INDOSPORT.COM - Berikut kisah para orang tua pemain Indonesia yang ditinggal ke luar negeri. Minimnya waktu bertemu dan kesulitan yang dirasakan sang pemain di luar negeri sempat membuat para orang tua sedih hingga menangis.
Tampil dan bermain di kompetisi luar negeri memang menjadi impian bagi sebagian pemain Indonesia. Selain menambah pengalaman, berkompetisi di liga asing juga dapat memaksimalkan potensi sang pemain.
Apalagi jika berkaca dari kompetisi Liga Indonesia saat ini, di mana kasta teratasnya masih kurang dari kata profesional dan kerap terjadi insiden ataupun keputusan wasit yang kurang fair saat pertandingan berlangsung.
Tak heran kompetisi luar Indonesia menjadi impian bahkan destinasi para pemain muda Tanah Air. Tercatat sampai saat ini cukup banyak bibit muda dan pemain Indonesia yang bermain di berbagai liga asing mulai dari Belanda hingga Brasil.
Meski menjadi satu kebanggaan, namun kiprah pemain muda Indonesia di luar negeri memberikan beberapa rasa pilu bagi para orang tua yang harus rela ditinggal sang buah hati demi mengejar cita-citanya.
Bahkan dengan terpisah jarak yang cukup jauh, tak jarang para orang tua merasa sedih jika mengetahui kondisi sang anak di luar negeri yang kurang mendapat perhatian.
Mempersiapkan dan Ujian Mental Orang Tua
Para orang tua juga berkontribusi dan berperan besar dalam karier pemain muda Indonesia di luar negeri, terutama saat membantu pemain saat menjalani trial di beberapa klub asing.
Seperti yang dirasakan Indah Brown, ibunda dari Jack Brown (pemain klub kasta ketiga Liga Inggris, Lincoln FC) ini rela menemani anak-anaknya melakukan trial dan latihan di Soccer School summer camp berbagai klub di Inggris seperti Arsenal, West Ham, dan Manchester United.
Tak cuma menemani sang anak melakukan trial, Indah Brown juga menerapkan disiplin tinggi kepada Jack dan George Brown agar mereka bisa terbiasa hidup di lingkungan asrama.
"Peran saya sebagai Ibu ya seperti Ibu-ibu yang lain. Dulu sebelum anak-anak masuk asrama sekolah di Inggris, mereka sudah terbiasa disiplin, bangun pagi, salat subuh, mandi dan sarapan," ucap Indah Brown kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT.
"Karena mereka sangat aktif berolahraga, saya harus make sure they finished their breakfast dan minum satu gelas susu. Kasih bekal yang sehat, untuk makan siang mereka," tambahnya.
Indah pun mengaku jika perjuangan Jack dan George Brown di Inggris tidaklah mudah. Pasalnya banyak sekali pemain muda di Inggris yang memiliki bakat sehingga Jack dan George harus bersaing ketat dengan pemain 'tuan rumah'.
Demi menggapai mimpi sang anak menjadi pemain bola profesional, Indah Brown sampai rela mengeluarkan biaya lebih untuk menyewa apartemen di Inggris agar Jack dan George bisa dekat saat menjalani trial.
"Di Inggris klub-klub sepak bola sudah mature jadi banyak sekali anak-anak yang luar biasa bagus. Persaingannya sangat ketat, beruntung George dan Jack bisa bersaing dengan mereka.”
“Karena kita gak punya tempat tinggal di Inggris, jadi kita harus menyewa apartemen atau rumah yang bisa dibilang mahal," tandas Indah Brown.
Selama menjalani trial serta uji coba dengan beberapa tim Inggris, terdapat satu kisah duka yang dirasakan Indah Brown ketika ia terpisah dengan anak-anaknya dan pulang ke Tanah Air.
Jack Brown yang saat itu tinggal di asrama, sempat merasakan kelaparan pada musim salju. Pasalnya setelah pulang trial, makanan di asramanya telah membeku akibat cuaca dingin dan tak bisa dimakan.
"Dulu Jack pernah dipanggil seleksi untuk Southend Academy FC. Selama 6 bulan dia harus datang seminggu dua kali. Karena kita ga tinggal di sana jadi Jack hanya diantar taxi.”
“Kadang waktu lagi salju dia kelaparan dan kedinginan nungguin taksi yang telat datang dan sampai di Asrama makanannya sudah dingin."
"Kadang dia nangis kelaparan. Untung ada George yang bantu dia bikin mie instan atau bikin susu coklat. Hati saya suka nangis juga. Alhamdulilah dia lulus masuk, tapi ga ada Asrama sekolah di Southend, jadi dia ga ambil," tutup Indah.
Demi Mimpi Anak Tercinta
Tak cuma Indah Brown, perjuangan tak kalah sulit juga dirasakan Indra Lieu saat membantu karier sang anak Yussa Nugraha yang bermain di Liga Belanda.
Yussa Nugraha merupakan pemain kelahiran Solo, Jawa Tengah yang saat ini tampil di kasta keempat Liga Belanda bersama HBS, pada Minggu (13/10/19) lalu ia sempat di bawa tim senior HBS ke kompetisi resmi Derde Divisie musim 2019/20.
Indra Lieu sebagai ibu mengaku mendukung penuh karier sepak bola sang anak, bahkan pada usia delapan tahun Yussa Nugraha telah dimasukkan ke sekolah sepak bola VV Haagse Hout di Deen Haag, Belanda.
Bersama sang suami, Indra Lieu memenuhi semua kebutuhan Yussa Nugraha, mulai dari pembayaran administrasi hingga membeli perlengkapan team seperti kaos dan celana traning, dll.
"Kita sebagai orang tua support aja apa yang menjadi hobby dan keinginan anak, apalagi di bidang sport, di samping uang utama sekolah kita juga membantu mengembangkan potensi Yussa," ucap Indra Lieu.
Sebagai pemain Indonesia yang mencoba meniti karier di Belanda, Yussa Nugraha pun sempat mendapat kendala terkait registrasi. Beruntung hal tersebut tidak menjadi masalah besar bagi pemain berusia 18 tahun ini.
"Kendala pertama waktu daftar klub sepak bola saat Yussa umur 8 tahun tidak ada, kita datang lalu daftar dan memenuhi persyaratan seperti isi formulir, bayar administrasi, beli perlengkapan team (kaos, celana, training dll)," tambah Indra Lieu.
"Kalau untuk junior prosedur gak susah kok, aturan KNVB mulai umur 18 tahun baru bisa tanda tangan kontrak berbayar. Kecuali izin tinggal, karena itu semua syarat untuk bisa ikut kompetisi di liga belanda, tak ada itu ya tidak bisa," tutupnya.
Andai mampu tampil konsisten, bukan tak mungkin Jack Brown dan Yussa Nugraha yang masih berusia belasan tahun saat ini bisa menjadi tulang punggung Timnas Indonesia serta memberikan gelar bagi Skuat Garuda di masa depan.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom