INDOSPORT.COM – Ketum PSSI untuk periode 2019-2023, Mochamad Iriawan alias Iwan Bule baru saja terpilih di Hotel Shangri-La pada Sabtu (02/11/19), lantas bagaimana caranya dalam memberantas match fixing?
Tak bisa dipungkiri, persoalan match fixing yang terjadi menjelang berakhirnya tahun 2018 sempat mencoreng wajah sepak bola Indonesia dan PSSI selaku induk organisasi. Tak pelak pihak kepolisian pun segera membentuk tim Satgas Antimafia Bola guna mengusut match fixing.
Alhasil, sejumlah tersangka pun terseret ke bui untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Namun kabar terkini menyebutkan bahwa sejumlah terpidana telah bebas dari masa tahanannya akibat kasus match fixing.
Teranyar ada tiga narapidana kasus match fixing yang akhirnya dinyatakan bebas, namun mereka tetap harus wajib lapor ke Balai Pemasyarakatan terdekat.
“Tiga narapidana kasus mafia sudah bebas. Mereka Dwi Irianto (Mbah Putih), Nurul Safarid dan Mansyur Lestaluhu,” ungkap Kasubsi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II Banjarnegara, Sahlan, Sabtu (19/10/19).
Persoalan match fixing memang menjadi masalah yang sangat serius karena stigma masyarakat terhadap kredibilitas PSSI menjadi sangat rendah akibat adanya Exco yang terlibat. Lantas sebenarnya bagaimana caranya untuk memberantas match fixing?
Solusi Memberantas Match Fixing
Kami mencoba untuk mencari tahu dari kalangan pengamat sepak bola seperti Justinus Lhaksana yang juga pernah menjabat sebagai pelatih Timnas Futsal Indonesia.
“Tingkatkan industri sehingga tidak menarik lagi untuk pemain maupun wasit disuap. Kalau gaji pemain cukup kan tidak mungkin juga mereka menerima suap untuk melakukan match fixing,” jelas Coach Justin kepada INDOSPORT melalui sambungan telepon.
Intinya bagi Justin, liga perlu dibuat lebih komersil sehingga perputaran uang di sana sanggup membayar gaji pemain, pelatih dan wasit dengan biaya yang cukup tinggi. Sedangkan untuk pelakunya, bisa diberantas asal klub mau terbuka dan kerja sama dengan pihak polisi.
Sedangkan koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali mengungkapkan cara paling gampang untuk memberantas match fixing.
“Pertama yang paling gampang ya kesadaran ada niat, tapi ini perlu deklarasi. Ketua PSSI dulu zaman Agum Gumelar ada deklarasi melawan match fixing, tapi setelah zaman Nurdin Halid itu sudah tidak ada,” terang Akmal Marhali ketika ditemui INDOSPORT di kediamannya.
Akmal sangat menyayangkan kini ketum PSSI tidak lagi melanjutkan tradisi melakukan deklarasi melawan match fixing seperti yang dilakukan oleh Agum Gumelar. Andai deklarasi dilakukan, Akmal meyakini setidaknya opini yang beredar di masyarakat menjadi lebih positif.
CEO Nine Sport, Arif Putra Wicaksono meski gagal melaju menjadi ketum PSSI, ia ternyata memiliki konsep berbeda dalam hal penanganan match fixing. Menurutnya, VAR (video assistant referee) bakal mengurangi adanya kasus match fixing.
“Saya solusinya menggunakan VAR di mana Maret 2020 kita sudah bisa menggunakannya untuk FIFA match day. Solusi lainnya dengan klub menjadi lebih profesional dengan sister club sehingga tidak mudah untuk digoda match fixing,” ungkap Arif Putra Wicaksono kepada INDOSPORT.
Sister club yang dimaksud adalah kerja sama antara klub luar negeri dengan yang lokal di Indonesia dengan harapan bakal ada profesionalitas untuk mengeliminir adanya match fixing. Salah satu caketum yang belum berhasil menduduki kursi PSSI 1, Benny Erwin juga sempat memaparkan idenya juga.
“Strategi saya melawan match fixing, bakal ada 4 exco yang saya kuatkan dalam arti benar-benar orang yang bersih yaitu exco yang membawahi kompetisi, wasit, usia muda, dan timnas,” ujar Benny Erwin.
Chairman klub Australia, Brisbane Roar, Rahim Soekasah ketika ditemui oleh INDOSPORT sesaat sebelum mengikuti Kongres Luar Biasa PSSI, juga sempat memberikan pendapat mengenai strateginya memberantas match fixing.
“Kita harus memberi edukasi kepada semua klub agar tidak melakukan itu karena pertama bakal merusak sepak bola kita. Kedua kan itu uang haram, buat apa kita kasih makan ke anak istri jadi sial kan?”
Strategi Ampuh Memberantas Match Fixing Ala Iwan Bule
Sesaat setelah diputuskan menjadi ketum PSSI, Iwan Bule pun langsung dihadapkan pada pertanyaan paling mendesak oleh sejumlah wartawan yaitu bagaimana komitmennya dalam hal match fixing.
"Tentu saya berkomitmen (untuk memberantas mafia bola). Saya sudah sampaikan itu, jika nanti memang terbukti ada mafia dalam sepak bola ya saya akan bersinergi dengan kepolisian untuk memberantas hal tersebut," ujar Iwan Bule kepada sejumlah awak media termasuk INDOSPORT.
Menurut Iwan Bule, kemajuan sepak bola Indonesia ditentukan dengan keberhasilan mengatasi match fixing. Oleh karena itu, ia pun mengungkapkan bakal melapor kepada Satgas Anti Mafia Bola jika ada kasus match fixing yang merusak kredibilitas PSSI dan harapan suporter akan sepak bola Indonesia.
Iwan Bule selaku sudah mengungkapkan caranya dalam mengatasi match fixing, pun begitu dengan sejumlah tokoh yang peduli dengan sepak bola Indoneia. Kini kita sebagai suporter tinggal perlu mengawal ketum PSSI, Iwan Bule agar persoalan match fixing benar-benar dapat teratasi.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom