INDOSPORT.COM - Jadi korban pemecatan juga, pelatih asing asal Italia ini ungkap masalah besar yang dialami tim-tim Liga 1 Indonesia.
Kasta tertinggi Liga Indonesia, Shopee Liga 1 2019 memang tengah menjadi sorotan tajam para pecinta sepak bola Tanah Air, khususnya pendukung Persebaya Surabaya.
Pasalnya manajemen tim Bajul Ijo secara mengejutkan memutus kontrak Djajang Nurjaman sebagai pelatih. Padahal mantan juru latih PSMS Medan dan Persib Bandung tersebut terbilang sukses membawa Bajul Ijo kembali garang.
Banyaknya pertandingan yang gagal dimenangkan Persebaya di musim 2019 ini, membuat manajemen kehabisan kesabaran dan memutuskan untuk tak lagi bekerjasama dengan Djanur.
Melansir dari laman resmi klub, Manajemen Persebaya mengklaim jika Djanur menerima keputusan pemecatan tersebut walau dalam artikel tidak tertulis pernyataan langsung dari sang pelatih.
"Djanur menerima semua keputusan manajemen. Dia menyatakan bertanggung jawab atas performa Persebaya," demikian pernyataan aritkel situs resmi.
Kabar pemecatan Djanur pun membuat citra Liga 1 sebagai kuburan pelatih semakin terasa, pasalnya sudah cukup banyak pelatih Liga 1 sebelum Djanur yang lebih dulu berguguran padahal pertengahan musim masih belum datang.
Tingginya ekspektasi dan tak maunya manajemen klub menikmati proses pembentukan tim, jadi penyebab kenapa banyak pelatih tak mampu bertahan lama dengan satu klub atau berakhir dengan pemecatan.
Hal tersebut juga diungkapkan sendiri oleh salah satu pelatih asing yang sempat menjadi juru racik di Liga 1, Fabio Lopez, menurut mantan pelatih Borneo FC tersebut banyak tim di Liga 1 menargetkan hasil yang terlalu tinggi, namun tak diimbangi dengan fasilitas serta sarana pendukung.
"Tidak ada klub (Liga 1) punya rencana yang jelas. Apa yang ingin diraih, apa yang perlu dilakukan musim depan. Ketika saya berada di Borneo FC, presiden meminta saya untuk berada di Liga Champions Asia atau 3 teratas di Liga. Saya tertawa. Saya katakan, kami bukan Real Madrid," ujar pria yang pernah menukangi akademi AS Roma ini.
"Fanatisme presiden klub sangat besar. Masalah yang muncul pun terlalu besar. Tidak ada yang ingin menjadi yang terakhir. Semua orang ingin menjadi yang pertama, tapi untuk mendapatkan hal itu pelatih harus diizinkan membawa stafnya dan memiliki fasilitas pelatihan yang lebih baik," ucap Fabio Lopez kepada redaksi INDOSPORT.COM.
Namun kiprahnya cukup gemilang saat mentas di liga luar Indonesia, salah satu pencapaian yang paling impresif adalah saat Fabio Lopez berhasil membawa Al-Ahli U-23 menjadi runner up di Liga Arab Saudi.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom