INDOSPORT.COM – Larangan membeli pemain-pemain Ajax Amsterdam adalah anomali yang tidak terhindarkan. Klub sepak bola legendaris asal Belanda itu tetaplah market bagi klub-klub elite Eropa lainnya.
Sebelum musim 2018/19 berakhir, Ajax telah kehilangan salah satu aset terbesarnya, yakni Frenkie De Jong. Pemain berusia 21 tahun tersebut telah dibeli Barcelona dengan harga transfer 75 juta euro (Rp1,2 triliun) pada Juli 2018 lalu.
Kepergian De Jong ke Barcelona bukan tidak mungkin akan membuka gerbang yang lebih luas bagi pemain Ajax lainnya untuk diangkut klub lain.
Kapten dan sekaligus bek Ajax, Matthijs De Ligt, juga tengah menjadi incaran Barcelona. Gelandang lincah Hakim Ziyech juga sudah menjadi rebutan Borussia Dortmund, Liverpool, dan Manchester City.
Meningkatnya harga jual pemain Ajax yang dibeli dengan harga murah tentu mengusik iman Erik ten Haa. Eksodus berikutnya bisa jadi akan kembali terulang seperti yang sudah-sudah.
Ajax telah mahir dalam ilmu melepas-lepas pemain. Sejak masih dibina Johan Cruyff tahun 1980-an, sang profesor pernah merasa kesal karena Marco van Basten dan Frank Rijkaard dilepas ke AC Milan dan Real Zaragoza.
-Di era Louis van Gaal tahun 1990-an, Ajax mulai mengorbitkan dan menempatkan pemain asli binaan sebagai pilar utama tim. Ajax kala itu diperkuat Edwin van der Sar, Danny Blind, Frank de Boer, dan pemain lain dengan rata-rata usia 23 tahun.
Namun demikian, Ajax tetaplah Ajax yang kembali menjual-jual pemainnya. Generasi emas Ajax perlahan hilang dengan perginya Patrick Kluivert, dkk. dan disusul hengkang pelatih Louis van Gaal ke Barcelona tahun 1997.
Ajax bertahun-tahun kesulitan mengulangi pencapaian Juara Liga Champions 1995 di masa silam. Prestasi untuk kembali mengangkat trofi Si Kuping Besar dengan skuat muda terus menemui kata kegagalan.
Akan tetapi, kali ini Ajax berpeluang mengembalikan kejayaan tersebut bersama Erik ten Hag dan barisan muda dalam diri De Ligt, Donny van de Beek, dan David Neres.
Maka dari itu, jangan rusak kejayaan Ajax Amsterdam dengan dilarang membeli pemain-pemainnya. Biarkan mereka memutus dominasi Real Madrid, Juventus (sudah terjadi), Liverpool, dan Barcelona di kancah Eropa.
Ajax bisa mengangkat harkat martabat sepak bola Belanda di Eropa yang melulu dikuasai Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, dan Prancis. Rasanya sudah cukup sepak bola Belanda dianaktirikan.
Ajax punya kesempatan sekali lagi mengembalikan mimpi-mimpi Johan Cruyff, tentang sepak bola filosofis dan Total Football yang kini entah telah berevolusi sampai ke berapa tahap.
Wonderkid Ajax itu memanglah indah bak taman bunga di rumah tetangga. Tidak akan ada yang sanggup mengabaikannya.
Meski Ajax bakal sekali lagi tereksodus, namun setidaknya biarkan skuat muda di musim 2018/19 ini merasakan manisnya juara seperti terakhir kali tahun 1995.
Dengan demikian, mereka akan dikenang sebagai generasi emas Ajax dan akan membuat pecinta de Godenzonen mengabadikan skuat muda 2018/19 dalam bingkai di lemari kaca layaknya bunga harum di dalam vas.
Curhat Sutiyoso Susah Payah Bangun Persija
Ikuti Terus Berita Sepak Bola Liga Internasional dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom