kehilangan tajinya. Memang benar, Manchester City masih berada di peringkat kedua, tapi mereka tertinggal 22 angka dari Liverpool.
Sebuah marjin yang sangat lebar dan memalukan bagi Manchester City sebagai juara bertahan Liga Inggris. Tak hanya itu, Manchester City juga hingga pekan ke-22, sudah mengalami kekalahan sebanyak 6 kali, jumlah yang lebih banyak dibanding musim lalu.
Permasalahan Manchester City sebenarnya sudah mulai terlihat di awal musim ketika Leroy Sane tumbang dan harus absen lama karena cedera. Masalah bertambah ketika Aymeric Laporte dan andalan di lini belakang ikut-ikutan cedera.
Pertahanan Manchester City pun terlihat begitu keropos dengan telah kebobolan sebanyak 29 kali, lebih banyak 6 gol dari total kebobolan sepanjang musim lalu. Masalah semakin pelik bagi Guardiola karena kinerja para pemain di lapangan pun tak sesuai harapannya.
Kevin de Bruyne, Raheem Sterling hingga Bernardo Silva benar-benar mengalami penurunan peforma yang sangat drastis. Praktis hanya Sergio Aguero yang masih konsisten, tapi itupun tak bisa selalu diandalkan karena sumber golnya hanya dari satu orang saja sangat mudah untuk dikalahkan.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom