INDOSPORT. COM - Pencoretan Otavio Dutra dari Timnas Indonesia seakan membuktikan dua hal sekaligus, yakni ambisi besar sang pelatih, Simon McMenemy, serta ketidakbecusan PSSI.
Bukanlah sebuah hal yang asing, jika Timnas Indonesia kerap mengandalkan para pemain naturalisasi ketika berlaga di ajang internasional. Dahulu ada Cristian Gonzales, yang pada gelaran Piala AFF 2010 begitu bersinar dan mampu membawa Skuat Garuda melangkah hingga partai final.
Kisah Timnas Indonesia yang ketagihan memakai jasa pemain naturalisasi, terus berlanjut hingga ke tahun 2019. Buktinya, pada skuat terkini Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2022, terselip sejumlah nama naturalisasi, seperti Beto Goncalves, Osas Saha, Greg Nwakolo, Stefano Lilipaly, Victor Igbonefo, dan Otavio Dutra.
Khusus untuk nama terakhir, yakni Otavio Dutra, nasibnya di Timnas Indonesia bisa dibilang tak terlalu mulus. Sempat dipanggil Timnas Indonesia untuk mengikuti pemusatan latihan, Otavio Dutra pada hari Jumat (30/08/19) harus pulang lagi ke klubnya, Persebaya Surabaya, akibat mendapat pencoretan.
Keputusan mencoret nama Dutra terbilang cukup mengejutkan. Berdasarkan surat keputusan PSSI, Dutra dipulangkan ke Persebaya lantaran proses naturalisasinya sebagai WNI belum benar-benar rampung.
"Berdasarkan rencana awal proses administrasi alih kewarganegaraan ybs harus diselesaikan segera mungkin agar dapat bermain untuk Tim Nasional," buka kalimat surat tersebut.
"Namun perkembangan terbaru hingga saat ini administrasi yang diharapkan tak kunjung selesai. Oleh karena itu berdasarkan komunikasi internal, PSSI memutuskan untuk mengembalikan sdr Otavio Dutra ke Persebaya," bunyi petikan surat tersebut.
Padahal kalau mau diterka ke belakang, Otavio Dutra sekitar akhir bulan Juli lalu sudah sah menyandang status WNI. Namun baru kini terungkap kalau ada administrasi naturalisasi Dutra yang belum terselesaikan.
Ambisi Besar Simon McMenemy
Fenomena pencoretan Dutra seakan menggambarkan adanya ambisi besar sang pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy. Pelatih asal Skotlandia itu tetap memanggil nama Dutra, walau sang pemain belum jua rampung proses naturalisasinya.
Sebagai seorang pelatih, McMenemy tentu tahu tentang kondisi pemainnya. Tapi McMenemy nampak memaksakan nama Dutra untuk bisa masuk ke skuat racikannya.
Tak heran sebenarnya McMenemy sampai rela melakukan hal ini. Pada gelaran Liga 1 2017 lalu, McMenemy yang masih melatih Bhayangkara FC, mengandalkan sosok Dutra untuk mengawal barisan pertahanan.
Hasilnya pun luar biasa. Bersama Dutra, kiprah McMenemy berhasil mengantarkan Bhayangkara FC menjuarai gelaran Liga 1 2017.
Kala membela Bhayangkara FC pun, penampilan Dutra di bawah asuhan McMenemy terbilang memukau. Dutra tampil dalam 37 laga dan mampu mencetak delapan gol serta dua assists, torehan yang cukup tajam bagi seorang bek tengah.
McMenemy mungkin berharap Dutra bisa melakukan hal serupa saat nanti dimainkan membela Timnas Indonesia. Tapi, kini McMenemy harus menyadari, bahwa ambisi besarnya terhadap Dutra telah pupus.
Ketidakbecusan PSSI
Pencoretan Dutra tak hanya menggambarkan betapa bernafsunya McMenemy kepada pemain kelahiran Brasil tersebut. Fakta Dutra dicoret, turut melambangkan ketidakbecusan PSSI dalam mengurus Timnas Indonesia.
Pihak Persebaya Surabaya jadi pihak yang begitu merasakan dampaknya. Persebaya meradang setelah Dutra kini dipulangkan lagi oleh PSSI.
Padahal sebelum Dutra dipanggil, Persebaya sudah menjelaskan kepada PSSI kalau ada proses naturalisasi yan belum rampung. Namun pihak PSSI tetap bersikeras memanggil Dutra untuk gabung pemusatan latihan Timnas Indonesia.
"Persebaya sangat menyesalkan soal ini. Padahal dari awal, saat Dutra dipanggil ke timnas, sudah kita sampaikan bahwa proses naturalisasi belum selesai," ucap Sekretaris Persebaya, Ram Surahman.
"Entah mengapa Federasi tetap ngotot memanggil. Alhasil, kami tak bisa memakai tenaga Dutra saat lawan Persija," keluh Ram.
Pihak Persebaya lantas menilai bahwa proses pemanggilan Dutra ke Timnas Indonesia adalah wujud dari ketidakbecusan PSSI. Persebaya merasa sangat dirugikan atas tindakan PSSI yang tidak profesional dalam mengelola Timnas Indonesia.
"Kejadian tersebut, menujukkan pengelolaan PSSI khususnya timnas sama sekali tak profesional. Sangat merugikan klub dan terkesan semau gue," tukasnya.
Dutra sendiri memang sangat ingin bisa membela Timnas Indonesia. Ia sudah melewati beberapa tahap naturalisasi agar impiannya itu bisa terwujud.
Akan tetapi, keseriusan Dutra untuk Timnas Indonesia tak dibarengi dengan kesiapan lainnya. Ketika ada administrasi yang belum kelar dan tetap dipaksakan, pemanggilan Dutra hanya terlihat sebagai sebuah ambisi besar McMenemy serta ketidakbecusan PSSI.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom